Ganjar Pranowo Blak-blakan Terkait 'Kartu' Lawan Politik di Kasus E-KTP

Ganjar Pranowo ungkap alasan tak membeberkan kasus e-KTP yang menjerat beberapa orang termasuk lawan politiknya.

Penulis: Erlina Fury Santika | Editor: Muhammad Zulfikar
Narasi.tv
Ganjar Pranowo dalam sesi wawancara di Narasi.tv, Senin (7/8/2018) 

TRIBUNJAKARTA.COM - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo buka suara terkait kasus korupsi megaproyek e-KTP yang kerap dihubung-hubungkan dengannya.

Melalui acara bincang-bincang Glenn dan Tompi yang dimuat di Narasi.tv, Senin (6/8/2018) Ganjar Pranowo mau menjelaskan kasus tersebut.

Sang pemandu acara, musisi Glenn Fredly dan Tompi awalnya menanyakan terkait kemenangan perolehan suara yang ia dapatkan di Jawa Tengah.

"Di semua survei bilang, (bapak) menang jauh. Tapi begitu kenyataan, menang dikit. Nggak jauh maksudnya. Itu kira-kira faktor apa ya pak?" tanya Tompi saat membuka obrolan.

"Ya faktornya lawan politik saya hebat," jawab Ganjar Pranowo.

Mendengar pernyataan Ganjar Pranowo, Glenn Fredly menangkap bahwa Ganjar Pranowo mengakui Sudirman Said hebat. Ia pun menanyakannya.

"Berarti Sudirman Said bapak liatnya hebat?" tanya Glenn Fredly.

Tanpa segan, ia memang mengakui Sudirman Said hebat.

"Hebat dong. Dia sekitar 45 persen, saya 58 persen," ujar Ganjar Pranowo.

"Ada satu gerakan yang bisa mereka gerakkan pada lap-lap terakhir," sambungnya.

Rekapituasi KPU: Ganjar-Yasin Unggul 3 Juta Suara Lebih dari Sudirman Said-Ida

Terkait posisinya yang merupakan calon incumbent, Glenn Fredly pun menanyakan apakah isu kasusnya di e-KTP yang menyeret namanya berpengaruh pada pencalonan dirinya.

Ganjar Pranowo menjelaskan bahwa memang kasus e-KTP kerap diseret saat ia berkampanye, terlebih pada saat debat calon gubernur.

Ia mengaku sebenarnya bisa menjelaskan kasus tersebut.

"Jadi saya kira kekuatan lawan saya, saya ingat hanya menyerang itu terus. Saya tidak tega untuk mengungkap beberapa dokumen. Karena saya sebenarnya punya beberapa dokumen yang sangat bisa menjelaskan," jelas Ganjar Pranowo.

Namun ia memilih untuk menahannya ketimbang diumbar ke depan publik.

"Saya sebenarnya bisa mengungkapkan, saya mendapatkan bocoran-bocoran yang beredar di media massa. Karena saya bisa menjelaskan itu ke publik tapi kalau itu di ruang perdebatan, ya saya menjaga perasaan orang lah," jelas Ganjar Pranowo.

Ia pun menjelaskan bahwa dirinya benar pernah ditawari aliran megaproyek tersebut sebanyak tiga kali.

Glenn Fredly (kiri), Ganjar Pranowo (tengah), dan Tompi (kanan)
Glenn Fredly (kiri), Ganjar Pranowo (tengah), dan Tompi (kanan) (Narasi.tv)

Namun, lanjutnya, ia menolaknya.

"Dari sekian (aliran e-KTP), dari situ ada yang mengatakan ada satu orang yang menolak dari si pemberi. Meskipun tidak semua dijelaskan. Sekian orang yang diberi, dan ada satu orang yang menolak dari tiga kali pemberian. Namanya Ganjar. Ada dokumennya, resmi," terang Ganjar Pranowo.

Ia pun memberikan alasan mengapa dirinya tidak mau melakukan pembelaan atau membongkar dokumen-dokumen tersebut.

Ia tidak mau dianggap selalu menghindar atau berkilah saja.

"Tapi kalau saya mengangkat seperti itu, mungkin ya (dianggap) hanya mau menghindar saja," sambung Ganjar Pranowo.

Gubernur terpilih ini menjelaskan bahwa ternyata lawan politiknya tersangkut di kasus tersebut.

Data tersebut ia dapatkan dari KPK. Namun, ia urung untuk menyebut dan membeberkannya ke publik dengan alasan menjaga situasi.

"Yang kedua, dari KPK sendiri juga menyampaikan, saya pastikan 37 anggota yang lain, itu menerima. Dan di situ ada nama lawan politik saya. Tapi saya mau nyebut juga nggak enak. Artinya saya menjaga betul situasi itu, agar tidak menyakiti hatilah," tukas Ganjar Pranowo.

Dua Makna Anies Baswedan Telepon Ganjar untuk Ucapkan Selamat Terkait Pilgub Jateng

"Ini namanya politik jaga perasaan," ujar Tompi yang disambut tawa Glenn Fredly.

"Karena begini, kalau nggak (dijaga) gawat betul," timpal Ganjar Pranowo.

"Terutama di Jawa Tengah?" tanya Glenn Fredly.

Ia membeberkan alasannya untuk tidak mengumbar ke publik.

Ia khawatir masyarakat akan terpecah belah. Sebab, lanjutnya, untuk mengembalikan ke situasi semula akan sulit.

"Betul. Dan ini investasi yang panjang. Kalau nggak masyarakat bisa terbelah. Polarisasi, dan begitu terjadi divided society, itu (untuk) mengembalikannya sulit," jelas Ganjar Pranowo.

Jika tak memikirkan itu, lanjutnya, ia bisa saja membuka kartu orang-orang yang terlibat, terutama lawan politiknya satu per satu.

"Saya jaga. Kalau saya mau habis-habisan, saya nggak peduli urusan negara, nggak peduli urusan Jawa Tengah, saya bisa hajar. Saya keluarin kartu (lawan) satu-satu," ungkap Ganjar Pranowo.

Tegaskan tak korupsi

Dilansir Kompas.com, petahana yang diusung PDI-P, Nasdem, PPP, Demokrat, dan Golkar ini tetap tenang menanggapi namanya kembali disebut menerima uang dari proyek tersebut.

Kali ini namanya disebut mantan Ketua DPR RI, Setya Novanto dalam sidang korupsi E-KTP.

"Ndak apa-apa biasa saja. Semakin banyak menyebut sekarang semakin banyak membikin klarifikasi dari proses yang ada," ujar Ganjar di rumah pribadi Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, Kamis (22/3/2018) malam.

"Karena dulu kita disebut dikasih sama A. Sebenarnya yang ngasih A atau B sih. Yang beredar hari ini berbeda dengan yang dituduhkan di dakwaan. Kalau di dakwaan dulu yang ngasih si A saat ini yang ngasih si B," tambahnya.

Menurut Ganjar, dari dua fakta yang berbeda ini makin menunjukkan adanya kebohongan. Dengan demikian publik bisa menilai sendiri bagaimana Ganjar berintegritas soal itu.

Menanggapi popularitasnya, Ganjar tidak mengkhawatirkannya.

Ia malah semakin senang lantaran semakin banyak yang disampaikan kepada publik.

"Semakin banyak itu disampaikan kepada publik saya semakin senang. Karena bisa dikomparasikan dari dakwaan dahulu yang diomongkan yang katanya saya dikasih di ruangan ibu A ternyata ibu A sudah meninggal beberapa bulan sebelumnya. Katanya AN yang kasih uang, dan hari ini pengakuannya katanya yang ngasih uang katanya keponakannya," ungkap Ganjar.

Kondisi itu, sambung Ganjar, menunjukkan dua hal berbeda.

Hal itu juga menunjukkan integritasnya bisa diuji dan publik bisa melihat dari proses pembuktian yang ada.

"Lah yang bener yang mana. Makanya saya sampaikan ketika dalam sebuah bocoran surat kesaksian yang kemarin beredar itu, saya menolak itu. Maka hari ini makin hari dalam kesaksian itu makin menunjukkan bahwa bagaimana integritas saya bisa diuji," ucapnya.

"Selain itu publik bisa melihat dari proses pembuktian, makin menunjukkan proses yang panjang itu saya clear atau tidak tentang soal itu," jelas Ganjar.

Tak hanya itu, Ganjar menilai semakin dirinya disampaikan menerima uang dari proyek E-KTP maka akan terlihat ada yang memanasi persoalan itu.

Pasangan Ganjar-Yasin Masih Rahasiakan Waktu untuk Bersilaturahmi ke Sudirman-Ida

"Kalau saya semakin disampaikan seperti itu semakin terbuka makin kelihatan oh ternyata ada yang menggoreng-nggoreng seperti itu," jelas Ganjar.

Ditanya bila dari pernyataan Novanto di persidangan akan membuat KPK memanggilnya lagi, Ganjar mengatakan KPK berkali-kali memanggilnya dan ia datang terus.

Ganjar berprinsip bila dirinya tidak korupsi maka tidak akan pernah risih.

Selain itu dirinya akan berisiko bila dirinya seorang koruptor namun membawa semboyan tidak korupsi dan tidak menipu.

"Prinsipnya kalau tidak korupsi jangan pernah risih. Buka saja. Saya tentu agak berisiko kalau saya koruptor kemudian membawa tagline mboten korupsi, mboten ngapusi maka hal itu akan berisiko," tandas Ganjar.

Ganjar meminta untuk melihat jejak rekam selama memimpin Jateng apakah pernah terlibat korupsi atau sebaliknya.
Apalagi selama tiga tahun berturut-turut KPK memberikan penghargaan kepadanya.

"Selama saya memimpin lima tahun di Jawa Tengah kira-kira saya korupsi atau tidak ya. Apakah benar ganjar itu meminta-minta. Dan bagaimana tiga tahun berturut-turut KPK memberikan penghargaan itu sehingga legitimasi itu dilihat dari luar," kata Ganjar.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved