Kecelakaan Maut Subang

Ini Firasat Para Korban Kecelakaan Tanjakan Emen, Minta Kumpul di Rumah Sampai Rasakan Tangan Dingin

Kecelakaan maut yang menewaskan puluhan orang di Tanjakan Emen, Subang rupanya sudah dirasakan oleh sejumlah keluarga korban.

Penulis: Widie Henaldi | Editor: Widie Henaldi
TribunJakarta/Kolase TribunnewsBogor.com
Isak tangis warnai pemakaman korban kecelakaan bus maut di tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat, Minggu (11/2/2018). 

TRIBUNJAKARTA.COM - Kegembiraan dan suka cita peserta rombongan wisata Koperasi Simpan Pinjam Permata, Tangerang Selatan, Provinsi Banten yang akan menuju ke obyek wisata Ciater, Subang, Jawa Barat berakhir tangisan dan duka.

Sebanyak 27 orang tewas setelah bus PO Aladin yang dikemudikan Amirudin mengalami kecelakaan di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat.

Isak tangis di lokasi kejadian pecah saat puluhan korban bergelimpangan di jalan.

Seluruh korban tewas, luka berat dan ringan langsung dilarikan ke RSUD Subang untuk mendapatkan perawatan.

Baca: Penumpang Bus: Pak Enggak Bisa Dicepatin Dikit, Biar Cepat Sampai

Kecelakaan maut yang menewaskan puluhan orang di Tanjakan Emen, Subang rupanya sudah dirasakan oleh sejumlah keluarga korban.

Firasat dan pesan dari korban seolah menjadi pertanda akan kejadian memilukan tersebut.

TribunJakarta.com merangkum sejumlah firasat dan pesan terakhir yang disampaikan keluarga korban.

Firasat akan kepergian seorang korban tewas bernama Siti Mulyana dirasakan keluarga korban sepekan sebelum kecelakaan maut terjadi.

Warga mengangkat jenazah salah satu korban kecelakaan di Tanjakan Emen, Subang untuk dimakamkan di TPU Legoso, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (11/2/2018). Sebanyak 17 jenazah korban kecelakaan maut di Tanjakan Emen, Subang dimakamkan secara massal di pemakaman massal yang disediakan Pemkot Tangerang Selatan. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Warga mengangkat jenazah salah satu korban kecelakaan di Tanjakan Emen, Subang untuk dimakamkan di TPU Legoso, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (11/2/2018). Sebanyak 17 jenazah korban kecelakaan maut di Tanjakan Emen, Subang dimakamkan secara massal di pemakaman massal yang disediakan Pemkot Tangerang Selatan. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Kakak ipar Siti Mulyana, Kartoni mengungkapkan keganjilan adik iparnya tersebut.

Baca: Belum Ditangkap, Polisi Akui Pelaku Pembunuhan Bocah Lima Tahun di Pasar Rebo Cerdik

Kartono mengatakan, seminggu sebelum kecelakaan bus terjadi, Siti hadir dalam acara keluarga besarnya di Bekasi.

Di acara itu, almarhumah terlihat tidak ceria seperti biasanya dan hanya sedikit berbicara.

Selesai acara, Kartono mengatakan bahwa Siti berpesan kepada seluruh keluarganya untuk berkumpul di rumahnya.

"Minggu depan kumpul di rumah saya di Ciputat ya, mau ada acara juga," ucap Kartono mengulang pesan terakhir Siti kepadanya.

Kartono mengaku tidak percaya jika kumpul keluarga yang dikatakan adik iparnya yakni acara tahlilan Siti yang menjadi korban meninggal kecelakaan bus.

"Saya kira mau ada acara syukuran, ternyata tahlilan almarhumah sendiri," kata Kartono kepada TribunJakarta.com.

Baca: Harta Benda Korban Kecelakaan Tanjakan Emen Sudah Bisa Diambil di Kelurahan Pisangan

Firasat lainnya juga disampaikan Sarinah, satu korban selamat bus maut di tanjakan Emen, Subang.

Sarinah menjelaskan, rombongan anggota Koperasi Simpan Pinjam Permata Ciputat sempat menggelar rapat koperasi di restoran bakmi nyemek.

Rapat tersebut dipandu oleh seorang pembawa acara dan ditutup dengan doa.

Namun, nahas bagi kedua orang pengisi acara di rapat koperasi.

Setelah usai rapat, bus nomor satu yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan di Tanjakan Emen, Subang, Sabtu (10/2/2018).

"Ada yang bawain acaranya itu meninggal, yang doa juga," ujar Sarinah di kediamannya di Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Minggu (11/2/2018).

Sarinah merupakan anggota Koperasi Simpan Pinjam Permata Ciputat yang turut ikut dalam rombongan.

Baca: Satu Korban Luka Berat Kecelakaan Bus Tanjakan Emen Akan Jalani Operasi Hari Ini

Ia menumpangi bus nomor tiga yang posisinya di belakang bus nomor satu.

Sarinah mengatakan, rapat koperasi tersebut juga diisi oleh pembacaan ayat suci Al Quran.

"Yang ngaji itu selamat dia," ucap Sarinah.

Sebanyak 14 jenazah korban kecelakaan maut di Tanjakan Emen, Subang, Sabtu (10/2/2018) sore, sudah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Legoso, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (11/2/2018). TRIBUNJAKARTA.COM/SUCI FEBRIASTUTI
Sebanyak 14 jenazah korban kecelakaan maut di Tanjakan Emen, Subang, Sabtu (10/2/2018) sore, sudah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Legoso, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (11/2/2018). TRIBUNJAKARTA.COM/SUCI FEBRIASTUTI (TribunJakarta.com/Suci Febriastuti)

Cerita pilu juga disampaikan anak Aminah (44), korban meninggal lainnya.

Anak laki-laki dan perempuannya menangis dan menjerit tiada henti.

"Saya cuma mau lihat mamah! Saya mau ketemu mamah!" ucap anak perempuannya.

Baca: Pesan Terakhir Korban Tewas Tanjakan Emen: Semuanya Kumpul di Rumah Saya Ya

Anak laki-lakinya pun mencoba menenangkan saudara perempuannya.

Sambil memeluk saudara perempuannya, ia mengatakan bahwa ibunya sudah tiada.

"Mamah sudah tidak ada! sadar, mamah sudah pulang!" ucap anak laki-lakinya sembari menangis di bahu saudara perempuannya.

Rencananya, setelah keluarga korban selesai menyalati jenazah di RSUD Tangsel, jenazah akan dibawa ke rumah duka.

Firasat lainnya, khodijah, anggota PKK Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

Saat itu, Khodijah dan rekannya, Siti Mulyana, bertemu untuk membuat foto profil lomba Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) Tangerang, Jumat (9/2/2018).

Kepada TribunJakarta.com, Khodijah mengatakan Siti Mulyana merasakan tangannya dingin tanpa sebab.

"Iya waktu itu dia bilang ke saya, tangan saya kok dingin ya, dia bilang juga ngerasa enggak enak," jelas Khodijah, Minggu (11/2/2018).

Khodijah mengatakan Siti Mulyana merupakan koordinator bus 1.

"Bu Mulyana itu koordinator bus 1," kata Khodijah.

Baca: Jono Korban Meninggal Kecelakaan Tanjakan Emen Dikenal Sosok yang Lucu dan Periang

Khodijah sedianya ikut berlibur bersama rombongan ke Ciater, namun urung karena tetangga di depan rumahnya mengadakan pesta hajatan.

Lain hal dengan Muhaya, seorang wanita yang mengatakan anak laki-lakinya ikut dalam rombongan bus yang terlibat kecelakaan tersebut.

"Firasat saya sudah tidak enak, mau ngelarang tapi tidak bisa," ucap Muhaya kepada TribunJakarta.com

Anak laki-laki Muhaya, berada di dalam daftar korban yang menderita luka ringan.

Muhaya awalnya mendapat kabar bahwa anaknya berada di bus nomor tiga.

Setelah mendapat informasi lebih lanjut, anak laki-lakinya berada di dalam bus yang mengalami kecelakaan.

"Ketika mendapat kabar anak saya berada di bus nomor 1, badan saya langsung lemas dan keringat dingin," ujar Muhaya.

Seperti diberitakan sebelumnya, kecelakaan maut terjadi di Tanjakan Emen, Kampung Cicenang, Desa Ciater, Ciater, Kabupaten Subang, Sabtu (10/2/2018).

Sebanyak 27 orang tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.

Bus pariwisata Premium Passion nomor polisi F 7959 AA yang membawa rombongan dari Ciputat, Tangerang Selatan, terguling ketika melewati turunan panjang yang curam di tengah kebun teh dan hutan pinus.

Bus yang mengangkut rombongan anggota Koperasi Simpan Pinjam Permata itu, baru meninggalkan wisata kawah Gunung Tangkuban Perahu untuk kembali ke Tangerang Selatan via tol Cikopo-Palimanan.

Tol tersebut bisa diakses dari Gerbang Tol Subang Kota.

Baca: Cerita Keluarga Korban Selamat: Kurangi Kecepatan, Sopir Benturkan Bus ke Tebing dan Jalan Zig Zag

Menuju Subang Kota, setelah keluar gerbang Tangkuban Perahu, bus harus melewati turunan panjang sekitar kurang lebih ‎2 kilometer.

Saat melewati turunan panjang, curam dan kelokan di tengah kebun teh dan hutan pinus itulah bus mengalami kecelakaan.

"Bus menuju Subang kota dari arah Bandung. Saat melintas turunan panjang dan berkelok, bus tidak terkendali karena diduga rem blong dan menabrak sepeda motor dengan nomor polisi T 4382 MM," ujar Kapolres Subang AKBP Joni.

"Bus kemudian menabrak tebing sebelah kiri jalan dan terguling di bahu jalan," Joni menambahkan saat dihubungi lewat telepon.

Bak Besi Jatuh dari Langit

Isep Keling (37), pemilik bengkel tambal ban yang hanya berjarak kurang dari 50 meter dari lokasi kejadian kecelakaan langsung lari keluar ketika mendengar suara teriakan orang dan besi yang seperti jatuh dari langit.

"Saya langsung lari dan pas liat ternyata banyak korban sudah ada di luar dan kondisinya mengenaskan," kata Isep kepada Tribun Jabar saat ditemui di bengkelnya, Sabtu (10/2/2018) malam.

Isep melihat belasan orang terlempar dari dalam bus dan tak tertimpa badan bus saat kecelekaan terjadi.

"Ada yang meninggal ada yang masih selamat juga. Ngeri pokoknya. Saya liat sendiri korban-korbannya," kata Isep.

Menurut Isep, pada saat kejadian kecelakaan itu arus lalu lintas terbilang sepi dan tidak ramai seperti biasanya libur akhir pekan.

Cuaca, kata dia, juga cerah. Sepengetahuannya, kejadian kecelakaan itu terjadi pukul 16.30 WIB.

"Pas kecelakaan untung lagi sepi. Wah enggak tahau kalau sedang ramai. Korban bisa banyak sekali. Bus kan menabrak motor dulu lalu menabrak tebing di kiri baru ke guling ke kiri juga. Kalau kecepatan bus kurang tahu, soalnya enggak lihat. Tahunya pas ada suara keras saja saya baru lari," kata dia.(*)

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved