Pilpres 2019
Keliru Sebut Data di Debat Capres, Elektoral Jokowi Bisa Tergerus Andai Prabowo Memukul Balik
Elektroal calon presiden 01 Joko Widodo terancam tergerus jika Prabowo menggoreng kekeliruan data yang disampaikannya di debat capres.
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Elektroal calon presiden 01 Joko Widodo terancam tergerus jika Prabowo menggoreng kekeliruan data yang disampaikannya di debat capres.
Hal itu disampaikan oleh analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun.
Menurut dia Jokowi sebagai calon petahana terlalu banyak menyebutkan data yang keliru dalam debat kedua Pilpres 2019.
"Dalam debat capres kedua ini, Jokowi sebagai petahana sangat banyak menyebutkan data. Namun setelah debat usai, sejumlah media yang melakukan fact check, ditemukan banyak data yang keliru," ujar Ubedilah kepada Kompas.com , Senin (19/2/2019).
• Miliki Perkebunan Ratusan Ribu Hektare, Fadli Zon: Jadi Kebanggaan Nasional
• Jokowi Sentil Ratusan Hektare Tanah Prabowo, Ira Koesno: Itukah Skakmat untuk Prabowo?
• Sederet Fakta Ledakan di Dekat Lokasi Debat: Bukan Bom Tapi Petasan, Rusak Pohon, Mobil dan Motor
• Atta Halilitar Minta Pendapat Soal Video Gen Halilintar Ziggy Zagga, Begini Kata Andhika Pratama
• Saat Debat Capres Bawa Buku Why Nations Fail, Prabowo Subianto: Kita Harus Waspada
Ubedilah mencontohkan, Jokowi mengatakan bahwa dalam tiga tahun terakhir ini tidak ada kebakaran hutan.
Namun, berdasarkan sumber Direktorat PKHL Kementrian Lingkungan Hidup dan kehutanan (2018) menyebutkan bahwa pada tahun 2016 terdapat kebakaran hutan seluas 14.604,84 hektare.
"Pada tahun 2017 terdapat kebakaran hutan seluas 11.127,49 hektar, dan pada tahun 2018 terdapat kebakaran hutan seluas 4.666,39 hektare," ucapnya.
Dalam pemaparan visi dan misi, Jokowi mengaku selama tiga tahun tidak pernah ada kebakaran hutan dan kebakaran gambut.
"Kebakaran lahan gambut tidak terjadi lagi dan ini sudah bisa kita atasi. Dalam tiga tahun ini tidak terjadi kebakaran lahan, hutan, kebakaran lahan gambut dan itu adalah kerja keras kita semuanya," kata Jokowi.
"Dan kami ingin mengurangi sampah di sungai dan laut," ungkapnya.
Data keliru, seperti diungkapkan Ubedilah, juga ditemukan ketika Jokowi mengatakan bahwa tahun 2014 kita masih impor jagung sebesar 3,5 juta ton dan tahun 2018 hanya impor 180.000 ton.
"Saya sampaikan terima kasih pada petani jagung. Pada 2014, kita impor 3,5 juta ton jagung. Pada, 2018 hanya impor 180.000 ton jagung, artinya ada produksi 3,3 juta ton," ucap Jokowi.
Padahal, tutur Ubedilah, faktanya berdasarkan sumber Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 disebutkan bahwa Indonesia mengimpor Jagung mencapai 737.220 ton jagung.
Menurutnya, kekeliruan data yang disampaikan Jokowi bisa menjadi "pukulan balik" dari Prabowo Subianto.
Sebab, Prabowo menilai Jokowi telah menggunakan data yang bohong.
"Jika pukulan balik Prabowo ini dilakukan, bisa saja menggerus elektoral Jokowi," paparnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Jokowi Dinilai Banyak Sampaikan Data yang Keliru di Debat Kedua