Dolar AS Naik, Perajin di Kampung Tempe Sudah Rasakan Kenaikan Harga Kedelai Sejak Dua Pekan Lalu

"Jadi harga dolar naik pun nggak ngaruh," kata Ahmad Rozikin (49), salah satu pengrajin di Kampung Tempe saat ditemui TribunJakarta.com.

Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/GERALD LEONARDO AGUSTINO
Ahmad saat menunjukkan kedelai yang hendak diproduksinya menjadi tempe, Kamis (6/9/2018), di kediamannya, Kampung Tempe, Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino

TRIBUNJAKARTA.COM, TANJUNG PRIOK - Nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat mencapai Rp 14.960 hari ini.

Meskipun bahan baku yang dipakai adalah kedelai impor yang dibeli menggunakan uang dollar AS, sejumlah perajin tempe sudah merasakan kenaikan harga sepekan lalu.

Hal itu diungkapkan sejumlah perajin tempe di Kampung Tempe RT 12 RW 03, Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan Priok, Jakarta Utara.

"Jadi harga dolar naik pun nggak ngaruh," kata Ahmad Rozikin (49), salah satu pengrajin di Kampung Tempe saat ditemui TribunJakarta.com, Kamis (6/9/2018).

Untuk kedelai kualitas terbaik dengan merek Tiga Roda, harga yang dibanderol dari distributor mencapai Rp 800 ribu per kwintal. Sementara itu, untuk kualitas menengah dengan merek Cap Badak, harga kedelai mencapai Rp 770 ribu per kwintalnya.

"Itu naiknya ada Rp 20 ribu dari harga yang dulu," kata Ahmad.

Ahmad mengklaim, kenaikan dengan nilai tersebut merupakan hal yang wajar. Hal itu lantaran kenaikannya terjadi perlahan-lahan dalam jangka waktu tertentu; tidak secara mendadak.

"Naik ya naik tapi naiknya sedikit lah dibilang banyak ya enggak masih sewajarnya sih, nggak sekonyong-konyong naik tinggi tuh enggak," kata Ahmad.

Meski harga kedelai naik, pengusaha tempe di Kampung Tempe, menurut Ahmad, tidak serta merta menaikkan harga tempe yang mereka produksi.

Mereka tetap menjual dengan harga normal, berkisar antara Rp 30-50 ribu satu selonjornya.

Ahmad menambahkan, dalam sehari, dia bisa menghabiskan 50 kilogram kedelai untuk membuat 16 selonjor tempe. Satu selonjornya ia jual seharga Rp 35 ribu.

Dengan keuntungan kotor yang mencapai Rp 560 ribu sehari, Ahmad merasa tidak perlu pusing-pusing menaikkan harga. Yang penting, menurut Ahmad, pembeli langganannya tidak merasa keberatan.

Ahmad berharap ke depannya harga kedelai tidak meningkat drastis supaya dirinya bisa pula menjaga harga tempenya stabil.

"Mudah-mudahan harga kedelai stabil lah," katanya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved