Aksi 22 Mei

Mantan Kepala Badan Intelijen Ungkap Alasan 4 Jenderal Jadi Target Pembunuhan, Ini Penjelasannya

Soleman Ponto mengaku kaget ketika mengetahui empat jenderal menjadi target pembunuhan.

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Kurniawati Hasjanah
YouTube/Kompas Tv
Kepala Badan Intelijen Strategis TNI 2011-2013, Laksamada Muda Suleman Ponto 

 TRIBUNJAKARTA.COM - Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI 2011-2013, Laksamada Muda Suleman Ponto memberikan analisisnya mengapa sosok empat jenderal jadi target pembunuhan saat kerusuhan 22 Mei.

Soleman Ponto mencoba menguak mengenai hal tersebut.

Dilansir TribunJakarta.com, hal itu dikatakan Soleman Ponto saat menjadi narasumber di acara iNews Sore yang dilansir TribunJakarta.com pada Rabu (29/5).

Awalnya Soleman Ponto mengaku kaget ketika mengetahui empat jenderal menjadi target pembunuhan.

"Saya kaget karena tokoh-tokoh tersebut sedang bertugas kecuali Pak Gories Mere, eks Kepala BNN," imbuh Soleman Ponto.

Soleman Ponto menilai pelaku aksi tersebut nekat karena sudah menargetkan sasarannya.

Menurutnya, kelompok pelaku tersebut telah memiliki rencana sebelumnya agar membuat negara Indonesia rusuh.

Nikahi Ardi Bakrie, Nia Ramadhani Ungkap 3 Tahun Pertama Kondisi Rumah Tangga: Menderita-deritanya

Namanya Masuk Target Pembunuhan 4 Tokoh Nasional, Wiranto Langsung Celetuk Pernyataan Kapolri

"Kelompok ini sudah betul-betul nekat membuat negara ini agar rusuh," ucap Soleman Ponto.

Lebih lanjut Soleman Ponto pun menguak mengapa empat jenderal tersebut yang menjadi sasaran pembunuhan.

Soleman Ponto menilai, empat jenderal tersebut dikenal sebagai yang terdepan untuk meluruskan pelanggaran hukum yang terjadi.

4 Jenderal Target Pembunuhan
4 Jenderal Target Pembunuhan (Wartakota)

"Mereka kan di paling depan untuk meluruskan pelanggaran hukum yang terjadi saat ini," ungkap Soleman Ponto.

Soleman Ponto mengungkapkan terdapat hubungan yang terjadi antara keempat jenderal tersebut.

Ditetapkan Jadi Tersangka Makar, Berikut Sekilas Sosok Kivlan Zen dan Perjalanan Politiknya

Kisah Pemuda NTB Juara MTQ di Turki, Terharu Dipeluk Erdogan hingga Bertemu Jokowi: Alhamdulillah

"Ini kan saling berhubungan, intelejennya. Mungkin saja Pak Gories Mere banyak menghancurkan saat menjabat sebagai ketua BNN dan sepak terjangnya di Densus.

Dengan berbagai hal tersebut mungkin bagi mereka, Pak Gories Mere patut dihilangkan," jelas Soleman Ponto.

Tak hanya empat jenderal, seorang ketua Lembaga Survei juga disebut menjadi target pembunuhan di kerusuhan 22 Mei.

Kapolres Jakarta Barat Kombes Hengki Haryadi memperlihatkan senjata tajam dan perusuh yang membuat kerusuhan dengan membakar Asrama Polri di Petamburan dan Slipi, Kamis (23/5/2019).
Kapolres Jakarta Barat Kombes Hengki Haryadi memperlihatkan senjata tajam dan perusuh yang membuat kerusuhan dengan membakar Asrama Polri di Petamburan dan Slipi, Kamis (23/5/2019). (TribunJakarta.com/Elga Hikari Putra)

Dengan masuknya ketua Lembaga Survei ke daftar target pembunuhan membuat pembawa acara menanyakan dugaan motif pelaku.

"Yang juga di target adalah ketua lembaga survei. Jika kita bisa kaitkan, apakah bisa disinyalir ini motifnya politik?" imbuh pembawa acara.

Pengakuan Tukang-tukang Cukur Berpenghasilan Rp9 Juta, Tak Kalah dengan Gaji PNS!

Jokowi Buka-bukaan Rahasia Bisa 5 Kali Menang Berturut-turut di Pemilu, Ini Pengakuannya

"Ya jelas semuanya motif politik karena ini tak mungkin terjadi tidak ada hubungan dengan politik.

Kita semua tak mungkin lepas dari perputaran sejak terjadi 17 April lalu (red:pencoblosan), setelah quickcount diumumkan," ungkap Soleman Ponto.

Soleman Ponto
Soleman Ponto (YouTube/iNews Official)

Dalam kesempatan itu, Soleman Ponto menanggapi pula mengenai perencanaan pembunuhan telah dirancang per Oktober 2018.

"Ya perencanaan itu kan sudah dimulai. Dengan adanya tanggal 17 itu aksi semakin panas dan sejak itu ajakan pelanggaran undang-undang semakin panas," aku Soleman Ponto.

Ramalan Zodiak Cinta 29 Mei 2019, Aries Salah Paham, Gemini Cemas, Pisces Romantis

Beasiswa Kuliah ke Jepang Bagi Lulusan SMA, Dapat Uang Saku Rp 15 Juta Per Bulan, Ini Syaratnya!

Soleman Ponton mengungkapkan, seseorang yang dijaga seperti apapun  pasti ada celahnya.

"Tetapi kalau sudah nekat berarti yang dihendaki kekisruhan ini.

Bisa bayangkan tiga atau empat ini aja terjadi maka pemerintah bisa saja menurunkan semua pasukannya dan bakal terjadi kekacauan," papar Soleman Ponto.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkap empat tokoh yang menjadi target pembunuhan saat kerusuhan Jakarta. Tokoh-tokoh tersebut termasuk dari kalangan pejabat.

"Betul (jadi target pembunuhan). Pak Wiranto (Menko Polhukam), Pak Luhut (Menko Kemaritiman), yang ketiga Kepala BIN (Budi Gunawan), keempat Pak Gories Mere," tutur Tito Karnavian. 

Kumpul Bareng Girlsquad, Outfit Sally Adelia Soraya Senilai Ratusan Gram Emas Batangan

Ditanya Soal Bagi-bagi Jatah Menteri di Kabinet, Reaksi Jokowi Buat Pembawa Acara Terpingkal

Kapolri menuturkan ada satu lagi yang menjadi dari target kejahatan tersebut.

Namun dia enggan menyebut nama orang yang berasal dari tokoh lembaga survei.

"Yang survei saya enggak mau sebut," ucap Tito Karnavian. 

Profil 4 Jenderal Jadi Target Pembunuhan

EMPAT atau 4 tokoh nasional jadi target pembunuhan yang mendompleng unjuk rasa atau aksi 22 Mei 2019 lalu.

Nama keempat tokoh tersebut telah dikantongi oleh para pembunuh bayaran yang sudah menerima bayaran dari pemberi perintah.

Bahkan sebagian pembunuh telah menerima down payment (DP) atau uang muka untuk membunuh empat tokoh nasional tersebut.

Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian akhirnya menjelaskan siapa 4 tokoh nasional jadi target pembunuhan tersebut.

Profil empat tokoh target pembunuhan itu adalaa dua pensiunan jenderal TNI AD dan dua orang lainnya adalah pensiunan jenderal polisi.

Mereka adalah para jenderal yang selama ini dekat dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

"‎Mereka (tersangka) menyampaikan nama, satu adalah betul Pak Wiranto, kedua Pak Luhut Menko Maritim, ketiga KA BIN, keempat Gories Mere," ujar Tito Karnavian.

Ada satu lagi yang juga menjadi target pembunuhan, yaitu pimpinan lembaga survei atau lembaga hitung cepat (quick count).

"Taya tidak mau sebutkan ya (nama pemimpin lembaga survei)," ujar Tito Karnavian di Kantor Menko Polhukam, Jakarta, Selasa (28/5/2019).

Tito mengatakan itu di depan Menkopolhukam Jenderal (Pol) Wiranto.

Berdasarkan penelusuran Wartakotalive.com, profil empat tokoh target pembunuhan itu semuanya berlatar belakang jenderal.

1. Jenderal (Purn) Wiranto

Wiranto adalah Jenderal (Purn) TNI AD.

Wiranto mantan Panglima ABRI/Menteri Pertahanan pada era pemerintahan Presiden Soeharto.

Wiranto adalah pendiri dan mantan Ketua Umum Partai Hanura.

Wiranto adalah menteri yang membentuk tim pemantau pernyataan para tokoh dan dia juga mengusulkan penutupan media yang menyebarkan hoax.

2. Jenderal (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan

Luhut Binsar Pandjaitan adalah Menteri Koordinator Maritim pada era Pemerintahan Presiden Jokowi.

Luhut termasuk menteri yang sangat dekat dengan Presiden.

Meski menjabat Menko Maritim, Luhut sering berususan dengan masalah-masalah politik, termasuk berhubungan dengan sejumlah tokoh politik nasional.

Ketika terjadii keributan jelang pengadilan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Luhut paling aktif mendekati sejumlah tokoh dan ulama.

Luhut memiliki latar belakang militer di pasukan khsusu (Kopassus) sama seperti Prabowo Subianto.

3. Jenderal (Purn) Budi Gunawan

Pensiunan Jenderal (Pol) ini termasuk perwira tinggi Polri yang sangat dekat dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Budi Gunawan telah diusulkan oleh Presiden Jokowi menjadi Kapolri, tetapi KPK pada era Abdul Samad dan Bambang Widjojanto memimpin, menjadikan Budi sebagai tersangka.

BG --panggilan Budi Gunawan-- batal menjadi Kapolri dan jabatan tinggi di Polri hanya sebagai Wakapolri.

BG kemudian diangkat menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) dan pangkatnya kemudian naik menjadi Jenderal (Pol).

4. Komisaris Jenderal (Purn) Gories Mere

Komjen Gories Mere adalah polisi yang memiliki latar belakang reserse dan termasuk tokoh yang membentuk Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.

Gories Mere lahir di Flores Timur, 17 November 1954 yang menjabat sebagai Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional tahun 2009-2012.

Nama Gories Mere mulai mencuat ke publik saat berhasil menangkap ratu ekstasi Zarima di Texas, Amerika Serikat, tahun 1996.

Ketika terjadi ledakan bom teroris di Bali tahun 2002, Gories Mere adalah perwira menengah senior yang menjadi komandan lapangan dalam menangkapi para teroris.

Gories Mereka kini menjabat sebagai staf Khusus Presiden Bidang Intelijen. (*)

Simak videonya:

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved