Impor BBM Picu Defisit Rp 24 Triliun: Anjlok Lagi Rp 14.915 per Dolar

Pada penutupan perdagangan, Senin (17/9), nilai tukar rupiah melemah ke posisi mendekati angka psikologis Rp 15 ribu, tepatnya Rp 14.915 per dolar AS.

Editor: Ilusi Insiroh
Grafis Tribun Jakarta / Tribunnews.com - Jeprima
Seorang karyawan saat menghitung mata uang dalam bentuk pecahan Rp 50.000 dan pecahan Rp 100.000 di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, Selasa (24/4/2018). Nilai tukar rupiah dipasar spot ditutup menguat 86 poin atau 0,62% ke level Rp 13.889 per dolar AS. 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih mengkhawatirkan.

Pada penutupan perdagangan, Senin (17/9), nilai tukar rupiah melemah ke posisi mendekati angka psikologis Rp 15 ribu, tepatnya Rp 14.915 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, pada posisi tersebut depresiasi nilai tukar rupiah sejak awal 2018 menjadi 9,81 persen.

Pada awal perdagangan, nilai tukar rupiah dibuka melemah pada posisi Rp 14.862 per dolar AS.

Bank Indonesia menyebutkan defisit neraca perdagangan periode Agustus 2018 sebenarnya menunjukkan perbaikan dibanding Juli 2018, namun ekspektasi pasar melebihi angka itu.

Tak pelak nilai tukar rupiah di pasar spot tertekan sepanjang Senin siang.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan meskipun defisit, tekor neraca perdagangan Agustus 2018 (sebesar 1,02 miliar dolar AS), sudah jauh menurun dibandingkan Juli 2018 yaitu 2,03 miliar dolar AS.

Defisit impor bahan bakar minyak (BBM) mencapai 1,66 miliar dolar AS, setara Rp 24,7 triliun.

"Mungkin harapan pasar lebih dari itu (1,02 miliar AS). Perlu waktu karena tidak bisa impor langsung dipotong. Kita lihat prosesnya ada progres, " ujarnya.

Sentimen neraca perdagangan memang membayangi pergerakan nilai tukar mata uang rupiah.

"Yang penting kita lihat tekanan terhadap rupiah dari neraca perdagangan mulai membaik, karena kita membandingkan dengan bulan lalu," ujar Dody.

Dody melihat penurunan defisit neraca perdagangan Agustus 2018 ini bisa berlanjut. Diprediksi pada kuartal III 2018 defisit akan terus menurun.

Defisit perdagangan September 2018 diharapkan turun signifikan karena penerapan bahan bakar biodiesel bercampur 20 persen minyak kelapa sawit (B20).

Kebijakan itu akan menurunkan impor minyak dan di sisi lain meningkatkan nilai ekspor kelapa sawit.

Bank Sentral memiliki kajian penerapan B20 di semua sektor akan menurunkan impor minyak mentah hingga 2,2 miliar dolar AS pada September hingga Desember 2018.

Selain itu B20 juga diharapkan menambah nilai ekspor sebesar 4-5 miliar dolar AS.

Dody melihat nilai ekspor juga ikut mendukung. Ia menyebut seharusnya dunia usaha bisa memanfaatkan nilai rupiah yang melemah dalam beberapa waktu terakhir untuk meningkatkan nilai penjualan ekspor.

"Kita masih punya upaya agar ekspor lebih tumbuh, khususnya manufaktur. Seharusnya depresiasi rupiah bisa menjadi daya dorong untuk lebih kompetitif dari sisi ekspor," ujarnya.

Migas masih besar

Menko Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan defisit neraca perdagangan sudah mulai turun, yang terutama disumbang surplus sektor nonmigas. Sedang defisit migas masih besar.

Ia mengatakan penurunan defisit neraca perdagangan yang hanya 1 miliar dolar AS itu, karena masih besarnya defisit sektor migas.

"Sebenarnya nonmigasnya sudah lumayan baik, sudah surplus. Namun defisit migasnya masih agak besar," kata Darmin ketika ditemui di Kompleks Kepresidenan, Senin.

Ia menyebutkan pertemuannya dengan Presiden Jokowi bersama sejumlah menteri Kabinet Kerja membahas situasi perekonomian terkini.

"Kami melakukan review. Apa yang jalan, apa yang tidak jalan, kemudian apa saja yang harus kita pertimbangkan untuk dipersiapkan," katanya.

Ia juga menyebutkan kebijakan penggunaan biodiesel campuran minyak sawit 20 persen (B20) belum berdampak karena baru berlaku September 2018.

"Belum bisa dihitung di situ, karena itu baru bulan Agustus, angkanya. Artinya, kebijakan kebijakan kita pada dasarnya baru akan kelihatan hasilnya pada September dan akan diumumkan pertengahan Oktober nanti," katanya.

Mengenai defisit transaksi berjalan, Darmin mengatakan hingga semester II 2018 mencapai sekitar 2,6 2,7 persen.

"Nah, kalau dilihat kecenderungan, memang (defisit transaksi berjalan) akan bergerak ke tiga (persen). Namun rasanya akan bergerak ke 2,5 persen pada akhir tahun," katanya. 

Tiongkok Pemasok Impor Terbesar

BADAN Pusat Statistik (BPS) menyatakan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2018 mengalami defisit 1,02 miliar dolar AS.

"Defisit bulan ini lebih kecil jika dibandingkan bulan lalu yakni sebesar 2,01 miliar dolar AS. Lebih kecil setengahnya," kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto di kantor BPS, Jakarta, Senin (17/9).

Ia menjelaskan defisit neraca perdagangan tersebut dipicu oleh defisit sektor migas 1,66 miliar dolar AS, sedang sektor nonmigas surplus 0,64 miliar dolar AS.

Nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2018 mencapai 15,82 miliar dolar AS atau turun 2,90 persen dibandingkan ekspor Juli 2018.

Sedangkan dibandingkan Agustus tahun lalu meningkat 4,15 persen.

Suharyanto menyampaikan nilai impor Indonesia pada Agustus 2018 mencapai 16,839 miliar dolar AS atau turun 1, 457 miliar dolar AS atau 7,97 persen dibandingkan Juli 2018.

"Peningkatan impor nonmigas terbesar Agustus 2018 dibanding Juli 2018 adalah golongan susu, mentega, telur 48,6 juta dolar AS atau sebesar 94,19 persen. Sedangkan penurunan terbesar adalah golongan mesin dan pesawat mekanik 296,3 juta dolar AS atau 11,31 persen," ungkap Suharyanto.

Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari Agustus 2018 ditempati oleh Tiongkok (28,78 miliar dolar AS atau 27,56 persen), Jepang (11,98 miliar dolar AS atau 11,47 persen), dan Thailand (7,29 miliar dolar AS atau 6,98 persen).

Impor nonmigas dari ASEAN 20,47 persen, sementara dari Uni Eropa 9,18 persen.

Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku atau penolong, dan barang modal selama Januari Agustus 2018 mengalami peningkatan dibanding periode tahun sebelumnya.

"Kami berharap impor bahan baku ini bisa diolah dan dijadikan nilai tambah di dalam negeri, sehingga mampu berkontribusi terhadap perekonomian nasional," ujar Suharyanto. (tribunnetwork/dik)

Besok Pendaftaran CPNS 2018: Begini Cara Mencegah Kegagalan Saat Mengunggah Berkas di sscn.bkn.go.id

Billy Syahputra Tanggapi Kemarahan Hilda Vitria Soal Makanan yang Dimakannya, Begini Faktanya

Genap Berusia 41 Tahun Najwa Shihab Pamer Foto Masa Kecil, Krisdayanti Justru Soroti Bagian Matanya

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved