Gempa di Donggala

Kengerian di Lapas Palu: Pagar Tembok Roboh, Air Menyembur dari Tanah dan Ratusan Tahanan Kabur

Pagar Lapas Palu roboh, air keluar dari dalam tanah mendorong ratusan warga binaan memilih kabur menyelematkan diri.

Penulis: Suci Febriastuti | Editor: Y Gustaman
KOMPAS.com/ROSYID A AZHAR
Hotel Roa Roa di kawasan Maesa di Kelurahan Lolu Timur, Kota Palu, luluh lantak dihantam rangkaian gempa yang melanda Sulawesi Tengah. Puluhan tamu belum diketahui nasibnya. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Suci Febriastuti

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen PAS) Sri Puguh Budi Utami menilai kaburnya ratusan tanahan di Lapas Palu, Rutan Palu, dan Rutan Donggala, sebagai aksi penyelamatan diri.

Gempa bermagnitudo 7,4 SR diikuti tsunami melanda Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan wilayah lainnya di Sulawesi Tengah, pada Jumat (28/9/2018) petang.

"Kondisi ini terjadi karena bangunan dan lapas dan rutan di wilayah tersebut secara nyata rusak serta mengancam keselamatan mereka (narapidana dan tahanan)," ungkap Utami di kantornya pada Senin (1/10/2018).

Utami menjelaskan untuk yang di Lapas Palu, para tahanan panik karena ada air yang menyembur keluar dari dalam tanah dilanjutkan dengan blok-blok di sekitar tahanan.

"Kondisi awalnya kondusif, walaupun pagar yang melingkupi lapas semua roboh. Tak lama mereka berkumpul air keluar dari dalam tanah dan warga binaan pemasyarakatan panik. Kemudian disusul dengan robohnya blok di sisi kiri, dua blok roboh," kata dia.

Meski demkian petugas unit pelaksana teknis (UPT) Lapas Palu masih mencoba untuk memberikan arahan agar tenang.

Namun ketika disusul gempa berikutnya mereka sudah tidak sabar dan lari menuju ke dua blok yang bobol.

Sementara untuk warga binaan di Rutan Palu, mereka kabur setelah mendengar kabar jika Hotel Roa yang berada tak jauh dari rutan telah roboh.

Sebelumnya pada saat gempa terjadi mereka sempat dikumpulkan di tengah lapangan, dan sebagian warga binaan pun masih ada yang di lantai dua rutan.

"Kemudian ketika mendengar Hotel Roa Roa roboh karena memang tidak jauh dari hutan Palu, sekitar 50 meteran. Jadi getarannya cukup keras mereka panik. Warga binaan yang ada di rutan Palu, napi dan tahanan panik, dorong, akhirnya sebagian lari," jelas dia.

Sama seperti di Rutan Palu, warga binaan di Rutan Donggala juga dikumpulkan di tengah lapangan ketika gempa terjadi.

Kemudian ketika ada getaran berikutnya dan mendengar bahwa pusat gempa ada di Donggala mereka panik dan memaksa keluar dari rutan untuk menemui keluarga mereka.

Kepanikan tersebut kemudian menyulut mereka untuk membakar bangunan yang ada di sekitar rutan.

"Sebenarnya sudah ada negosiasi sedikit demi sedikit, diizinkan sedikit demi sedikit untuk melihat keluarganya, memang paniknya luar biasa. Tapi ternyata juga ada yang tidak sabar, entah bagaimana menyulut kebakaran itu," ungkap Sri Puguh.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved