Hari Pertama Masuk, Murid SMPN 21 Tangerang Pakai Masker Imbas Terkurung Tol Kunciran
Mereka menghindari debu yang berasal dari pembangunan Tol Kunciran-Bandara Soekarno-Hatta sejak dua bulan yang lalu.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda
TRIBUNJAKARTA.COM, BENDA - Sekolah hari pertama di SMPN 21 Tangerang meninggalkan pengalaman yang berbeda dari murid sekolah lain.
Sebab, dari pantauan TribunJakarta.com di lokasi beberapa puluhan siswa SMPN 21 Tangerang sekolah sambil menggunakan masker guna menutupi wajahnya.

Bukan karena kewajiban sekolah, melainkan inisiatif mereka menghindari debu yang berasal dari pembangunan Tol Kunciran-Bandara Soekarno-Hatta sejak dua bulan yang lalu.
Sambil menelan pelajaran dari guru, mereka mengenakan masker di dalam kelas. Beberapa yang tidak membawa masker menutupi wajahnya dengan kerudung atau kain lainnya.
Hembusan angin kencang pun tak jarang terlihat memasuki ruangan kelas sambil membawa debu pembangunan.
Nurhaliza seorang murid kelas 8 mengatakan, menggunakan masker supaya tidak mengganggu proses kegiatan belajar mengajar di hari pertamanya sekolah.
"Sengaja biar enggak kemasukan debu di kelas," singkatanya, Senin (15/7/2019).
Bahkan beberapa murid juga inisiatif menyapu kelasnya yang terpapar debu pembangunan tol Kunciran-Bandara Soekarno-Hatta padahal masih pagi hari.
Dikesempatan yang sama, Plh Kepala Sekolah SMPN21 Tangerang, Sarnoto mengatakan jajarannya akan melayangkan surat permohonan pemberian masker untuk anak muridnya.
Surat tersebut akan dilayangkan ke Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan pihak pengambang jalan tol.
"Siang ini nanti kita akan kirimkan surat ke dinas dinas untuk pengadaan masker bukan cuma untuk murid tapi juga untuk guru dan staf lainnya," ujar Sarnoto.
Ia mengatakan tiap hari juga akan mewajibkan muridnya untuk kerja bakti membersihkan ruang kelasnya saat siang hari dan sebelum pulang sekolah.
Tapi, menurutnya sejak viral, pekerja tol Kunciran-Bandara Soekarno-Hatta setiap hati rajin menyirami tanah kering asal muasal debu yang menyelimuti sekolah.
"Kita enggak tahu kapan jadwal pastinya tapi sekarang lebih sering nyiramin tanah urukan itu," sambung Sarnoto.