Walau Sedang Puasa, Terdakwa Ini Tusuk Debt Collector Hingga Meninggal Dunia
"Ia dia pemarah dan saya juga tahu kalau motor itu macet pembayarannya hingga empat bulan belum dibayar," jawab Elia.
Elia mengungkapkan, dalam perjalanan diberhentikan dua orang tidak dikenal yang langsung ingin meminta sepeda motor yang dikendarai mereka.
Ketika terdakwa bertanya surat perintah dan yang lain, korban tidak menjawab.
"Jadi suami sempat tanya, namun korban nggak jawab. Ada cekcok di situ. Akhirnya korban mengajak suami, ayo selesaikan di atas, sembari jalan menuju ke arah perumahan (Perumahan BCA, Jalan Cut Nyak Dien, Tanjungkarang Pusat). Kurang lebih lima menit suami saya balik dengan membawa pisau, tapi saya nggak perhatikan ada darah apa nggak," tutur.
Masih kata dia, selanjutnya suami mengambil motor yang dibawa teman korban dalam kondisi masih membawa pisau.
Setelah itu terdakwa mengantar pulang saksi ke rumahnya di daerah Kemiling.
"Dalam perjalanan pulang, suami saya sempat ngomong kalau nusuk korban pakai pisau. Saya nggak kepikiran mati atau nggak, karena saat itu suami saya lagi puasa. Sesampai di rumah saya ingatkan lebih baik menyerahkan diri ke polisi," ujar Elia.
Baca: Bantu Anak Indonesia Penderita Katarak Dapatkan Kacamata, Asri Welas : Patungan Yuk
Hakim ketua Hasmi sempat menanyakan bahwa apakah terdakwa pemarah dan mengetahui bahwa terdakwa mengkredit motor dan macet dalam pembayaran cicilan.
"Ia dia pemarah dan saya juga tahu kalau motor itu macet pembayarannya hingga empat bulan belum dibayar," jawab Elia.
Lalu Jaksa Supriyanti menanyakan bagaimana cara terdakwa mengatakan kepada saksi bahwa telah menusuk korban.
"Tadi saya menusuk korban pakai pisau yang dibeli, ketika itu ngomongin pas di atas motor. Dan saya ngomongnya serahkan diri saja. Akhir keesokan harinya suami saya menyerahkan diri," kata Elia.
Hakim Ketua bertanya kepada terdakwa, apakah keterangan saksi semuanya benar dan apakah ada yang salah.
"Semua benar dan tidak ada yang salah," jawab Ali Imron sembari mengangguk