Teuku Akbar Ungkap Doktrin Janggal yang Buat Dirinya Gagal Masuk ISIS
Menurutnya, butuh waktu kurang lebih satu bulan agar bisa melupakan doktrin dan ideologi yang sempat mengajaknya ke ajaran radikal
Penulis: Anisa Kurniasih | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Anisa Kurniasih
TRIBUNJAKARTA.COM, MENTENG - Sempat tergoda bergabung dalam jaringan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah, pemuda bernama Teuku Akbar Maulana ungkap sebuah doktrin yang terasa janggal baginya.
Dalam sebuah diskusi film yang ia perankan berjudul Jihad Selfie yang ditayangkan pada Festival Kebhinekaan, Akbar, sapaan akrabnya mengaku memiliki alasan khusus mengapa dirinya mengurungkan niat untuk pergi ke Suriah.
Kisah nyata Akbar tersebut dikemas apik melalui sebuah film dokumenter berjudul Jihad Selfie karya Noor Huda Ismail, pemerhati terorisme, penulis buku, dan pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian.
Melalui proses perekrutan lewat sosial media saat dirinya berusia 17 tahun, pemuda asal Aceh Barat Daya yang mendapat beasiswa dari pemerintah Turki untuk belajar agama di Imam Katip High School – setara dengan Madrasah Aliyah di Indonesia – di Kayseri merasa jenuh dengan rutinitasnya di sekolah sehingga ia tergoda dengan kawan asramanya yang telah lebih dulu bergabung dengan kelompok radikal tersebut.
"Sudah lewat banyak proses tapi kok tiba-tiba ada kalimat kalau katanya boleh jihad tanpa izin dari orang tua, sedangkan bagi saya itu enggak sejalan dengan aturan jihad yang saya tahu," ungkapnya kepada TribunJakarta.com beberapa waktu lalu.
Kemudian, berpegang teguh pada prinsipnya yang tak sejalan dengan doktrin yang ia terima, Akbar pun melakukan riset terus menerus melalui berbagai sumber untuk memperoleh kebenaran.
• Fadli Zon Sebut Puisi Neno Warisma Merupakan Kutipan Doa
• Keakrabannya dengan Ibu Angkat Sandiaga Uno Timbulkan Tanda Tanya, Adik Ahok Beri Pengakuan Ini
Namun, dengan kebimbangannya, ia pun sempat nekad untuk tetap berangkat ke Suriah dari Turki tempat ia bersekolah saat itu, rupanya di sebuah kedai kebab saat sedang beristirahat, bertemulah Akbar dengan Noor Huda Ismail seorang pemerhati terorisme asal Indonesia yang sedang melakukan penelitian.
"Kami mengobrol banyak dan saya dapat pencerahan yang luar biasa dari beliau (Noor Huda Ismail), akhirnya saya yang tadinya mau menyeberang ke Suriah pun tersadar bahwa saya berada di jalan yang tidak tepat," tambah Akbar.
Berada di lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang dan perhatian orang tua rupanya membuat Akbar percaya bahwa segala sesuatu harus dengan ridho kedua orang tua.
Dari situ akhirnya Akbar kembali ke Aceh untuk berkumpul bersama keluarga tercinta. Menurutnya, butuh waktu kurang lebih satu bulan agar bisa melupakan doktrin dan ideologi yang sempat mengajaknya ke ajaran radikal pada saat itu dan kembali ke kehidupan normal.