Imlek 2018

Alasan Tarian Barongsai Identik di Perayaan Imlek

Tarian barongsai ini biasa disebut tarian singa karena menggunakan boneka berbentuk singa saat menari.

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Kurniawati Hasjanah
pontianak.tribunnews.com
Juara Dunia Barongsai Tonggak Empat Kali, Kong Ha Hong Lion Dance Troupe Ikut Memeriahkan Perayaan Imlek di Ancol 

TRIBUNJAKARTA.COM - Saat perayaan Imlek, penampilan Barongsai menghiasi perayaan di berbagai tempat dan menjadi daya tarik pengunjung untuk menyaksikannya.

Identiknya Barongsai dengan perayaan Imlek ini dijelaskan di Buku 5000 Tahun Ensiklopedia Tionghua 1 karya Christine dan kawan kawan, terbitan St Dominic Publishing tahun 2015.

Tertulis di buku tersebut, menurut kepercayaan leluhur (China) tiap awal tahun baru merupakan masa pada dewa dewi kembali ke kahyangan untuk melapor ke Kaisar Langit.

Baca: Kehilangan Smartphone Android Mu? Gunakan 3 Cara Ini Untuk Menemukannya

Neng (27) saat ia berkeliling sebagai wanita penari barongsai di Pasar Asemka, Tambora, Jakarta Barat, Jumat (2/2/2018) Tribun Jakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
Neng (27) saat ia berkeliling sebagai wanita penari barongsai di Pasar Asemka, Tambora, Jakarta Barat, Jumat (2/2/2018) Tribun Jakarta.com/Gerald Leonardo Agustino (Tribun Jakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)

Sehingga momen itu membuat roh-roh jahat di dunia menjadi semakin ganas karena tidak ada yang mengendalikan saat dewa-dewi rapat di kahyangan.

Atas kepercayaan itu, masyarakat China kuno mengadakan tarian barongsai yang telah diberkati di klenteng untuk mengusir setan.

Dari kepercayaan tersebut, maka orang China kuno mengadakan tarian barongsai yang sebelumnya telah diberkati di klenteng dengan maksud mengusir setan.

Tarian barongsai ini biasa disebut tarian singa karena menggunakan boneka berbentuk singa saat menari.

Terdapat dua jenis tarian singa ini yaitu singa utara dan singa selatan.

Singa utara mempunyai surai ikal dan berkaki empat sementara singa selatan mempunyai sisik dan jumlah kaki bervariasi antara dua atau empat.

Baca: Bingung Memilih Model Kebaya? Yuk Intip Model Kebaya Roro Fitria

Dipilihnya singa sebagai simbol barongsai karena singa dianggap kendaraan menuju kebaikan surga bagi masyarakat Tionghoa.

Nama barongsai berasal dari kata barong, kesenian boneka Bali yang dimainkan oleh manusia di dalamnya, sementara kata Sai dalam bahasa Hokkian bermakna singa.

Makna Angpao Imlek

Angpao adalah bingkisan dalam amplop merah yang biasanya berisikan sejumlah uang sebagai hadiah menyambut tahun baru Imlek
Angpao adalah bingkisan dalam amplop merah yang biasanya berisikan sejumlah uang sebagai hadiah menyambut tahun baru Imlek (ulinulin.com)

Angpao biasa disebut amplop merah yang biasanya berisikan uang sebagai hadiah menyambut tahun baru imlek.

Pemakaian warna merah karena dianggap melambangkan kebaikan dan kesejahteraan di kebudayaan Tionghoa.

Warna merah menunjukkan kegembiraan, semangat yang akhirnya akan membawa nasib baik bagi penerimanya.

Baca: Sakitnya Perempuan Ini! Suaminya Ternyata Telah Menikah Sedarah dan Punya Anak

Di buku 5000 Tahun Ensiklopedia Tionghoa 1 karya Christine dan kawan-kawan, terbitan St Dominic Publishing tahun 2015 menjelaskan warna merah di China juga identik dengan api.

Melambangkan kemeriahan dan kehangatan.

Sehingga tak heran warna merah mendominasi pernak pernik Imlek.

Tak hanya itu, angpao juga memiliki arti transfer kesejahteraan atau energi.

Baca: Sandiaga Uno Sudah Siap Lomba Renang Hadapi Menteri Susi

"Transfer kesejahteraan dari orang mampu ke orang tidak mampu, dari anak-anak yang sudah menikah ke orang tua serta dari orangtua ke anak-anak," tutur Budayawan Budi Santosa Tanuwibawa.

Angpao saat tahun Imlek memiliki istilah khusus yaitu Ya Sui, berarti hadiah yang diberikan anak-anak dengan pertambahan umur atau pergantian tahun.

Menurutnya, tradisi Tionghoa juga mengenal hari persaudaraan yaitu tradisi Tionghoa untuk memberikan angpao tujuh hari menjelang Imlek.

"Hal ini mengharuskan orang yang merayakan Tahun Baru Imlek untuk membantu sesama yang tidak mampu merayakan," jelasnya.

Baca: Lilin Buatan Indonesia Kini Merambah Pasar Internasional

Saat pemberian angpao terdapat peraturan tak tertulis.

Sebelum menerima angpao, anak-anak mengucapkan selamat tahun baru dengan membungkus kepalan tangan kanan beserta tangan kiri.

Hal itu dilakukan karena tangan kanan berkesan agresif.

Seiring perkembangan zaman, saat ini orang tua lebih mudah memberikan uang dan memberi kebebasan anak untuk memutuskan hadiah yang ingin dibeli.

Lilin Besar Khas Perayaan Imlek

Lilin raksasa lebih tinggi dari manusia dewasa,  di Pabrik Lilin Teluknaga.
Lilin raksasa lebih tinggi dari manusia dewasa, di Pabrik Lilin Teluknaga. (TRIBUNJAKARTA.COM/ EGA ALFREDA)

Lilin-lilin berukuran besar yang biasa ditemui di Klenteng menjadi ciri khas perayaan Imlek.

Saat TribunJakarta.com berkunjung ke Klenteng Kwan In Thang, Pamulang, Tangerang Selatan terdapat beberapa lilin besar yang berada di kawasan itu.

Amran selaku pengurus klenteng, mengatakan lilin besar bisa menyala sampai seminggu lebih.

Baca: Dipeluk dan Dicium Wanita Cantik, Pria Ini Batal Bunuh Diri

"Tergantung ukuran, kalau yang panjangnya satu meter lebih bisa sampai seminggu lebih nyalanya," ucap Amran.

Ia mengatakan lilin ini merupakan pemberian dari beberapa jemaat klenteng.

Mereka memberikan lilin sebagai persembahan ketika ada tujuan atau target hidup, yang sudah tercapai, tambah Amran.

"Mereka senang jika lilinnya dinyalakan, apalagi sampai tahan berhari-hari," tutup Amran kepada TribunJakarta.com saat ditemui TribunJakarta.com, Kamis (15/2/2018).

Vihara Berusia 115 Tahun Siap Menyambut Imlek

Vihara Amurva Bhumi, Jatinegara, Jakarta Timur sedang bersolek untuk menyambut Imlek 2018, Kamis (15/2/2018). TRIBUNJAKARTA.COM/DIONSIUS ARYA BIMA SUCI
Vihara Amurva Bhumi, Jatinegara, Jakarta Timur sedang bersolek untuk menyambut Imlek 2018, Kamis (15/2/2018). TRIBUNJAKARTA.COM/DIONSIUS ARYA BIMA SUCI (TRIBUNJAKARTA.COM/DIONSIUS ARYA BIMA SUCI)

Vihara Avalokiteshvara yang berlokasi di Kawasan Jatinegara, Jakarta Timur telah berusia 115 tahun.
Menurut Yeni (50), pengurus vihara kepada TribunJakarta.com, Kamis (15/2/2018), vihara ini dibangun pada tahun 1903.

Vihara ini memiliki arti Dewi Kwan Im.

"Yang mendirikan ini bernama Liem Ku Niang. Arti dari nama vihara ini sendiri adalah Dewi Kwan Im" ujar Yeni (50) pengurus Vihara kepada TribunJakarta.com, Kamis (15/2/2018).

Vihara ini memiliki satu ruangan untuk sembayang para jemaah.

Ruangan tersebut memiliki luas ruangan sekitar 20 meter. Kata Yeni, secara turun temurun vihara tersebut diurus oleh keluarga.

"Ini dirawat udah turun temurun, saya generasi ke empat yang ngurus ini," ujarnya.

Baca: Selayang Pandang Bendung Katulampa

Untuk acara Hari Raya Imlek besok, Vihara tersebut menyediakan ratusan hio atau dupa untuk para jemaah untuk sembayang.

"Untuk besok kita ada sembayang jemaat," tukasnya.

Saat ini, para pengurus sedang mendekorasi tempat tersebut untuk imlek besok.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved