21 Desa di Lombok Masih Terisolir Akibat Gempa
Gempa 7 skala Richter yang melanda Lombok, Nusa Tenggara Barat, membuat 21 desa terisolir karena sulitnya medan menuju ke sana.
Penulis: Nawir Arsyad Akbar | Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nawir Arsyad Akbar
TRIBUNJAKARTA.COM, MATRAMAN - Gempa 7 skala Richter yang melanda Lombok, Nusa Tenggara Barat, membuat 21 desa terisolir karena sulitnya medan menuju ke sana.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan 21 desa yang terisolir terdapat di Lombok Utara, Lombok Timur, dan Lombok Barat.
"Masih ada beberapa permasalahan terutama di Lombok Utara yang masih terisolir. Sampai saat ini belum semua masyarakat yang mengungsi dapat bantuan," ujar Sutopo di Graha BNPB, Jakarta Timur, Selasa (7/8/2018).
Adapun Kabupaten Lombok Utara yang masih terisolir berdasarkan data BNPB di antaranya, Desan Bayan Beleq, Mumbul Sari dan Sambil Elen di Kecamatan Bayan.
Kemudian Desa Teniga dan Tegal Maja di Kecamatan Tanjung serta Desa Tukak Bendu Santong, dan Salut di Kecamatan Kayangan.
Sementara di Kabupaten Lombok Timur, daerah yang terisolir berada di dua kecamatan yakni Kecamatan Sambalia dan Sembalun.
Di Kecamatan Sambalia, terdapat lima desa yang masih terisolir yakni Desa Obel-obel, Belanting, Dara Kunci, Madayin, dan Bagik Manis.
Kemudian di Kecamatan Sembalun terdapat lima desa juga yang terisolir, diantaranya Desa Sembalun Lawang, Sembalun Timba Gading, Sembalun Bumbung, Bilok Petung dan Sajang.
"Untuk di Kabupaten Lombok Barat yang terisolir 3 desa yakni, Desa Mekar Sari, Desa Kekait dan Wadon semuanya di Kecamatan Gunung Sari," ujar Sutopo.
Hingga saat ini, proses evakuasi masih berlanjut, dengan datangnya sejumlah alat berat guna membantu memindahkan reruntuhan bangunan yang menimpa korban atau akses jalan.
Operasi pemenuhan kebutuhan dasar seperti logistik, makanan, selimut, dan tenda juga terus dilakukan, agar kebutuhan pengungsi tercukupi.
"Kita membutuhkan banyak sekali, karena ribuan masyarakat masih berada di pengungsian dan tersebar di beberapa tempat, baik tenda pengungsian yang bersama-sama di lapangan, dan tenda untuk keluarga," ujar Sutopo.