9 Fakta Turis Arab di Puncak Bogor: Takut Cicak, Suka Hujan Sampai Tak Mau Pakai Helm
Kios-kios yang didirikan oleh warga pun sebagian besar diberi tulisan Arab sebagai desain untuk menyambut kedatangan mereka.
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Naufal Fauzy
TRIBUNJAKARTA.COM, CISARUA - Keberadaan wisatawan asal Arab di kawasan Puncak Bogor sudah menjadi hal umum diketahui banyak orang.
Kios-kios yang didirikan oleh warga pun sebagian besar diberi tulisan Arab sebagai desain untuk menyambut kedatangan mereka.
Baca: Syahrini Jalani Sidang First Travel: Pak Hakim Saya Kepanasan, Boleh Buka Jaket?
Namun ada beberapa fakta hingga kebiasaan tamu Arab di Puncak Bogor mulai dari sesuatu yang dinilai warga Puncak aneh, mengesalkan hingga tak banyak yang menyadarinya.
Berikut 9 fakta keberadaan para wisatawan Arab di Puncak Bogor.
1. Pedagang jago Bahasa Arab

Salah satu pedagang buah stroberi di Curug Cilember, Asep (35), mengatakan bahwa hampir semua pedagang bisa menawarkan dagangannya dengan menggunakan Bahasa Arab.
Bahkan lanjut dia, tawar menawar harga pun bisa dilakukan menggunakan bahasa tersebut. Karena ia merasa perlu untuk berdagang, ia pun belajar Bahasa Arab pada temannya yang lain sesama pedagang.
"Saya mah belajar sedikit-sedikit dari teman. Karena kan banyakan orang Arab. Karena perlu aja, sih. Saya juga udah empat tahunan bisa (Bahasa) Arab," jelas Asep kepada TribunnewsBogor.com.
2. Sudah ada sejak tahun 1970
Menurut Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Puncak, Bowie, tamu Timur Tengah di Puncak Bogor sudah ada sejak tahun 1970 dengan adanya kios-kios di Jalan Raya Puncak, km 84, Cisarua, Kabupaten Bogor atau disebut Warung Kaleng.
Baca: Pidato Prabowo Soal Elite Penipu, Ketua MUI: Orangnya Mana? Tunjuk Saja
"Dulu mah kan yang menjual kain, alat-alat rumah tangga kan orang-orang keturunan arab. Trus temen-temennya dari timur tengah diundang kesini awalnya hanya maen, terus jadi berbisnis, berjualan dan sebagainya," ungkap Bowie kepada TribunnewsBogor.com.
3. Tak Semua Orang Arab
Beberapa waktu yang lalu, TribunnewsBogor.com sempat berbincang-bincang dengan tamu asing di Puncak.
Dari perwajahannya, dia tampak seperti orang Timur Tengah namun ternyata ia berasal dari Negara Eritrea yang bahkan mayoritas agamanya pun bukanlah muslim melainkan kristiani.
Bahkan pria yang bernama Simon (28) ini mengaku dirinya tidak terlalu lancar berbahasa Arab karena kesehariannya ia biasa menggunakan Bahasa Inggris.
"Saya tahu negara saya memang kurang terkenal, negara saya lokasinya di dekat Ethiopia dan juga laut merah, tahu kan, itu mayoritas di negara saya Agamanya Kristen tidak seperti di Indonesia," ujar Simon ketika ditemui TribunnewsBogor.com di Megamendung, Puncak Bogor.
4. Suka cuaca ketika sedang hujan
Hujan merupakan sesuatu yang jarang terjadi di Timur Tengah. Selain uang, wisatawan Arab menganggap hujan merupakan rezeki yang sulit didapat di negaranya sendiri.
"Kita kan kalo ujan lari ke dalem rumah, tapi orang Arab mah kebalik, keluar. Subhanalloh, subhanalloh. Karena jarang kan kalo di sana (negara asal), hampir tiap hari kan di sini ada hujan," terang Bowie.
5. Tidak Mau Pakai Helm atau Sabuk Pengaman
Menurut Ketua Kompepar Puncak, Bowie, Tukang ojek dan sopir rata-rata tidak mau berurusan dengan penindakan dari pihak kepolisian.
Namun ketika mereka mempunyai pelanggan wisatawan Arab, mereka harus pasrah atau cari cara lain karena menurut Bowie ada saja tamu Arab yang lebih memilih ditilang daripada harus pakai helm atau sabuk pengaman dalam berkendara.
"Kalo gak pake (helm/sabuk pengaman) saya ditilang. Kalo polisi negor, didenda, kamu yang bayar. Orang Arab bilang, Gak apa-apa," cerita Bowie.
6. Nawar Sambil Maksa
Hal itu dirasakan oleh hanyak pedagang di Puncak Bogor, mulai pedagang souvenir hingga pedagang makanan.
Tamu Arab kerap menawar harga terlalu rendah ketika hendak membeli sesuatu dimana hal itu pun membuat pedagang geleng-geleng kepala.
"Suka nawar sambil maksa orang Arab mah kalau mau beli apa gitu ya," ujar salah satu pedagang souvenir di Puncak Bogor.
7. Suka Vila yang Banyak Pohon
Hal ini menjadi hal yang lumrah menurut Ketua Kompepar Puncak, Bowie, karena Timur Tengah tempat asal mereka merupakan tanah yang gersang ditambah nuansa hijau tumbuhan yang kurang.
"Orang Arab kalau nyewa vila di Puncak, gak ada pohonnya, gak jadi," kata Bowie.
8. Rajin Sedekah
Bicara soal duitnya wisatawan Arab, warga lokal Puncak tidak bisa menganggapnya remeh bahkan mereka pun kagum akan hal itu.
Pasalnya, menurut Bowie wisatawan Arab rata-rata suka bagi rezeki kepada warga Puncak, dimulai dari sedekah kepada pengemis, para santri, membangun mushola hingga membangun mesjid besar untuk warga.
Bowie pun mengaku bahwa ada saja pengemis yang diberi uang dengan mata uang riyal bahkan dolar oleh para wisatawan Arab dengan cuma-cuma.
9. Takut Cicak
Jika wisatawan Arab mendiami sebuah vila, dimana di vila itu ditemukan binatang cicak maka mereka bakal memutuskan untuk pindah ke vila lain.
"Kamar vila itu tak boleh ada cicak, pokoknya vila-vila di sini cicak itu dihilangkan," ujar Bowie.
Menurutnya, orang Arab memang sudah mempunyai budaya dari dulu tentang cicak yang sangat mereka hindari.
Jadi, lanjut dia, bagi para pemilik vila sebisa mungkin setiap ruangannya harus bebas dari cicak jika ingin ditawarkan kepada tamu Arab.