Pilpres 2019

Sejumlah Caleg PAN dan Demokrat Tolak Kampanyekan Prabowo-Sandiaga, Koalisi Masih Solid?

Mereka menolak ikut menyosialisasikan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, karena tak sesuai kehendak konstituen

Penulis: MuhammadZulfikar | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM/SUCI FEBRIASTUTI
Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden saat Kampanye Damai saat diarak di Kawasan Monumen Nasional (Monas), Gambir, Jakarta Pusat, Minggu (23/9/2018). 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno mengungkapkan, sejumlah calon anggota legislatif (caleg) yang diusung partainya, menolak mengampanyekan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Hal ini diketahui oleh Eddy Soeparno melalui pengakuan langsung caleg yang bersangkutan.

Mereka menolak ikut menyosialisasikan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, karena tak sesuai kehendak konstituen.

Padahal, PAN merupakan parpol pengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 itu.

Hal itu disampaikan Eddy Soeparno saat menjadi pembicara dalam rilis survei PolMark Indonesia, di kawasan Pakubuwono, Jakarta Selatan, Kamis (18/10/2018).

"Di antara caleg kita yang berjuang di daerah, 'mohon maaf ketum, mohon maaf sekjen. Tetapi di bawah, saya mungkin tidak bisa terang-terangan untuk berpartisipasi dalam pemenangan Pak Prabowo. Karena konstituen saya tidak sejalan dengan itu. Jadi mohon maaf'," ungkap Eddy Soeparno.

Dalam kesempatan itu, Eddy Soeparno juga mengakui bahwa partainya memang akan lebih fokus memenangkan Pileg 2019 ketimbang pilpres.

Eddy Soeparno mengungkapkan alasan itu muncul saat PAN memutuskan mengusung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres, seluruh kader yang hadir dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) menyambutnya dengan gembira.

Namun, lanjut Eddy Soeparno, hanya berselang beberapa hari, banyak kader PAN menyadari bahwa eksistensi partainya akan tergerus karena tidak mempunyai tokoh yang diusung di Pilpres.

"Saya menerima WhatsApp, SMS, wah, ternyata yang kita pilih itu bukan kader. Kalau kita sekarang keluar teriak-teriak Pak Prabowo, yang dapet angin positifnya Gerindra, bukan PAN," beber Eddy Soeparno dalam rilis survei PolMark Indonesia, di kawasan Pakubuwono, Jakarta Selatan, Kamis (18/10/2018).

"Akhirnya tersadarkan ujung-ujungnya, kita harus bergerak untuk memenangkan Pileg," sambung Eddy Soeparno.

Wakil Ketua Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno ini meyakini, tak hanya PAN yang memiliki pemikiran itu, namun semua parpol lain yang tidak mempunyai perwakilan di Pilpres 2019 akan lebih fokus di Pileg.

"Bagaimana semua partai berpikir untuk lolos Threshold. Itu saja dulu. Setelah itu, kita berpikir menambah kursi, menjadi tiga besar, lima besar, dan lain-lain," beber Eddy Soeparno.

Tidak Semua Kader Demokrat Sosialisasikan Prabowo-Sandi
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan mengakui tak semua calegnya akan ikut menyosialisasikan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam kampanye Pilpres 2019.

Sebab, ada sejumlah daerah yang merupakan basis pendukung pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Hal ini disampaikan Syarif menanggapi pengakuan Sekjen Partai Amanat Nasional Eddy Soeparno yang mengakui ada sejumlah calegnya menolak mengampanyekan pasangan Prabowo-Sandiaga.
"Saya pikir semua partai punya permasalahan yang sama. Tidak mungkin ada yang 100 persen," kata Syarif kepada Kompas.com, Jumat (19/10/2018).

Syarif meyakini, tak ada parpol yang calegnya solid 100 persen untuk mendukung pasangan yang diusung partainya di pilpres. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sekalipun, menurut dia, tidak mungkin semua calegnya solid mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf.

"PDI-P juga enggak 100 persen. Sama saja. Tinggal persentasenya saja yang beda," kata Syarif.

Oleh karena itu, menurut Syarif, Demokrat sudah memetakan daerah mana saja yang merupakan basis Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma'ruf.

"Jadi bagi kami tidak terlalu sulit untuk mengantisipasi. Karena petanya kita sudah tahu dari awal. Sebelum memutuskan merapat ke Prabowo kita sudah tahu, petanya sudah ada," kata dia.

Dari peta tersebut, menurut dia, basis daerah yang mendukung Prabowo-Sandi lebih banyak dibandingkan yang mendukung Jokowi-Ma'ruf.

Oleh karena itu, mayoritas caleg Demokrat tetap akan total mengampanyekan Prabowo-Sandiaga di basis suara pasangan calon nomor urut 02 itu.

"Justru itulah kami sudah punya strategi bagaimana caranya memenangkan pileg dan Prabowo,' kata dia.

Pengamat Anggap Wajar Sikap PAN
Pakar psikologi politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk menilai wajar Sekjen Partai Amanat Nasional ( PAN) Eddy Soeparno mengakui partainya lebih fokus untuk memenangkan pemilu legislatif ketimbang pemilu presiden 2019.

PAN adalah pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Menurut Hamdi, ada isyarat tersendiri mengapa PAN terkesan lebih terang-terangan menyampaikan hal tersebut dibandingkan partai koalisi Prabowo-Sandi lainnya, seperti PKS dan Demokrat.

"Kenapa PAN lebih terus terang? Karena PAN butuh banget suara legislatif ini, dari rangkaian survei elektabilitasnya kurang dari 4 persen terancam (parliamentary) threshold," kata Hamdi kepada Kompas.com, Jumat (19/10/2018).

Hal itu tampak berbeda dengan Demokrat dan PKS.

Menurut Hamdi, Demokrat sudah memiliki figur yang kuat, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Figur SBY dinilainya sudah menopang elektabilitas Demokrat.

"Karena SBY tahu dia adalah ikon buat pemilih caleg partai Demokrat. Tidak ada untungnya mendorong-dorong kader kampanye sosok Prabowo karena asosiasinya makin jauh dari pemilih Demokrat," kata dia.

Sementara PKS memiliki keunikan tersendiri. Menurutnya PKS dan konstituennya cenderung konsisten mendukung Prabowo-Sandi. Di sisi lain, PKS dinilainya juga tak mengkhawatirkan basis pemilihnya.

"Karena pemilih PKS, party identity-nya kuat, dan relatif militan tetap memilih PKS. Ini juga sudah terbaca dari rangkaian survei sebelum-sebelumnya hampir 90 persen pemilih PKS pilih Prabowo," papar Hamdi.

Pemkot Jakbar Siapkan Pengganti Lahan PAUD Tunas Bina yang Digusur

Coretan Prabowo Harus Jadi Presiden Muncul di Tembok Jalan TB Simatupang

Mengantuk, Pengendara Avanza Tabrak 2 Mobil dan 1 Motor di Duren Sawit

Oleh karena itu, PAN dinilainya perlu berjuang keras meningkatkan elektabilitasnya agar lolos ambang batas parlemen.

Dengan sikap seperti itu, kata Hamdi, PAN bersikap realistis dengan membuka ruang kepada pendukung pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin untuk mau memilih PAN.

"Jadi kalau menurut calegnya keterpilihan dengan meng-endorse Jokowi-Ma'ruf apa boleh buat. Be realistic," ungkapnya.

Pada akhirnya, lanjut Hamdi, partai tetap memprioritaskan kepentingannya sendiri. Apabila tak lolos ambang batas parlemen, partai akan mengalami risiko yang besar.

"Untuk (memilih) tidak mendukung Prabowo-Sandi adalah langkah paling realistis. Karena toh partai-partai pada akhirnya akan mementingkan kepentingan partai sendiri. Kalau tidak lolos parliamentary threshold, kan rugi sendiri juga," katanya. (Tribunnews.com/Kompas.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved