Gunung Agung Bali Kembali Alami Erupsi, Warga Diminta Waspadai Pontensi Ancaman Bahaya
Berdasarkan laporan PVMBG disebutkan pula tinggi kolom abu mencapai ± 2.000 m di atas puncak (± 5.142 m di atas permukaan laut).
TRIBUNJAKARTA.COM, BALI – Gunung Agung Bali mengalami erupsi pada Rabu (13/6/2018) sekira pukul 11.05 WITA.
Berdasarkan laporan PVMBG disebutkan pula tinggi kolom abu mencapai ± 2.000 m di atas puncak (± 5.142 m di atas permukaan laut).
Kolom abu teramati berwarna kelabudengan intensitas tebal condong ke arah barat daya dan barat.
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi ± 2 menit 12 detik.
Baca: 5 Fakta Pria Bunuh Diri di Kamar Mandi SPBU Depok: Bawa Helm Sampai Beli Pisau di Minimarket
Namun hingga saat ini Gunung Agung berada pada Status Level III (Siaga) dengan rekomendasi:
(1) Masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/ pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya.
Perkiraan ini yaitu di seluruh area di dalam radius 4 km dari Kawah Puncak Gunung Agung.
Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual/terbaru.
Baca: Anies Baswedan Akan Salat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Sandiaga Uno di Balai Kota DKI Jakarta
(2) Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi.
Terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak.
Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.
Erupsi Sebelumnya
Sebelumnya Gunung Agung juga sempat mengalami erupsi pada Minggu (10/6/2018) malam disertai semburan abu vulkanik.
Semburan abu tersebut menyebabkan terjadinya hujan abu.
Bahkan hujan abu melanda kabupaten lain di luar Karangasem.
Seperti yang terjadi di desa Sulangai, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.
Padahal tempat ini letaknya lebih dari 30 km dari puncak Gunung Agung.
Warga Desa Sulangai Hery Indrawan menuturkan, saat terjadinya letusan Gunung Agung pada Minggu (10/6//2018) malam warga belum menyadari adanya hujan abu.
Apalagi letusan Gunung Agung tidak menimbulkan tanda yang bisa dilihat dari kejauhan.
Warga menyadari terjadinya hujan abu saat bangun pagi.
"Waktu bangun pagi lihat sepeda motor kok banyak debu, ternyata abu dari Gunung Agung," kata Hery pada Senin (11/6/2018).
Warga mengetahui terjadinya letusan setelah memperoleh informasi letusan yang ramai beredar di masyarakat.
Namun, sampai Senin siang belum terlihat adanya tanda-tanda akan terjadi letusan susulan.
Volume Magma di Gunung Agung Bertambah 1 Juta Meter Kubik
Volume magma di Gunung Agung di Rendang, Karangasem, bertambah sekitar 1 juta meter kubik (m3).
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani.
Penambahan magma terjadi sejak 3 minggu belakangan ini di kedalaman yang bervariasi antara 3 hingga 4 kilometer di bawah puncak, dan uplift (terangkat) 5,5 meter.
Terekam oleh GPS (Global Positioning System) terjadinya inflasi secara konsisten sejak 3 minggu lalu.
Kendati suplai magma terus bertambah, menurut Kasbani, volumenya sangat kecil dibandingkan dengan volume magma pada akhir tahun 2017 yang sebesar 40 juta meter kubik, yakni tatkala Gunung Agung memasuki fase kritis dan berstatus Awas.
"Sampai sekarang masih ada suplai magma, tapi kecil," tambah Kasbani yang ditemui saat mendampingi kunjungan Wakil Menteri ESDM di Manggis, Karangasem, Kamis (7/6/2018).
Menurut tiltmeter yang dipasang di tiga lokasi untuk memantau aktivitas Gunung Agung, penambahan volume magma terjadi di bagian selatan dan barat laut.
Sedangkan di bagian tenggara, penambahan magma fluktuatif, naik turun, sejak 3 minggu yang lalu.
Dalam sebulan terakhir, alat pencatat aktivitas seismik juga masih merekam kegempaan, yang menandakan ada pergerakan magma.
Dalam sebulan terekam 2 kali gempa letusan, 223 hembusan, 3 kali tremor, 1 gempa low frequency.
Sedangkan gempa vulkanik dangkal sebanyak 80 kali, gempa vulkanik dalam 65 kali, tektoniik lokal 23 kali, 2 kali gempa terasa, serta gempa tektonik jauh sebanyak 110 kali. Aktivitas gempa terbilang kecil.
Dengan indikator-indikator sesimik tersebut, itu menandakan bahwa masih adanya aktivitas di dalam Gunung Agung.
Sedangkan volume lava di kawah Gunung Agung bertambah tiga juta meter kubik, dari 20 juta menjadi 23 juta meter.
Fluks atau aliran gas SO2 cenderung mengalami penurunan, terukur berada di kisaran 190-203 ton per hari.
"Gas SO2 yang keluar mengindikasikan adanya kontribusi magma dari kedalaman, meskipun volumenya sedikit. Tidak seperti saat status Gunung Agung di level IV (status Awas)," kata Kasbani.
Ia mengingatkan, status Gunung Agung masih di level III (Siaga).
PVMBG belum berani menurunkan statusnya ke level II (Waspada) lantaran masih ada aktivitas di perut gunung. (Eviera Paramita Sandi)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Breaking News, Gunung Agung Kembali Erupsi, Kolom Abu Capai 2.000 Meter,