Cerita Rendy, Selamatkan Masa Depan Anak Jalanan di Sekolah yang Dibangunnya

SAJA merupakan sekolah anak jalanan yang sudah berdiri 19 tahun di Jalan Petak Asem nomor 29 RT 007 RW 005 Penjaringan Jakarta Utara

TribunJakarta/Afriyani Garnis
Kepala Sekolah Anak Jalanan (SAJA), Reinhard Hutabarat saat ditemui di Jalan Petak Asem Baru No. 29, Penjaringan Jakarta Utara, Kamis (2/5/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Afriyani Garnis

TRIBUNJAKARTA.COM, PENJARINGAN - SAJA merupakan sekolah anak jalanan yang sudah berdiri 19 tahun di Jalan Petak Asem nomor 29 RT 007 RW 005 Penjaringan Jakarta Utara.

Pada mulanya Reinhard Hutabarat yang tergabung dalam lembaga swadaya masyarakat saat itu memiliki kegiatan sosial di sekitar kolong Tol Wiyoto Wiyono Penjaringan.

Dalam kegiatan itu, Pria yang akrab disapa Rendy itu melihat anak-anak usia sekolah yang ikut berkegiatan di sana.

Dia berpikir apa yang dilakukan anak-anak tersebut, apakah mereka tidak sekolah?

"Karena kita melihat banyak anak-anak dalam kegiatan proses jual beras murah saat itu, timbul banyak pertanyaan mengapa mereka tidak sekolah. Setelah ditelusuri, ternyata anak-anak itu bekerja, ada yang mengais gelas bekas, di lampu merah, bahkan mengemis," kata Rendy kepada TribunJakarta.com, Kamis (2/5/2019).

VIDEO Menengok SAJA, Sekolah Untuk Anak Jalanan di Penjaringan Jakarta Utara

Mobil Honda HRV Terbakar di Starbucks Muara Karang Penjaringan

Satpol PP Amankan Anak Jalanan yang Kejang-kejang Usai Minum Obat Batuk Satu Boks

Cerita Indar, 20 Tahun Jadi Pengajar Anak Jalanan di Kolong Fly Over Tomang

Setelah mengetahui latar belakang dari anak-anak tersebut Rendy bersama tiga orang guru dari Universitas Negeri Jakarta akhirnya membuat kegiatan belajar mengajar anak-anak usia TK di bawah kolong Tol.

"Dulu sekolah ini hanya untuk TK, dengan tujuan ketika mereka masuk SD sudah siap, mengeja, menulis. Baru kemudian 2003 anak yang seharusnya bisa SD kita bina. misal dia yang berusia 11 tahun belum merasakan sekolah," kata dia.

"Kenapa enggak sekolah? ternyata orangtuanya sebut tidak punya akta lahir, kartu keluarganya daerah, akhirnya kita edukasi, sambil anaknya diajak belajar, setelah kita kumpulkan ternyata banyak sekali" lanjutnya.

Kegiatan tersebut awalnya ditentang oleh berbagai masyarakat yang mengganggap Rendy sebagai orang suruhan Pemerintah Daerah yang ingin membongkar pemukiman di wilayah tersebut.

Ia dianggap mencari keuntungan sendiri dan memanfaatkan kondisi masyarakat di sekitar tempat tersebut.

Tasawuf Underground, Cara Lain Merangkul Anak Jalanan dan Punk

Pelatih Persela Lamongan Juluki Saddil Ramdani Ali Topan Anak Jalanan

Terkuak, Kegiatan Anak Jalanan Saat Kumpul di Besi yang Melintang di Atas Kali Sunter

Bahkan lokasi mengajar yang berada di bawah kolong Tol diacak-acak oleh orang yang tidak dikenal semua barang-barang di rusak, diambil dan sampai ada kotoran manusia yang diletakkan di sana.

"Sekolah dirusak, barang diambil malam-malam, buku-buku dirusak, ada kotoran manusia, pokoknya yang membuat kita tidak nyaman," cerita dia.

Rendy Menolak menyerah, ia anggap itu sebagai gertakan terhadap apa yang ia lakukan dalam aktivitas sosialnya untuk mengedukasi anak-anak di sana.

Sampai akhirnya di tahun 2004, ada seorang anak yang berhasil membaca dan menunjukkan kemampuanmya.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved