7 Fakta Asih Tewas Usai Lompat dari Mikrolet: Kronologi, Kesaksian Sopir dan Sosok Korban
Effendi menambahkan, saat dirogoh oleh pelaku, penumpang lainnya di mikrolet tersebut sempat melakukan perlawanan.
Penulis: Ferdinand Waskita Suryacahya | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM, KELAPA GADING - Seorang wanita bernama Asih Sukarsih (31) tewas usai melompat dari angkutan umum mikrolet 30A yang ia tumpangi pada Sabtu (23/6/2018) siang.
Wanita kelahiran Subang, Jawa Barat tersebut melompat saat mikrolet yang ia tumpangi melintasi jalur TransJakarta di Jalan Yos Sudarso, Pintu Tiga Pertamina, Plumpang, Koja, Jakarta Utara.
TribunJakarta.com merangkum sejumlah fakta mengenai peristiwa tewasnya Asih tersebut.
1. Asih Lihat Terduga Pencopet

Kapolsek Koja Kompol Effendi mengatakan, Asih melompat saat mikrolet sedang melaju dengan kecepatan tinggi lantaran takut saat melihat penumpang lainnya dirogoh oleh dua orang terduga pelaku pencopetan.
Dirinya mengatakan, saat kejadian, terdapat lima orang penumpang di dalam angkot tujuan Tanjung Priok-Kelapa Gading tersebut.
Baca: Keseharian Terduga Teroris yang Ditembak Mati di Subang, Jadi Tukang Sol Sepatu dan Jaket Kulit
Dua di antara penumpang adalah pelaku pencopetan yang merogoh barang bawaan penumpang lainnya.
"Korban ini melihat penumpang lain dirogoh bawaannya sama pelaku di dalam tasnya. Karena korban mungkin takut dan panik dia akhirnya lompat dari mobil itu, padahal korban yang dirogoh itu sempat melakukan perlawanan juga," kata Effendi, Minggu (24/6/2018).
Effendi menambahkan, saat dirogoh oleh pelaku, penumpang lainnya di mikrolet tersebut sempat melakukan perlawanan.
Baca: Pemilik Rumah Kontrakan di Depok Tidak Mengenal Keluarga Terduga Teroris, Ini Pengakuannya
Insiden itulah yang membuat Asih panik dan ketakutan, hingga dirinya diduga melompat dari mikrolet meski dirinya belum sempat mengalami kontak langsung dengan pelaku.
"Sempat melawan sempat ribut, kalau ditodong dengan pisau sih nggak ada, hanya dirogoh, cuma yang dirogoh itu sempat melawan sehingga si korban (Asih) ketakutan. Korban ini diduga melompat, padahal korban belum dirogoh karna harta dia masih utuh," imbuh Kapolsek.
Usai insiden Sabtu siang tersebut, Asih sempat dilarikan ke Rumah Sakit Mitra Kelapa Gading. Asih meregang nyawa di rumah sakit tersebut.
2. Bercak Darah Masih Terlihat di Jalur TransJakarta

Bercak darah bekas insiden lompatnya seorang wanita bernama Asih Sukarsih (31) dari mikrolet Sabtu (23/6/2018) lalu masih terlihat di dua titik jalur busway puluhan meter di depan Pintu 3 Pertamina, Jalan Yos Sudarso, Koja, Jakarta Utara.
Asih, pada Sabtu siang, melompat dari mikrolet 30A yang ditumpanginya lantaran takut saat melihat insiden berindikasi pencopetan di dalam mikrolet tersebut.
Pantauan TribunJakarta.com di lokasi Minggu (24/6/2018) siang, terdapat dua titik yang menampakkan bercak darah mengering di aspal jalur busway tersebut.
Selain mengering, bercak darah itu juga terlihat sudah bercampur dengan debu jalan raya.
Satu titik berada di dekat separator jalur TransJakarta, sedangkan titik lainnya terlihat berada di sebelah kanan tepi jalan tersebut.
Dua titik tersebut terlihat sudah dilingkari menggunakan kapur, menunjukkan bahwa polisi sudah melakukan olah TKP.
3. Asih Meninggal di Rumah Sakit
Renal (43), seorang saksi yang sempat membantu mengangkat Asih saat dirinya tergeletak di jalan itu mengatakan, Asih masih bernafas saat diangkat.
Akan tetapi, dirinya sudah terluka parah di bagian kepala belakangnya.
"Pas diangkat masih hidup kok, masih ada nafasnya. Cuman memang kepalanya sudah ngeluarin darah banyak banget," katanya saat dijumpai TribunJakarta.com siang ini.
Renal juga mengatakan, saat diangkat ke mobil dan dilarikan ke rumah sakit terdekat, Asih masih bernyawa.
Sementara itu, menurut keterangan polisi, Asih meninggal dunia sesampainya di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading.
"Kepalanya terbentur aspal, selanjutnya korban di bawa ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, sesampainya di rumah sakit korban meninggal dunia," kata Kapolsek Koja Kompol Effendi dalam keterangan.
Saksi lainnya, Usman (57) mengatakan, dirinya tidak sempat melihat insiden tersebut secara runtut.
Ia mengatakan, pengendara yang melintas sempat mengerumuni TKP sebelum korban diangkat. Hal tersebut pun sempat menimbulkan kemacetan singkat.
"Saya nggak tahu dari awal, tapi sudah ramai aja orang-orang pada ngelihatin, jadi macet sebentar. Pas sudah dibawa mah sudah lancar lagi," kata dia.
4. Sopir Mikrolet Dikalungi Pisau

Erlangga, pengemudi mikrolet 30A yang membawa Asih (31), wanita yang tewas usai melompat dari mikroletnya mengatakan, dirinya sempat diancam oleh dua orang terduga pelaku saat mengemudikan mikroletnya.
Saat kejadian, terdapat lima orang penumpang di dalam angkot tujuan Tanjung Priok-Kelapa Gading tersebut.
Dari lima penumpang, dua di antaranya adalah terduga pelaku yang merogoh barang bawaan penumpang lainnya, sedangkan tiga penumpang lainnya adalah Asih dan dua orang penumpang pria.
Satu di antara terduga pelaku mengancam Erlangga dengan mengalungkan pisau di lehernya sesaat setelah dua penumpang lainnya di dalam mikrolet turun.
"Nah udah gitu pas turun cowok dua itu (penumpang), baru saya dikalungin pisau," ujar Erlangga saat diinterogasi polisi Sabtu (23/6/2018) kemarin.
Erlangga juga menyebutkan, dua terduga pelaku juga sempat meminta untuk di turunkan di lokasi yang berbeda.
5. Polisi Selidiki Tewasnya Asih
Kapolsek Koja Kompol Effendi mengatakan, polisi masih menyelidiki insiden yang menyebabkan tewasnya Asih, termasuk memeriksa Erlangga sang pengemudi.
Dirinya mengatakan, ada indikasi bahwa Erlangga terlibat dalam insiden yang terjadi dalam mikrolet itu, meskipun keterlibatannya masih diselidiki.
Effendi juga mengatakan, seharusnya si pengemudi tidak masuk ke jalur busway jika memang tujuannya mencari penumpang.
"Ini kan angkot, angkot ini kan kalau dia niat cari uang penumpang tidak lewat jalur busway dong, karena TKPnya di jalur busway," kata Effendi, Minggu (24/6/2018).
Menurut keterangan Effendi, Asih melompat saat mikrolet sedang melaju dengan kecepatan tinggi lantaran takut saat melihat penumpang lainnya dirogoh oleh dua terduga pelaku.
"Korban ini melihat penumpang lain dirogoh bawaannya sama pelaku di dalam tasnya. Karena korban mungkin takut dan panik dia akhirnya lompat dari mobil itu, padahal korban yang dirogoh itu sempat melakukan perlawanan juga," kata Effendi.
Effendi menambahkan, saat dirogoh oleh pelaku, penumpang lainnya di mikrolet tersebut sempat melakukan perlawanan.
Insiden itulah yang membuat Asih panik dan ketakutan, hingga dirinya diduga melompat dari mikrolet meski dirinya belum sempat mengalami kontak langsung dengan pelaku.
6. Sosok Asih Dikenal Pekerja Keras dan Tulang Punggung Keluarga

Sosok almarhum Asih Sukarsih (31), wanita yang tewas usai melompat dari mikrolet, merupakan seorang ibu pekerja keras dan tulang punggung bagi kedua orang anaknya.
Ditemui TribunJakarta.com Minggu (24/6/2018) siang, kakak sepupu Asih, Sri Wahyuni (33) menceritakan secara singkat sosok adik sepupunya itu.
Sri melihat bukti kerja keras Asih terlihat dari tren bekerja ibu dua anak itu yang sering mengambil lembur demi mencari uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Sebelum menutup usia Sabtu (23/6/2018) lalu, Asih bekerja sebagai karyawan SPBU Artha Gading selama lebih kurang empat tahun sejak 2014.
Putri ketiga dari lima bersaudara itu bekerja sebagai karyawan SPBU dikarenakan ia harus memenuhi kebutuhan dua buah hatinya lantaran suami Asih meninggal sejak empat tahun silam.
Sebelum suaminya meninggal, Asih juga sempat bekerja sebagai tukang cuci.
"Dia sudah kurang lebih empat tahun ya kerja di situ, pas setelah lakinya meninggal," kata Sri di kediamannya, Jalan Rawabinangun VIII, Koja, Jakarta Utara.
Selain pekerja keras, Sri juga mengenal Asih sebagai seorang yang pendiam. Asih juga adalah seorang yang tidak neko-neko dalam berkelakuan.
"Kesehariannya pendiam, orangnya nggak neko-neko. Dia kan tulang punggung keluarganya," kata Sri.
Sri menambahkan, nasib kedua buah hati Asih hingga kini belum jelas lantaran dua anak laki-laki itu kini sudah tak memiliki orang tua.
Yang pasti, sejak dua bulan lalu dua anak laki-laki Asih sudah dimasukkan ke pesantren. Hal itu dilakukan untuk menekan biaya sekolah mereka berdua, karena menyekolahkan dua anak yatim piatu tersebut di pesantren tidak memerlukan biaya sepeserpun.
"Pesantren juga kan lumayan nggak ada bayaran atau apa karena anak yatim," kata Sri.
Sabtu kemarin, jenazah Asih dibawa ke kampung halamannya di Subang, Jawa Barat untuk dikubur di sana.
Dua anak laki-laki Asih, dua saudara kandungnya yang tinggal di Jakarta, serta kerabatnya yang lain juga turut serta mengantarkan Asih ke peristirahatan terakhirnya Sabtu kemarin.
7. Asih Ternyata Jarang Berangkat Kerja Naik Angkot

Bekerja sebagai karyawan SPBU di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara, ternyata almarhum Asih Sukarsih (31) sehari-harinya jarang berangkat kerja menggunakan angkutan umum.
Sabtu (23/6/2018) lalu, Asih tewas setelah dirinya nekat melompat dari Mikrolet 30 A. Ia terjatuh dan kepalanya terantuk aspal di jalur TransJakarta depan Pintu 3 Pertamina, Jalan Yos Sudarso, Koja, Jakarta Utara.
Ia melompat lantaran takut saat melihat aksi terduga pelaku pencopetan di dalam mikrolet tersebut.
Kakak sepupu Asih, Sri Wahyuni (33) mengatakan, Asih yang tinggal di daerah Rawabadak Selatan sehari-harinya berangkat kerja dengan diantar oleh adiknya menggunakan sepeda motor.
Adik Asih bekerja tak jauh dari SPBU tempat Asih mencari nafkah, sehingga rutinitas antar jemput kerap kali dilakukan adiknya.
Asih juga terkadang mengendarai motor sendiri untuk berangkat ke tempat kerjanya.
Sri mengatakan, beberapa hari ini Asih berangkat kerja menggunakan angkutan umum.
Hal itu lantaran waktu kerja Asih dan adiknya akhir-akhir ini sering bentrok.
"Biasanya dianterin sama adiknya, tapi mungkin karena waktunya bentrok jadi beberapa hari ini selalu naik angkot," kata Sri kepada TribunJakarta.com, Minggu (24/6/2018).
Asih bekerja sebagai karyawan SPBU sejak sekira empat tahun ini, setelah suaminya meninggal dunia.
Pendapatan dari pekerjaannya sebagai karyawan SPBU ini, menurut Sri, digunakan untuk mencukupi kebutuhan dua anak laki-lakinya. (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)