Dilaksanakan Hari Ini, Begini Bacaan Niat Sholat Rebo Wekasan atau Sholat Tolak Bala Serta Artinya

Dilaksanakan hari ini, begini bacaan niat sholat Rebo Wekasan atau Sholat Tolak Bala dalam Bahasa Arab serta artinya.

Editor: Kurniawati Hasjanah
tribunkaltim.com
Ilustrasi 

4. Safaran di beberapa daerah.

Selain upacara adat pada hari Rebo Wekasan, banyak orang Muslim tertentu yang melakukan sembahyang tertentu.

Makanan yang dibuat untuk upacara biasanya di antaranya ketupat, apem, dan nasi tumpeng.

Sang Ayah Jadi Orang Terkaya Paling Muda Se-Indonesia, Putri Tanjung Pilih Makan Tempe Saat Sekolah

Ramalan Zodiak Rabu 7 November 2018, Taurus Dapat Keberuntungan, Cancer Hati-hati Mengambil Langkah

Dikutip dari SyariahIslam.com, Rebo Wekasan bersumber dari pernyataan dari orang-orang soleh (Waliyullah).

Penulis kitab sama sekali tidak menyebutkan adanya keterangan dari sahabat maupun ulama masa silam yang menyebutkan Rebo Wekasan.

Sedangkan sumber syariat Islam adalah Alquran dan sunnah Nabi SAW, tentunya Rebo Wekasan tidak lantas kita percaya.

Karena kedatangan bencana di muka bumi ini, merupakan sesuatu yang ghaib dan tidak ada yang tahu kecuali Allah.

Warga Cangkring dan Tasan Panyi, Kelurahan Rantau Kanan, Kecamatan Tapin Utara menggelar acara tolak bala, Selasa (25/7/2017) malam.
Warga Cangkring dan Tasan Panyi, Kelurahan Rantau Kanan, Kecamatan Tapin Utara menggelar acara tolak bala, Selasa (25/7/2017) malam. (Banjarmasinpost.co.id/Ibrahim Ashabirin)

Meyakini datangnya malapetaka atau hari sial di hari Rabu terakhir bulan Safar (Rebo Wekasan) termasuk jenis thiyarah (meyakini pertanda buruk) yang dilarang, karena ini merupakan perilaku dan keyakinan orang Jahiliyah.

Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:

لا عدوى ولا طيرة ولا هامَة ولا صَفَر وفر من المجذوم كما تفر من الأسد

"Tidak ada penyakit menular (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Larilah dari penyakit kusta sebagaimana engkau lari dari singa." (HR Bukhari, 5387, dan Muslim, 2220).

Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali, mengatakan:

"Maksud hadits di atas, orang-orang Jahiliyah meyakini datangnya sial pada bulan Safar.

Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membatalkan hal tersebut.

Barangkali pendapat ini yang paling benar. Banyak orang awam yang meyakini datangnya sial pada bulan Safar, dan terkadang melarang bepergian pada bulan itu.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved