Surabaya Diteror Bom

Selamatkan Anak Bomber Polrestabes Surabaya, AKBP Roni Faisal Abaikan Keselamatan Jiwa

"Itu karena panggilan hati karena melihat seorang anak kecil masih hidup dan memang harus diselamatkan," imbuhnya.

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Kurniawati Hasjanah
Kolase TribunJakarta.com
AKBP Roni Faisal Saiful Faton 

Namun, dirinya nekat untuk tetap menolong karena panggilan hati.

"Itu karena panggilan hati karena melihat seorang anak kecil masih hidup dan memang harus diselamatkan," imbuhnya.

Dirinya mengungkapkan, tidak berpikir panjang apabila masih ada bom di tubuh anak tersebut.

Baca: Anak Bomber Dita Tinggalkan Pesan, Kepala Psikolog Polda Jawa Timur Ungkap Ekspresi Tekanan Batin

"Pada saat itu saya berpikir, niat saya anak itu harus selamat," tukasnya.

Dirinya menjelaskan menolong sang anak karena memang kondisi anak tersebut butuh pertolongan.

"Pertama, disitu mobil sudah terbakar. Kedua, kondisi anak itu butuh pertolongan. Saya melihat anak itu merintih untuk minta tolong," tukasnya.

Ia mengungkapkan saat anak tersebut ditolong, posisi anak itu terlungkup di tanah.

"Terlungkup disini dan ada sepeda motor," tegasnya.

Bocah Kecil, Ais, selamat dari bom
Bocah Kecil, Ais, selamat dari bom (Grafis Tribun Jakarta)

Saat itu, Roni mengaku melihat anak perempuan menangis dan menyangkut di motor bersama ibunya.

"Saya teriak, berdiri nak. Saya takut mobil yang terbakar meledak," jelas Roni.

Begitu anak berdiri, kata Roni, dirinya kemudian berlari dan menyambar anak perempuan berumur 7 tahunan itu.

"Saya langsung angkat anak itu," aku AKBP Roni Faisal Saiful Faton.

"Saya bopong, yang penting anak itu segera dibawa ke rumah sakit," tungkasnya.

Dirinya mengaku ikhlas untuk menolong anak tersebut.

Baca: Minum Air Putih Memang Penting, Tapi Terlaku Banyak Juga Tidak Baik, Simak Penjelasannya

"Saya selain sebagai seorang ayah, saya insan Bhayangkara. Saya harus melindungi dia, mengayomi dia. Siapapun dia," paparnya.

Dirinya menyatakan rasa campur aduk ketika memberikan anak pelaku terduga teroris kepada tim medis saat itu.

"Saya serahkan ke medis, campur aduk perasaan saya. Perasaan dongkol, marah, tapi Alhamdulillah Tuhan masih melindungi kami," tegasnya.

Kini, Ais harus menderita akibat luka karena ledakan bom dan harus hidup yatim piatu.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved