Tak Punya Strategi Jangka Panjang, Indonesia Bisa Tertinggal dari Negara Lain

Komisaris utama Bank Rakyat Indonesia Andrino F Chaniago mengatakan Indonesia tidak memiliki strategi jangka panjang.

Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Y Gustaman
TribunJakarta.com/Jaisy Rahman Tohir
Komisaris utama Bank Rakyat Indonesia Andrinof Chaniago usai memberikan seminar bertajuk 'Peran Generasi Muda Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 dan Ekonomi Digital' di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (30/5/2018). TRIBUNJAKARTA.COM/JAISY RAHMAN TOHIR 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir

TRIBUNJAKARTA.COM, CIPUTAT - Komisaris utama Bank Rakyat Indonesia Andrino F Chaniago mengatakan Indonesia tidak memiliki strategi jangka panjang.

Strategi pembangunan yang dimaksud dalam menyongsong Revolusi Industri 4.0 menurutnya cirinya adalah industri berbasis pada perangkat teknologi komunikasi, dan hal itu membuat Indonesia tertinggal dari sejumlah negara lainnya.

Hal tersebut disampaikan Andrinof selepas berbicara pada seminar bertajuk 'Peran Generasi Muda Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 dan Ekonomi Digital' di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (30/5/2018).

"Kita enggak punya strategi jangka panjang, dan kalaupun punya kita enggak konsisten menjalankan strategi itu," ucap dia. 

"Jujur saja negara kita tertinggal. Karena negara-negara pesaing utama bergerak lebih kencang lagi kemarin-kemarin," lanjut mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional itu.

Andrinof menjabarkan perkembangan Cina yang menurutnya pada 1995, kondisi perekonomian dan industrinya masih tertinggal dari Indonesia.

Namun pada 2000, Indonesia tersalip karena persiapan Cina yang luar biasa sejak 1980.

"Cina itu tahun 1995 kita masih unggul, tahun 2000 kita disalip. Tetapi sejak tahun 1980 dia (Cina) sudah melakukan persiapan yang sangat luar biasa," ujarnya.

"Infrastruktur kawasan industri jalan, riset dan pengembangan dikerjakan dengan serius. Mengirim mahasiswa-mahasiswa ke berbagai negara, kemudian disuruh pulang dan disuruh masuk pusat-pusat sains-tek, kemudian ya tahun 90-an akhir, tahun 2000 dia (Cina) mulai menuai hasil," papar pria 55 tahun tersebut.

Masa lalu yang tanpa strategi jangka panjang, membuat Indonesia gagap dalam menghadapi perubahan industri yang semakin berkembang.

"Jadi kalau sekarang netto impor kita itu devisit, neraca ekspor impor kita devisit untuk barang manufaktur ya ini karena masa lalu."

"Masa lalu kita enggak menyiapkan industri, sementara negara pesaing, Cina itu melakukannya dengan sangat serius," ucap Adrinof. 

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved