Pilpres 2019
Polemik Tampang Boyolali, Hasto Sebut Prabowo Terlalu Lama di Luar Negeri hingga Blunder Politik
"Apa yang disampaikan Pak Prabowo hanya pas dalam budaya barat. Mungkin karena Pak Prabowo lama hidup di luar negeri," kata Hasto.
Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM - Koalisi Joko Widodo (Jokowi)-Maruf Amin mengaku kecewa dengan pernyataan Prabowo Subianto yang menyebut masyarakat Boyolali tidak bisa masuk hotel mewah lantaran tidak punya tampang orang kaya.
Ucapan Prabowo tersebut dinilai menyinggung warga Boyolali.
Buntut dari pernyataan tersebut, muncul penolakan terhadap Prabowo oleh warga Boyolali. Bahkan sang bupati pun memaki dengan sangat keras.
Menurut Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, reaksi masyarakat Boyolali terhadap Prabowo Subianto itu harus menjadi pelajaran terkait pentingnya memahami budaya timur dan tata krama dalam berpolitik.
"Apa yang disampaikan Pak Prabowo hanya pas dalam budaya barat. Mungkin karena Pak Prabowo lama hidup di luar negeri, sehingga tidak memahami tepa selira dalam budaya Jawa, ataupun kurang paham budaya Indonesia karena masa kecilnya dibesarkan di negara barat," ujar Hasto dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (6/10/2018).

Hasto menambahkan, isu ketimpangan memang ada. Namun, informasi bahwa ada perbedaan kelas di masyarakat semestinya tidak disampaikan hingga menyinggung hati.
"Karena seharusnya, Prabowo Subianto menampilkan gagasan positif menggelorakan harkat dan martabat rakyat Indonesia," katanya.
Menurut Hasto, gaya komunikasi Prabowo yang membenturkan kelas sosial ekonomi masyarakat justru menunjukkan kemunduran kualitas demokrasi.
Hasto menegaskan, seharusnya Prabowo sadar, petani, pedagang pasar, tukang jamu, tukang sapu, atau apa pun adalah pekerjaan yang bermartabat.
"Sebab dengan bekerja, di situlah jati diri kemanusiaan untuk berdiri di atas kaki sendiri hadir. Tukang sapu pun punya tugas penting, membawa lingkungan menjadi bersih. Tukang sapu dilihat fungsinya mampu memperindah alam raya, mewayu hayuning bawana, jadi perannya juga penting. Hal inilah yang seharusnya dilihat Pak Prabowo. Sayang beliau kurang memahami kultur timur seperti ini," katanya.
Ketua Timses Prabowo-Sandi sebut ungkapan sayang
Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Djoko Santoso menjelaskan polemik ‘tampang Boyolali’ yang disampaikan Capres Prabowo Subianto beberapa waktu lalu sebenarnya ungkapan perhatian dan sayang Prabowo kepada warga Boyolali, dan bukan sebaliknya.
Djoko Santoso mengungkapkan, ungkapan seperti itu adalah gaya bercanda Prabowo yang sangat khas di antara prajurit TNI di mana Prabowo pernah menjabat sebagai Danjen Kopassus.
“Jadi itu bahasa interaktif, kalau di antara tentara ungkapan itu adalah ungkapan sayang, ungkapan memberi perhatian,” ucap Djoko ditemui di posko pemenangan Prabowo-Sandi di Jalan Sriwijaya Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (6/11/2018).
Menurut Djoko Santoso polemik soal ‘tampang Boyolali’ itu sudah memenuhi unsur poltisasi karena materi pidato yang disampaikan Prabowo Subianto adalah biasa-biasa saja.