Peretas Situs Bawaslu Tak Tamat SMP, Tapi Pintar Sejak SD
DS alias Mister Cakil (18), terduga kasus peretas situs Badan Pengawas Pemilihan Umum tidak tamat sekolah menengah pertama karena keterbatasan biaya.
Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar
TRIBUNJAKARTA.COM, CIBITUNG - DS alias Mister Cakil (18), terduga kasus peretas situs Badan Pengawas Pemilihan Umum tidak tamat sekolah menengah pertama ) karena keterbatasan biaya.
Hal itu diungkapkan kakak kandung DS, Isman Firmansyah (25) saat dijumpai TribunJakarta.com di kediamannya Amil Misin, RT01 RW04, Desa Cibuntu, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jumat (6/7/2018).
DS hanya memiliki ijazah sekolah dasar, setelah itu ia sempat melanjutkan ke jenjang berikutnya namun hanya sampai tingkat 1.
"Karena enggak ada biaya jadi terpaksa dia enggak lanjut sekolah, ya abis itu dia ikut pakdenya jualan bubur di Kramat Jati," kata Isman.
Orang tua DS hanya bekerja sebagai kuli bangunan, sedangkan Isman menjadi petugas kebersihan di salah satu sekolah di Bekasi.
DS terpaksa tinggal dengan pakdenya di Kramat Jati sejak ibu kandungnya meninggal.
Di sana DS harus hidup secara mandiri dengan bekerja membantu berjualan usaha bubur ayam milik pakdenya.
"Bapak kandungnya cuma kuli bangunan, ibu sudah meninggal. Kita empat bersaudara dia (DS) anak kedua," kata Isman.
Saat masih bersekolah, DS dikenal siswa yang pandai.
Menurut pengakuan Isman, adik kandungnya itu selalu mendapatkan peringkat satu di sekolah.
"Anaknya memang pinter, cuma karena biaya jadi enggak bisa terusin sekolah," beber Isman.
Keluarga DS dari kalangan bawah, tidak mengerti apa yang dilakukan pemuda 18 tahun itu melanggar hukum karena termasuk perbuatan kejahatan siber.
Sejak kecil, DS juga tidak pernah dikenalkan dengan dunia siber, bahkan perangkat komputer pun ia tidak punya.
DS hanya memanfaatkan telepon genggam untuk meretas situs Bawaslu.