Calon Istri Dibakar
Warga Temukan Potongan Tubuh Laura Gosong, Pantai Karang Serang Jadi Angker
Pantai Karang Serang kini berubah di antara warga Kampung Tengah, Desa Karang Serang.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Y Gustaman
"Pada 4 Mei Stefanus sudah membeli bensin untuk membakar ternyata belum terbakar sepenuhnya," tambah dia.
Stefanus kemudian membeli bensin dua kali dengan tujuan menghanguskan korban.
"Balik lagi membeli dua liter untuk membakar dan membeli lagi empat liter tapi belum hangus juga," ucap dia.
Akhirnya Stefanus membuang jasad korban dipinggir laut namun masih terlihat dan pada akhirnya ditahan menggunakan batu.
Ia menambahkan tersangka sering menginap dirumah korban selama empat bulan belakangan ini karena akan melangsungkan pernikahan.
Penyidik menjerat Stefanus pasal 338 KUHP dengan ancaman 15 tahun penjara.
Minta bantuan anak buah pamannya
Empat orang yang Stefanus mintai tolong adalah teman-temannya yang tinggal di sekitar Kampung Janis, Pekojan.
Mereka juga tak lain karyawan di industri rumahan milik paman Stefanus.
Industri rumahan yang memproduksi tas itu berada di Jalan Jembatan Hitam yang hanya berjarak sekira 50 meter dari tempat tinggal Stefanus.
"Iya empat orang yang sekarang jadi saksi itu memang karyawan saya," ujar Angkoeh, paman Stefanus ditemui di rumahnya, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat, Senin (7/5/2018).
Angkoeh mengaku tidak mengetahui detail terkait apa saja peran yang dilakukan oleh para karyawannya.
Menurutnya, keempat karyawannya yang berinisial AZ (21), YD (18), EB (22) dan AR (23) kini telah menjadi saksi atas kasus pembunuhan sadis tersebut.
"Jujur kalau jelasnya kayak bagaimana saya enggak tahu. Tapi memang karyawan saya yang melapor ke polisi," sambung dia.
Kapolsek Tambora Kompol Iver Son Manossoh yang didampingi Kanit Reskrim AKP Supriyatin menerangkan hasil pemeriksaan, tersangka sakit hati sehingga tega membunuh calon istrinya.
Sejak kasus ini mencuat ke publik, Merry Linawarti, ibu Stefanus, enggan keluar rumahnya di Kampung Janis No. 11 RT 11/08, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat.
Rumah yang berfungsi sebagai warung kelontong itu tampak dikunci dari dalam rumah.

"Orangnya ada kok di dalam. Tapi memang tutup warungnya, mungkin karena kasus yang dialami anaknya," ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya, Senin (7/5/2018).
Sekira 15 menit berada di depan rumah, TribunJakarta.com sempat melihat sosok Merry sewaktu tidak sengaja membuka pintu.
Merry takut bukan kepalang ketika beradu pandang dengan TribunJakarta.com dan wartawan lain yang mencoba mewancarainya menunggu di depan rumahnya.
Ia seakan ketakutan dan bergegas kembali masuk dan mengunci pintu rumahnya.
Meski rumahnya diketuk berulangkali, ia tak menghiraukannya dan tetap tidak mau keluar.
Rumah orangtua Stefanus yang berada di gang sempit di wilayah Pekojan terdiri dari dua lantai di mana lantai pertama untuk warung kelontong.
Sedangkan di lantai kedua tampak jemuran pakaian digantung di teras rumah.
Sakit hati direndahkan
Tersangka Stefanus sakit hati karena selalu biaya pernikahannya ditanggung semuanya oleh Laura.
“Tersangka merasa tidak dihargai sebagai laki-laki akibat seluruh biaya untuk acara pernikahannya ditanggung semua oleh korban. Selain itu sebelum kejadian, antara tersangka dan korban juga terjadi cek-cok di rumah korban,” kata Iver, Sabtu (5/5/2018).
Pada saat berselisih korban mengambil pisau dan hendak menusukkannya kepada tersangka.
Stefanus yang tidak mampu menahan emosi, kemudian merebut pisau dari tangan korban dan langsung menusuk Laura.
“Korban ditusuk tersangka sebanyak empat kali masing-masing di bagian perut dan punggung hingga akhirnya meninggal dunia di lokasi kejadian,” ucap Iver.
Sebelum kejadian keduanya baru saja mengikuti foto prewedding.