Dinkes Kota Depok Bakal Cek Kabar Warga Kelurahan Cimpauen Sakit dengan Gejala Mirip Cikungunya

Novarita menjelaskan Cikungunya tak bisa dipastikan sebelum warga yang sakit dicek darahnya di laboratorium.

Penulis: Bima Putra | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA
Tampak depan kantor Kelurahan Cimpauen, Tapos, Depok, Rabu (5/12/2018).  

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, TAPOS - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, Novarita mengaku belum mengetahui adanya 10 warga RW 13 Kelurahan Cimpauen, Tapos, Depok yang sakit dengan gejala mirip Cikungunya.

Hal ini disampaikan Novarita saat ditanya bagaimana langkah Dinkes Depok menangani penyakit yang menjangkiti warga RW 13 sejak akhir November lalu.

"Saya baru dengar, saya baru tahu infonya. Di mana wilayah Tapos mana?" kata Novarita saat dihubungi wartawan di Tapos, Depok, Rabu (5/12/2018).

Meski belum mengetahui, Novarita menjelaskan Cikungunya tak bisa dipastikan sebelum warga yang sakit dicek darahnya di laboratorium.

Cek darah mutlak dilakukan meski warga di RT 01, RT 02/RW 13 merasa pegal di persendian, meriang, dan terdapat bentol bagian tubuh mereka.

"Untuk memastikan Cikungunya atau tidak harus cek darah dulu, dari hasil cek darah tersebut terlihat. Nanti saya koordinasi dengan Puskesmas Kecamatan Tapos untuk cek," ujarnya.

Ketua Posyandu RW 13, May mengatakan warga khawatir karena baru satu warga yang melakukan cek darah untuk memastikan penyakit yang membuat seluruh tubuh pegal, lemas, timbul bercak merah, dan meriang.

May menuturkan, cek darah dilakukan oleh satu warga yang kini berangsur pulih di Klinik Puspita dekat wilayah RW 13 dan hasilnya baru keluar hari ini.

Meski hasil cek darah menyatakan negatif Cikungunya, miripnya gejala penyakit yang diderita warga sejak akhir November membuat warga cemas.

"Baru satu warga yang cek darah, keluarnya juga baru hari ini. Hasil cek darah di Klinik Puspita sih negatif Cikungunya, tapi rasa khawatir karena belum tahu ini penyakit apa bikin warga takut," ujarnya.

May menyebut, 10 warga yang sakit juga baru terdata di hari ini setelah pihak Kecamatan Unit Pelayanan Teknis (UPT) Tapos, Unit Pelayan Fungsional (UPF) Puskesmas Cimpauen, dan perangkat Kelurahan Cimpauen turun mendata warga.

Terlambatnya pendataan karena warga yang sakit memilih berobat ke Klinik di sekitar wilayah Kelurahan Cimpauen, bukan UPF Puskesmas Cimpauen.

"Tadi sudah didata, ternyata warga yang sakit mulai sembuh dan bisa beraktivitas lagi. Baru didata hari ini karena selama ini warga berobat ke Klinik, bukan ke UPF Puskesmas Cimpauen. Alasannya warga baru bisa berobat pas malam, kalau malam kan UPF Puskesmas tutup," tutur May.

Perihal lama waktu sakit, May menyebut ada warga yang baru pulih setelah 10 hari dan ada warga yang bisa pulih dalam kurun waktu tiga hari.

Kebanyakan dari mereka memilih berobat ke tukang pijat karena merasa sakit yang diderita merupakan pegal linu, baru setelah tak kunjung sembuh mereka berobat ke Klinik.

"Kebanyakan pergi ke tukang pijat karena merasanya pegal, tapi setelah beberapa kali urut enggak sembuh mereka ke Klinik. Di Klinik baru dikasih obat dan disuntik," katanya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved