Membongkar Salah Satu Mitos Makanan Terbesar yang Pernah Ada, MICIN (MSG)
MSG bukanlah bahan kimia yang bahaya yang dapat menyebabkan sakit kepala untuk beberapa orang, asma, atau bahkan palpitasi jantung.
Penulis: Ananda Bayu Sidarta | Editor: Ananda Bayu Sidarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Pernahkah kalian mendengar orang tua yang mengatakan bahwa jika kita memakan makanan yang memiliki kandungan MSG(Monosodium Glutamat) katanya membuat kita lemot dalam berpikir, jadi bodoh, dan pernyataan serupa?
Atau bisa juga disebut 'micin'.
Sehingga kerap sekali kita melihat sudah banyak orang menggunakan kata 'anak generasi micin' adalah individu atau beberapa kelompok anak yang melakukan tindakan bodoh yang sudah tidak mengenal malu, parahnya moral, norma, dan etika.
Kebanyakan makan micin, bocah kebanyakan ngemil micin, dan kalimat-kalimat serupa yang menggunakan kata micin.
Kenapa istilah 'kebanyakan micin atau MSG' ini sangat melekat?
Mengutip informasi dari akun facebook Today Eye Watched, MSG bukanlah toxic(racun).
MSG bukanlah bahan kimia yang bahaya yang dapat menyebabkan sakit kepala untuk beberapa orang, asma, atau bahkan palpitasi jantung.
Bagaimana kita bisa mengetahuinya?
Sains !
Ilmu Pengetahuan!
Artinya, kita bisa belajar, kita bisa mempelajarinya.
MSG, kepanjangan dari Monosodium Glutamat yang merupakan senyawa natrium dan glutamat yang berasal dari alam.
Sudah biasa digunakan untuk Masakan Asia bertahun-tahun dan itu juga bagian yang menonjol dari fast food (makanan cepat saji) Asia di Amerika Serikat.
Tapi, kalian mungkin pernah tahu terdapat tanda 'NO MSG' di jendela restoran cina atau dari kampanye di sosial media di mana-mana yang memperingatkan kalian tentang betapa mengerikannya MSG.
Kalian akan mendengar banyak orang benar-benar percaya tentang reputasi buruk MSG ini melekat sangat erat.
Sebenarnya tidak seperti itu.
Karena MSG hanyalah kombinasi natrium dan zat alami yang sudah ada di dalam tubuh.
Faktanya, asam glutamat dibuat oleh sel manusia, dan banyak makanan sehat memiliki konsentrasi yang tinggi.
Sedangkan natrium, kandungan natrium lebih sedikit didalam MSG daripada yang ada didalam garam.
Jadi, kenapa banyak orang takut akan hal itu?
Karena ada saat dimana orang yang tidak tahu menanyakan hal ini.
Kilas balik sekitar satu abad, dan kalian akan melihat apa yang dimaksudkan.
MSG pertama kali dikembangkan pada tahun 1908 oleh kimiawan Jepang, Kikunae Ikeda.
Segera setelah Profesor Ikeda menemukan bahwa asam glutamat berperan untuk rasa umami, ia memperolehnya dari rumput laut kering, dipatenkan untuk memproduksinya, lalu merknya, AJI-NO-MOTO, masih populer sampai saat ini.
Umami adalah rasa lezat dan gurih yang merupakan komponen penting dari masakan Jepang.
Ini adalah 'fifth taste' yang kita semua inginkan, empat lainnya adalah rasa asin, manis, asam, dan pahit.
Penemuan Ikeda menembus ke pasar Amerika di tahun 50-an, dan selama hampir 20 tahun, tidak ada yang melaporkan memiliki masalah dengan itu(penemuannya).
Tetapi orang-orang Amerika segera menjadi sadar akan bahaya-bahaya aditif makanan yang ditimbulkan pada kesehatan mereka.
Pada tahun 1968, di New England Journal of Medicine menerbitkan sebuah surat dari seorang dokter yang mengeluh tentang perasaan sakit setelah makan di restoran Cina.
Lalu ia memiliki teori bahwa mungkin rasa sakit itu berasal dari MSG.
Tidak ada bukti, tidak ada tes, hanya dugaan.
Kemudian, banyak pembaca yang merespon dengan komplain yang sama, sehingga para saintis(ilmuwan) memutuskan untuk mempelajari fenomena tersebut, lalu 'Sindrom Restoran Cina' terlahir(muncul).
Tidak lama, daftar literatur yang menyalahkan makanan Cina dan MSG untuk sejumlah masalah kesehatan booming.
Bahkan '60 menit 'dilaporkan pada MSG di awal 90-an, dan warga Amerika mempercayai rekomendasinya.
Namun, sejak saat itu telah ditemukan bahwa banyak dari studi awal itu memiliki beberapa kelemahan kritis.
Yang paling menonjol adalah fakta bahwa para peserta penelitian sudah mengetahui makanan mereka mengandung MSG.
Tetapi penelitian terbaru tidak menemukan kaitan yang jelas antara MSG dan gejala terkaitnya.
Dan sebagian besar peserta untuk penelitian ini tidak menunjukkan reaksi apapun terhadap apa yang mereka makan.
Meskipun mereka makan makanan dengan MSG di dalamnya.
Dan, meskipun mereka sebelumnya mengaku sensitif terhadap MSG.
Jadi apakah itu artinya semua orang yang mengklaim memiliki gejala MSG berbohong?
Tentu tidak.

Mitos tentang 'micin' atau MSG begitu kuat pada titik ini sehingga beberapa orang mungkin mengalami efek 'nocebo'.
Yang pada dasarnya hanyalah efek plasebo secara terbalik.
Katakanlah, minum pil gula dan percaya itu akan membuat kalian lebih baik, atau kalian makan sesendok gula dan percaya itu akan membuat lebih buruk.
Meskipun para anggota komunitas medis dan banyak koki terkemuka yang sekarang berbicara secara terbuka demi kepentingan MSG, masih sulit untuk meyakinkan masyarakat umum.
Mari kita hadapi itu, kita tidak selalu sepenuhnya rasional, dan menerima sesuatu yang bertentangan dengan keyakinan yang sudah lama dipegang dapat menjadi sulit bagi sebagian orang.
But Knowledge is POWER (Pengetahuan adalah Kekuatan).
Jadi ketahuilah ini, jika kalian tidak ingin mengonsumsi asam glutamat, kalian setidaknya harus berhenti makan ikan, daging, telur, unggas(bebek dll), produk susu, sayuran kaya protein, lentil, dan kacang-kacangan.
Dan juga jika ingin berhenti menyusui bayi dengan cara alami, karena asam glutamat juga ditemukan di ASI.
Dan jika kalian takut sodium, kalian harus menghindari makan makanan apa pun yang mengandung garam.
Jadi itu mencakup segalanya.
Pada akhirnya, apakah kalian memutuskan untuk makan makanan yang mengandung MSG atau tidak, tidak masalah, dan itu adalah pilihan kalian.
Semoga bermanfaat ya guys!
(TribunJakarta.com/Ananda Bayu Sidarta)