SLB Kusumo Asih Tak Targetkan Menang di FORST 2019 di GOR Ciracas

Untuk itu, tiap siswa di SLB Kusumo Asih terus diasah potensi yang ada pada dirinya. Bila sudah terlihat akan diberikan pelatihan seminggu sekali

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
TribunJakarta/Nur Indah Farrah Audina
pertandingan Bocce yang di GOR Ciracas, Jakarta Timur 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, CIRACAS - Sekolah Luar Biasa (SLB) Kusomo Asri, Cakung, Jakarta Timur tidak targetkan para siswanya menjadi juara di Kejuaraan Bocce dalam FORST 2019 Tingkat Provinsi.

Festival Olahraga Rakyat Sepanjang Tahun (FORST) 2019 diadakan di GOR Ciracas, Jakarta Timur dengan perlombaan Futsal dan Bocce untuk penyandang tuna grahita.

5 perwakilan wilayah di DKI dan Kepulauan Seribu mengimkan peserta terbaiknya untuk perlombaan ini.

SLB Kusomo Asih adalah salah satu perwakilan sekolah yang mengirimkan 4 siswanya untuk Kejuaraan Bocce, sebagai perwakilan dari Jakarta Timur.

"Kita ini salah satu perwakilan dari Jakarta Timur dan masih ada beberapa sekolah lain yang ikut mewakili Jakarta Timur. Kita mengirimkan 4 orang siswa yakni Andre, Sukma Ayu, M Rizki dan Aiti Nazwa. Karena mereka penyandang tuna grahita yang merupakan down syndrom, saya tidak menargetkan kemenangan. Mereka mau datang dan mengikuti ini saja sudah bagus. Potensi diri yang mereka miliki di luar kekurangannya sudah berani ditunjukan adalah hal yang paling penting. Ibaratnya mereka berani dan percaya diri di balik kekurangan," jelas Warsinih, salah satu pengajar Bocce di SLB Kusumo Asih, Senin (28/4/2019).

Lanjut, Warsinih mengatakan tidak semua anak berkebutuhan khusus dapat melakukan pertandingan bocce.

Melihat potensi diri pada anak penyandang tuna grahita baginya lumayan sulit.

Sikap yang mudah pesimis menjadi kendala tersendiri baginya.

"Di sekolah kita itu ada 43 siswa dan tidak semuanya bisa melakukan tiap perlombaan seperti anak normal. Mereka biasanya memiliki satu potensi yang membuat kita menetapkan mereka lebih cocok masuk ke perlombaan yang mana. Jika anak normal bisa mudah memahami apa yang di ajarkan, penyandang tuna grahita berbeda. Ketika mereka bisa melakukan hal tersebut yang lain belum tentu bisa sekalipun itu mudah bagi kita. Tuna grahita di tempat kami lebih dominan down syndrom sehingga ketika mereka lelah ataupun tidak ingin mengikuti perlombaan, kita harus terus memberikan pemahaman," tambahnya.

Untuk itu, tiap siswa di SLB Kusumo Asih terus diasah potensi yang ada pada dirinya.

Wakil Walikota Jakarta Timur Buka Forst 2019 di GOR Ciracas

Keseruan Pertandingan Futsal FORST 2019 di GOR Cendrawasih

Bila sudah terlihat akan diberikan pelatihan seminggu sekali khusus olahraga.

Namun akan diberikan pelatihan setiap hari bila mendekati kejuaraan.

Warsinih juga mengatakan untuk melatih anak-anak penyandang tuna grahita harus penuh kesabaran.

Dengan terus dimotivasi, para anak-anak penyandang tuna grahita akan timbul terus rasa semangatnya.

 
 

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved