Cerita Fitria Selamat dari Gempa dan Tsunami Palu, Merasa Takut Sekalipun Sudah Mengungsi
Fitria (37) menyebut pengalaman menjadi korban gempa berkekuatan 7,4 SR yang mengguncang Kota Palu, Sulawesi Tengah sebagai pengalaman kelam.
Penulis: Bima Putra | Editor: Mohamad Afkar Sarvika
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, SUKMAJAYA - Fitria (37) menyebut pengalaman menjadi korban gempa berkekuatan 7,4 skala richter yang mengguncang Kota Palu, Sulawesi Tengah sebagai pengalaman kelam.
Meski tak menyaksikan tsunami, waktu tempuh dari rumahnya di Jalan Lagarutu, Palu Timur dengan pantai hanya membutuhkan 10 menit membuat gempa terasa amat kuat.
Saat gempa mengguncang pada Jumat (28/9) sekira pukul 17.00 WITA, Fitria dan putrinya Sakinah (5) berada dalam rumah, sementara suaminya, Ikhwan (35) berada depan rumah.
"Sampai pas mengungsi itu saya masih takut. Ambulans 24 jam penuh terus lewat bawa korban, saya enggak berani melihat korbannya, takut. Pesawat yang bawa bantuan juga enggak pernah berpikir lewat," kata Fitria di Sukmajaya, Depok, Rabu (3/10/2018).
Tak hanya sirine ambulans yang didengarnya, gemuruh pesawat yang tak hentinya melintas di atas langit Kota Palu membuatnya tak henti berpikir keselamatan teman-temannya.
Sirine ambulans dan gemuruh pesawat itu didengar Fitria dari tempatnya pertama mengungsi di Pasar Talise, Kota Palu.
• Sudin KPKP Pastikan Bahan Makanan di Pasar Tradisional Jakarta Barat Bebas dari Zat Berbahaya
• Ratna Sarumpaet Akhirnya Akui Wajah Lebam di Wajahnya Bukan Karena Dipukuli, Melainkan Bekas Operasi
Fitria bersama keluarga berhasil tiba di tempat pengungsian yang berjarak sekira empat kilometer dari kediamannya menggunakan sepeda motor.
"Pertama ngungsi itu di Pasar Talise, tidur enggak pakai tenda. Alas tidurnya dari bekas reruntuhan pasar saja, pakai gypsum dan lainnya. Terus baru di malam ketiga pindah mengungsi ke lapangan dekat rumah," ujarnya.
Bermodal kompor gas milik warga yang berhasil diselamatkan dan masih berfungsi, mereka memasak makanan instan yang dikirim pemerintah dan berbagai pihak.
Selama tiga hari mengungsi, Fitria bersyukur tak kesulitan dalam hal makan dan pengobatan penyakit yang diderita pengungsi.
• Pihak RS Bina Estetika Akui Ratna Sarumpaet Sudah Beberapa Kali Berobat
• Pertamina Buka Posko Layanan Kesehatan di Palu dan Donggala
"Alhamdulilah enggak kelaparan, pengobatan yang disediakan juga baik. Enggak ngantri lama, semua pengungsi kebagian berobat. Cuman air bersih saja yang agak kurang," tuturnya.
Selain tak berani menatap jasad korban gempa dan tsunami, Fitria tak berani menatap laut sehingga memilih naik pesawat Herculues milik TNI AU dibanding Kapal Laut TNI AL.
Perempuan yang sudah bermukim di Kota Palu selama 10 bulan ini mengaku sudah takut melihat kondisi jalan sekitar rumahnya yang amblas.
Di perjalanan menuju bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu pada Selasa (2/10), Fitria berusaha keras menahan rasa takutnya melihat kondisi jalan dan bangunan yang rusak.