Selayang Pandang Bendung Katulampa

Sistem irigasi yang diterapkan Bendung Katulampa disebut Oosterslokkan, sistem irigasi tertua yang dibangun Belanda di Pulau Jawa.

Editor: Kurniawati Hasjanah
KOMPAS.COM/RAMDHAN TRIYADI BEMPAH
Suasana di Bendung Katulampa Bogor, Senin (6/2/2018). Tinggi muka air di Bendung Katulampa menurun pagi ini mencapai 90 sentimeter atau status siaga empat. 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Ketika musim hujan, Bendung Katulampa, Kota Bogor, selalu menjadi pusat perhatian warga khususnya mereka yang tinggal tak jauh dari bantaran Sungai Ciliwung.

Jauh sebelum tahun 1911, ide membangun Bendung Katulampa sudah dipikirkan Gubernur Jenderal Baron van Imhoff pada abad ke-18.

Belanda membangun Bendung Katulampa untuk mengukur debit air Ciliwung yang akan mengalir ke Batavia (Jakarta).

Hal tersebut dilakukan sebagai sistem peringatan dini agar kemungkinan banjir bisa diantisipasi pejabat tinggi pemerintahan Hindia-Belanda yang saat itu berpusat di Batavia.

Acara peresmian bendungan dimeriahkan tari-tarian, gamelan dan upacara selamatan menggunakan kepala kerbau pada 11 Oktober 1912 oleh Gubernur Jenderal Alexander Willem Frederik Idenburg.

Baca: Memburu Mawar Hitam Langka di Pasar Bunga Rawa Belong

Bendungan memiliki panjang total 74 meter dan dilengkapi lima inlaatsluis (pintu untuk mengalirkan arus ke kawasan di bawah), 3 spuisluis (pintu untuk menahan air apabila volume air berlebihan dan mengancam kawasan bawah), dengan lebar masing-masing pintu 4 meter.

Saluran itu mengalir dari sini melintasi Weltevreden (Menteng) untuk lalu lintas pelayaran ke pedalaman arah Bogor.

Tidak hanya Gubernur Jenderal Baron van Imhoff, Gubernur Jenderal Daendels memiliki rencana menggali kanal untuk pelayaran ke pedalaman.

Hal itu diperlukan banyak schutsluizen, kontruksi kanal yang memungkinkan kapal bisa naik ke kawasan lebih tinggi dengan membendung air hingga kapal terangkat setingkat demi setingkat dan sebaliknya.

Baca: Sempat Ditangani Dokter Mayapada 30 Menit, Jiwa Putri Korban Terowongan Ambruk Tidak Tertolong

Schutsluizen dapat ditemui di Belanda, Norwegia dan negara Eropa lainnya.

Sistem irigasi yang diterapkan Bendung Katulampa disebut Oosterslokkan, sistem irigasi tertua yang dibangun Belanda di Pulau Jawa.

Dilansir dari buku ekspedisi ciliwung (2009) dari Bendung Katulampa air Ciliwung mengalir sekitar enam jam untuk sampai ke Depok dan dari sana membutuhkan waktu delapan jam untuk sampai ke Pintu Air Manggarai, Jakarta.

Daerah yang dilalui meliputi Srengseng Sawah, Rawajati, Kalibata, Pengadegan, Pejaten Timur, Kebon Baru, Bukit Duri, Cililitan, Balekambang, Cawang, Bidara Cina dan Kampung Melayu.

Berita ini telah tayang di Grid.id dengan judul: Sejarah Bendung Katulampa

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved