Gempa di Donggala

Dampak Gempa dan Tsunami di Palu: Dari Pelabuhan, Bandara, Hingga Jembatan Ikon Kota Ambruk

Tsunami terjang Palu, fasilitas publik seperti Pelabuhan Pantoloan, Bandara Palu hingga ikon kota Jembatan Ponulele roboh.

Penulis: Yogi Gustaman | Editor: Erik Sinaga
Dok BNPB
Kondisi Pelabuhan Pantoloan, Palu, setelah diguncang gempa bumi dan diterjang tsunami pada Jumat (28/9/2018) petang. 

Bandara Mamuju mengalami kerusakan di bangunan tower namun masih berfungsi, Bandara Toli-Toli beroperasi normal, begitu juga dengan Bandara Poso.

Sedangkan Bandara Luwuk Bangai mengalami pergeseran tiang tower namun masih berfungsi.

Daerah Balaroa dan sekitar Sungai Manonda, Palu Barat, setelah diguncang gempa pada Jumat (28/9/2018) petang.
Daerah Balaroa dan sekitar Sungai Manonda, Palu Barat, setelah diguncang gempa pada Jumat (28/9/2018) petang. (Dok BNPB)

Bencana tsunami menimbulkan kerusakan paling parah di Pelabuhan Pantoloan, Kota Palu. Di mana kran peti kemas yang biasanya digunakan
untuk bongkar muat peti kemas roboh.

Untuk Pelabuhan Wani bangunan dan dermaga mengalami kerusakan. KM Sabuk Nusantara 39 terhempas tsunami ke daratan sejauh 70 meter dari dermaga ini.

Dari sekian pelabuhan yang masih baik adalah Pelabuhan Ampana, Pelabuhan Luwuk, Pelabuhan Belang-belang, Pelabuhan Majene. Pelabuhan-pelabuhan ini tidak mengalami kerusakan akibat gempa.

Pemicu tsunami

Hasil koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana dengan sejumlah ahli tsunami dari beberapa institusi, menyebut ada dua penyebab tsunami di Sulawesi Tengah.

Sutopo mengatakan penyebab pertama tsunami adalah adanya longsoran sedimen dasar laut.

"Di bagian Teluk Palu disebabkan adanya longsoran sedimen dasar laut di kedalaman 200 sampai 300 meter," ujar Sutopo di Graha BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (29/9/2018).

Longsoran tersebut menyebabkan sedimen dari sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Palu belum terkonsolidasi dengan kuat. Sehingga runtuh atau longsor saat gempa.

"Dilihat dari video di Pantai Talise, tsunami awal itu airnya jernih, tetapi kemudian datang dari laut bergelombang dan naik-turun airnya kondisinya keruh. Menurut analisis ahli, itu kemungkinan dipicu longsoran di dasar laut," ujar Sutopo.

Penyebab kedua adalah gempa lokal yang indikasinya terlihat dari air tsunami yang menerjang daratan cenderung lebih jernih.

Sutopo menjelaskan, hingga saat ini tim SAR gabungan dan relawan masih berupaya membantu para korban, yang dipastikan akan terus bertambah.

Hingga pukul 10.00 WIB, BNPB telah melansir data korban jiwa sebanyak 48 orang dan 356 orang mengalami luka-luka, yang sebagian besar disebabkan karena tertimpa bangunan.

"Petugas BPBD, TNI, Polri, Basarnas, SKPD, dan relawan melakukan evakuasi dan pertolongan pada korban. Korban yang luka-luka ditangani oleh petugas kesehatan. Penanganan darurat terus dilakukan," ujar Sutopo. 

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved