Kisah Masinis KAI: Memikirkan Korban Tabrakan Hingga Tutup Mata Saat Lewati Tempat Angker

Ia lantas menceritakan standar operasional prosedur saat kereta menemui halangan seperti tabrakan tersebut.

Kompas.com/Setyo Adi
Ilfan Affandi (26), masinis KAI saat ditemui di Dipo Kereta Api Tanah Abang beberapa waktu lalu. Affandi menceritakan suka duka bekerja sebagai masinis saat Lebaran 

"Semuanya fokus ke depan. Apalagi malam hari, kami harus tahu letak sinyal tanda di depan apa, jadi mesti konsentrasi penuh," ujarnya.

Bekerja selama ramadan

Geri menceritakan ini adalah pengalaman keempatnya bekerja sebagai asisten masinis selama Ramadhan.

Ayah satu orang anak asal Yogyakarta ini mengatakan, awalnya ia diprotes keluarga karena tidak pernah pulang ketika hari raya Idul Fitri.

"Protes pertama sama keluarga itu ditanyain kenapa tidak pulang-pulang, tetapi pelan-pelan saya beri pendekatan kepada keluarga, akhirnya mengerti," ucap Geri.

Geri mengatakan, selama Ramadan, ia cukup menjaga istirahat dan kesehatan. Pria yang aktif bermain bulutangkis itu kerap bekerja pada malam hari.

"Kerjanya tidak satu perjalanan penuh, ada batas waktunya, empat jam di atas lokomotif. Jadi kalau dari Jakarta pasti berhenti di Cirebon untuk tukaran dengan petugas lain," ujarnya.

Geri tidak sabar bekerja selama libur Lebaran. Ia dan masinis lainnya siap melayani penumpang yang akan mudik ke kampung halaman masing-masing. (Setyo Adi Nugroho)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengetahui Tugas Asisten Masinis yang Juga Penting dalam Menjalankan Kereta..." dan "Cerita Masinis KAI, dari Tabrakan hingga Melintasi Tempat Angker ",

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved