Melihat Kampung Lawas Maspati, Wisata Sejarah Sampai Oleh-oleh Herbal

Sekarang, bangunan di tengah permukiman Kampung Lawas Maspati itu dimanfaatkan oleh cucunya sebagai kafe.

SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
SAMBANG KAMPUNG - Delegasi Growing Up Urban Summit 2018" dari Indonesia, Malaysia, Cina, Vietnam, Filipina, Myanmar, Thailand dan Kamboja saat sambang ke kampung lawas Maspati, Selasa (8/5). 

TRIBUNJAKARTA.COM, SURABAYA- Sekitar 500 meter dari Tugu Pahlawan, terdapat kampung peninggalan masa pendudukan Belanda yang masih bertahan hingga hari ini.

Kampung Lawas Maspati namanya.

Di kampung tersebut, masih banyak dijumpai bangunan-bangunan asli perkampungan Surabaya tempo dulu yang masih berdiri kokoh.

Baca: Wanita Tewas Ditelan Ular Piton di Sulawesi: Pamit ke Kebun Sampai Duka di Hari Raya Idul Fitri

Bangunan itu kini dihuni anak cucu para pejuang Surabaya.

Satu di antaranya adalah rumah milik Raden Soemomiharjo, tokoh dari Keraton Surakarta yang oleh warga setempat akrab dipanggil “Ndoro Mantri”.

Ada pula rumah 1907, bangunan itu dulunya digunakana para pemuda Surabaya khususnya pemuda Kampung Maspati dan sekitarnya untuk menyusun strategi peperangan 10 November 1945.

Sekarang, bangunan di tengah permukiman Kampung Lawas Maspati itu dimanfaatkan oleh cucunya sebagai kafe.

Meski demikian, bagunan-bangunan itu hingga kini tetap terjaga keasliannya, bahkan ketika melihat langsung, anda bisa membayangkan bagaimana pengorbanan para pejuang di kawasan itu.

Baca: Pengunjung Rutan Cilodong Bawakan Opor Ayam dan Rendang untuk Kerabat

Kini, Kampung Lawas Maspati yang di dalamnya terdapat bangunan sejarah perlahan mulai tenar, dan menjadi salah satu objek wisata saat berkunjung ke Surabaya.

Berkat sentuhan tangan kreatif dan saling kerja sama, Kampung Lawas Maspati pun kini disulap oleh warga menjadi kawasan yang ramah, kreatif, edukatif dan pastinya bisa menjadi inspirasi bagi para pengunjung.

Pertama memasuki Kampung Lawas Maspati baik melewati Maspati Gang V atau VI, rasanya tidak berbeda dengan permukiman dalam gang pada umumnya yang hanya mempunyai lebar jalan tak lebih dari tiga meter.

Namun, kesan awal yang pasti dirasakan yakni kerapihan permukiman yang dihiasi tumbuhan obat di masing-masing teras rumah warga.

Ya, warga sekitar Kampung Lawas Maspati memang mempunyai konsep penghijauan dengan menggunakan tanaman obat atau mereka menyebutnya tanaman obat keluarga (Toga). Karena selain berfungsi sebagai penghijauan, tanaman ini nantinya juga mempunyai nilai jual yang bermanfaat bagi perekonomian warga.

Belum lagi, jalanan yang tersusun dengan konblok tersebut dihiasi gambar 3D berbagai tema, pastinya pemandangan itu akan menarik perhatian para pengunjung untuk berswafoto. Rapih dan unik, begitu kesan pertama saat memasuki Kampung Lawas Maspati.

Ketika berbicang dengan warga sekitar atau pemandu, rasa takjub dan kagum dengan Kampung Lawas Maspati pun akan lebih terasa.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved