Perjuangan Kakek Arwan, Puluhan Tahun Berjualan Kopi di Atas Kursi Roda

Meskipun harus tidur di kolong flyover wajahnya tetap murah senyum dan tak terlihat raut kesedihan.

TRIBUNJAKARTA.COM / JAISY RAHMAN TOHIR
Kakek Arwan (77),penjual kopi mentah di sekitar Ciputat, Tangerang Selatan, Minggu (17/6/2018). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir

TRIBUNJAKARTA.COM, CIPUTAT - Seorang Kakek menggunakan kursi roda dengan berbagai bungkusan terikat di beberapa bagian batang kursinya kerap terlihat di sudut-sudut jalan Ciputat dan sekitarnya.

Berdasarkan pantauan TribunJakarta.com, terkadang di hari yang panas terik, ia terlihat berjalan pelan menggunakan kursi rodanya.

Tangannya memutar-mutar ban di kanan kiri kursi besi itu.

Sesekali ia juga terlihat didorong seorang bocah di Jalan sekitar Pasar Ciputat, Tangerang Selatan.

Baca: Hari ke Tiga Lebaran, Begini Suasana Wisata Setu Babakan

Ia adalah Arwan, pria 77 tahun seorang penjual kopi mentah yang sudah berjualan sejak tahun 1998.

Arwan bercerita kepada TribunJakarta.com saat ditemui sedang beristirahat di kursi rodanya di pinggir Jalan Ciputat-Jombang, Minggu (17/6/2018).

"Saya berjualan kopi dari tahun 1998," ujarnya sambil tersenyum.

Ia juga bercerita tahun itu merupakan tahun istrinya meninggal.

Ia tak terlalu banyak cerita tentang keluarganya, hanya memberitahukan kalau ia memiliki dua anak dan beberapa cucu.

Baca: Disoraki di Istana Bogor, Haji Lulung Sebut Anies Baswedan Gubernur Paling Berani

Kakinya terserang asam urat dan rematik sehingga harus menggunakan kursi roda.

Awalnya ia berjualan kopi sendiri memakai tongkat sebagai pembantu jalannya di kawasan kolong flyover Ciputat.

Namun setelah beberapa tahun, ada seseorang yang memberinya kursi roda dan memberikan Arwan tempat tinggal di kontrakannya secara cuma-cuma.

Namun sejak ada orang lain yang mengisi kontrakan itu, Arwan kembali ke jalan. Ia sulit mengingat tahun mulai kembali lagi berjualan dan tidur di jalan-jalan Ciputat dan sekitarnya itu.

"Iya, (tidur) di (kolong) flyover, dekat tukang batu akik itu di sana," ujarnya sambil tangannya mengacung menunjuk arah.

Arwan mengatakan pernah berjualan kopi seduh, namun karena kesulitan membawa termos menggunakan kursi rodanya, termos itu jatuh serta pecah bagian dalamnya , dan ia tak pernah membeli lagi.

Baca: Si Jago Merah Hanguskan Sebuah Rumah Makan Padang di Pulo Gadung

Sejak kira-kira tahun 2000-an hingga saat ini, ia berjualan kopi mentah sasetan.

Lapak utamanya adalah di kolong flyover Ciputat dan di Lapangan Alap-alap dekat Stasiun Sudimara, Ciputat.

Ia kerap bulak-balik dua tempat itu, tentu dengan kursi rodanya.

Pria beralamat KTP Pancoran, Jakarta Selatan itu berjualan demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan mengisi waktu.

Baca: Dianggap Lecehkan Perempuan di Twitter, Said Didu Sampaikan Permohonan Maaf

"Kan bosan kalau diam saja," ujarnya, lagi-lagi sambil tersenyum.

Meskipun berjualan kopi saset setiap harinya dan harus tidur di kolong flyover serta pinggir-pinggir jalan, wajahnya tetap murah senyum dan tak terlihat raut kesedihan.

Saat ini di hari Lebaran, pria yang mengenakan topi bundar itu libur berjualan kopi.

Biaya hidupnya didapat dari orang-orang yang memberikan zakat berupa uang padanya.

Tetapi ia mengatakan setelah satu minggu Lebaran, ia akan berjualan lagi.

"Nanti abis seminggu, baru beli kopi grosiran, beli harga seribu, jual dua ribu," ujarnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved