Jelang Idul Adha, Sapi Limosin Jadi Hewan Kurban Paling Mahal dan Paling Banyak Dicari
Dagingnya banyak yang bilang lebih enak, makanya banyak orang yang beli. Karena badannya yang besar, dagingnya juga lebih banyak, dari sapi biasa."
Penulis: Nawir Arsyad Akbar | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nawir Arsyad Akbar
TRIBUNJAKARTA.COM, DURENSAWIT - Sapi limosin adalah sapi yang memiliki ciri yaitu mempunyai ukuran tubuh yang besar dan panjang, dengan bulu yang berwarna coklat tua, warna sekeliling mata dan bagian lutut ke bawah berwarna sedikit terang.
Meski hewan kurban satu ini memiliki banderol harga yang mahal, namun peminatnya setiap Idul Adha atau lebaran haji tidak pernah surut setiap tahunnya.
"(Sapi) Limosin setiap tahun pasti banyak yang beli. Biasanya yang beli tuh, perusahaan-perusahaan sama masjid yang jamaahnya banyak," ujar Babeh, penjual hewan kurban yang enggan disebut namanya, Rabu (25/7/2018).
Berdasarkan informasi yang dihimpun TribunJakarta.com, harga satu ekor sapi limosin berkisar antara Rp 30 juta hingga Rp 60 juta, tergantung ukurannya.
Bahkan, di Kabupaten Madiun terdapat sapi limosin yang memiliki berat 1 ton lebih, dengan banderol harga Rp 75 juta, yang rencananya akan ditawarkan ke Presiden Joko Widodo.

Babeh mengatakan, meski harga sapi limosin berkisar antara Rp 30 juta hingga Rp 60 juta, peminatnya masih banyak, karena hewan kurban tersebut memiliki daging yang lebih banyak, ketimbang sapi jenis biasa.
"Dagingnya banyak yang bilang lebih enak, makanya banyak orang yang beli. Karena badannya yang besar, dagingnya juga lebih banyak, dari sapi biasa," ujar Babeh.
Meski begitu, sapi limosin memiliki satu kendala, yaitu untuk menaklukannya saat penyembelihan, hewan kurban tersebut memiliki amukan yang sangat kuat.
Babeh menceritakan, para pembeli atau pemilik sapi limosin haruslah membuat sapi tersebut santai dan rileks sebelum penyembelihan, agar tidak mengamuk saat Idul Adha.
"Dikasih makan yang banyak, sama sedikit dipijat bagian perutnya. Terus, taruh sapinya sedikit jauh dari tempat sembelih, biar tidak lihat teman-temannya (hewan kurban) disembelih," kata Babeh.