Kerja di Kantor? Sering Emosi? Simak 3 Tips Mengolah Emosi Dibawah Ini Ya Guys

Berdasarkan survei 2015 yang dilakukan di Jakarta, terungkap salah satu penyebab stres warga Jakarta adalah beban pekerjaan.

Editor: Ananda Bayu Sidarta
Grafis Tribun Jakarta
Ilustrasi 

TRIBUNJAKARTA.COM - Survei terbaru LinkedIn menemukan lebih dari separuh pekerja profesional di Amerika merasa pekerjaannya menyebabkan stres.

Akibatnya, banyak orang merasakan beban fisik, mental, dan emosional dari stres itu.

Fenomena semacam ini tak hanya terjadi di AS. Berdasarkan survei 2015 yang dilakukan di Jakarta, terungkap salah satu penyebab stres warga Jakarta adalah beban pekerjaan.

Rasanya tidak aneh jika pekerjaan sehari-hari menjadi pemicu stres, mengingat banyaknya jumlah jam kerja yang kita habiskan untuk bekerja.

"Kita akan menghabiskan 90.000 jam dalam hidup hanya untuk bekerja. Ini merupakan jumlah waktu yang sangat tinggi. Penting jika kita memikirkan kehidupan profesional kita telah mengambil kesejahteraan mental dan fisik kita," kata Leah Weiss, dosen dari Stanford Graduate School of Business.

Untuk mengatasi perasaan cemas atau ketidaknyamanan di tempat kerja, menurut Leah Weiis, kunci utamanya adalah menyadari kemampuan kita untuk merasa nyaman dengan setiap emosi yang dirasakan.

"Jangan menekannya dan menjadi seperti balon yang akan pecah sewaktu-waktu saat sudah terlalu besar," katanya.

Dilansir dari laman CNBC, berikut tiga cara sederhana untuk mengelola emosi dan melatih pikiran agar kita tak terlalu larut dalam stres.

1. Ambil napas yang dalam

Saat merasa kesal atau marah, hal pertama yang disarankan Leah Weiss adalah mengambil napas dalam-dalam.

Cara ini dapat menurunkan regulasi fisiologi kita, atau menenangkan tubuh.

Saat kita marah, tubuh akan berada dalam mode Fight or Flight, yang artinya kita menjadi lebih reaktif.

"Kita tidak bisa berpikir ketika kita dalam mode Fight or Flight. Sumber mental kita dibajak," paparnya.

Setelah merasa lebih tenang, kita akan lebih mampu memahami perasaan diri sendiri.
Tanyakan pada diri, apakah sensasi yang kita rasakan saat marah? Apakah terasa sesak di dada atau bagian tubuh lain?

Mengubah emosi kita menjadi pengalaman fisik sangat membantu kita agar tidak reaktif.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved