Makan Malam di Depan TV Ternyata Bisa Sebabkan Obesitas, Simak Penjelasan Ahli!
Makan malam di depan TV merupakan kebiasaan yang kerap dilakukan oleh banyak keluarga di dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Tim peneliti nantinya akan menilai kesehatan makanan itu sendiri, apakah TV sedang digunakan serta suasana emosional makanan.
Diketahui hasil bahwa hanya sepertiga dari keluarga meninggalkan TV selama kedua makanan yang direkam.
Sekitar seperempatnya menyalakan TV hanya untuk sekali makan dan 43 persen meninggalkan TV selama makan.
Dari keluarga yang makan dengan TV, dua pertiga memperhatikan TV sementara yang lain hanya memasangnya di latar belakang.
Keluarga yang makan tanpa bermain TV atau dengan TV selama hanya satu kali makan menikmati makanan mereka lebih dari yang ditonton selama makan. Ini benar terlepas dari apakah keluarga menaruh perhatian pada TV.
Terbukti bahwa keluarga yang tidak menonton TV saat makan makan makanan yang jauh lebih sehat daripada yang lain.
Keluarga yang menyalakan TV tetapi tidak memperhatikan juga makan makanan yang lebih sehat daripada keluarga yang secara aktif menonton TV sambil makan.
Hasil ini dikarenakan keluarga yang makan malam di depan TV cenderung menyantap makanan cepat saji untuk makan malam secara signifikan lebih sering daripada mereka yang makan malam tanpa TV.
Anak-anak dari keluarga yang menonton TV ternyata mengalami kelebihan berat badan (obesitas) dibandingkan anak-anak yang keluarganya tidak menonton TV selama jam makan.
“Lingkungan makan yang tidak terganggu, tanpa TV, adalah kesempatan bagi anak-anak untuk menikmati makan malam, mencoba makanan baru dan makan mandiri ketika pilihan sehat disediakan,” kata Eileen FitzPatrick, asisten profesor di The Sage Colleges di Troy, New York.
Eileen menambahkan alasan mengapa menyantap makan malam sembari menonton TV dapat menyebabkan obesitas.
Pikiran seseorang akan terfokus pada layar TV sehingga tanpa sadar ia menyantap makan malam dengan porsi yang lebih besar daripada seharusnya.
“Menonton TV saat makan malam adalah pengalih perhatian yang dapat menyebabkan 'makan tanpa pikiran' termasuk makan berlebihan tanpa disadari,” ujar Eileen.
Eleen menambahkan bahwa iklan di makanan cepat saji di TV adalah contoh buruk bagi anak-anak karena dapat membentuk pola pikir yang salah tentang makanan apa yang mereka sukai untuk makan malam.
Suatu keluarga seharusnya mencoba untuk melihat acara makan malam keluarga sebagai sebuah momen berkumpul daripada sekadar kebutuhan untuk mengenyangkan perut.
"Keluarga yang melihat makanan keluarga sebagai momen untuk berinteraksi satu sama lain dan menikmati momen tersebut ternyata cenderung mematikan TV. Mereka menyantap menu makan malam berkualitas lebih tinggi, dan menikmati makanan lebih banyak," pungkasnya. (*)