Pekan Depan, Bayi Rayyan Jalani Operasi Pembuatan Anus Tahap Dua
Warga Kecamatan Beji ini berharap Rayyan sehat sampai hari operasi dan operasi kedua nanti dapat berjalan lancar sehingga anaknya lekas memiliki anus.
Penulis: Bima Putra | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, DEPOK - Rayyan Haryo Ardianto yang lahir tanpa anus dijadwalkan menjalani operasi pembuatan lubang anus di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto pada Selasa (13/11/2018).
Operasi itu merupakan operasi kedua setelah operasi pertama pembuatan lubang saluran pembuangan sementara di bagian perut anak keempat dari Oklavia Supriatin (39) dan Haryanto (44).
"Operasi kedua Insya Allah tanggal 13 November nanti. Ini operasi pembuatan lubang anus, kalau yang pertama itu pembuatan saluran pembuangan sementara di bagian perut," kata Oklavia saat dihubungi di Beji, Depok, Kamis (8/11/2018).
Dari penjelasan dokter RSPAD Gatot Soebroto yang menangani Rayyan, Oklavia menuturkan operasi diperkirakan berlangsung selama dua hingga tiga jam.
Guna kelancaran operasi, sejak Sabtu (10/11/2018) Rayyan yang nyawanya nyaris terancam akibat dugaan kelalaian pihak RS Grha Permata Ibu (GPI) Depok sudah menginap di RSPAD Gatot Soebroto.
"Operasinya sekitar dua sampai tiga jam. Nanti dari hari Sabtunya Rayyan sudah menginap di RSPAD Gatot Soebroto. Jumat minggu ini ayahnya mau ke RSPAD untuk ambil persetujuan dari BPJS dan bawa perlengkapan," ujarnya.
Masih dari penjelasan dokter RSPAD Gatot Soebroto, Oklavia menyebut paling cepat butuh waktu satu bulan setelah operasi hingga anus dapat digunakan.
Warga Kecamatan Beji ini berharap Rayyan sehat sampai hari operasi dan operasi kedua nanti dapat berjalan lancar sehingga anaknya lekas memiliki anus.
"Setelah operasi nanti belum bisa langsung digunakan, paling cepat satu bulan setelah operasi setelah digunakan. Mohon doanya Rayyan sehat sampai hari H-nya lancar, enggak ada halangan," tuturnya.
Sebagai informasi, Rayyan lahir secara sesar pada Jumat (27/7) sekira pukul 08.30 WIB, namun pihak RS GPI baru memberitahukan kondisi Rayyan yang tak sempurna pada Sabtu (28/7) sekira pukul 17.00 WIB.
Dampak dugaan keterlambatan pemberitahuan itu mengakibatkan usus Rayyan dipotong sekira dua sentimeter dan kulit perutnya mengelupas karena terinfeksi gas dan kotoran yang tertahan di perut.
Operasi pembuatan saluran pembuangan sementara di perut Rayyan itu dilakukan pada Selasa (31/7/2018) sekira pukul 11.00 WIB, setelah operasi pertama Rayyan buang air besar menggunakan kantong kolostomi.
"Kata dokter ini sudah kelamaan, harusnya begitu tahu kalau enggak ada saluran pembuangan langsung dioperasi. Makannya begitu masuk RSPAD langsung dioperasi. Alhamdulillah sekarang sudah mendapat penanganan medis," kata Oklavia.
• Buat Presiden Bingung, Borong 100 Unit dan Sederet Fakta Gesits, Motor Listrik yang Dijajal Jokowi
• Sederet Foto Maria Ozawa Pakai Gaun Pesta Hingga Diamankan Pihak Imigrasi di Bali
Bekas Humas RS GPI Depok Tita Kania mengatakan pihaknya telah memberi penjelasan kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok sejak Lies Karnawati masih menjabat sebagai Kepala Dinkes.
Namun informasi yang bahkan hingga kini tak disampaikan kepada keluarga Rayyan tersebut bersifat rahasia dan tak dapat dipublikasikan kepada masyarakat.
"Kami sudah berkoordinasi dengan Dinkes. Adapun mengenai informasi medis mohon maaf tidak dapat kami sampaikan karena sifatnya rahasia," jelas Tita, (10/9/2018).
Sementara, Humas RS GPI Depok yang baru, Myra tak membantah atau membenarkan pihaknya belum memberi penjelasan dan permintaan maaf kepada Oklavia dan Haryanto.
Dia hanya menyebut RS GPI telah berkunjung dan menengok Rayyan yang kini ususnya terpaksa dipotong sekira dua sentimeter akibat terlambat dioperasi.
"Sehubungan dengan program Home Visit RS, kami sudah mengunjungi bayinya Oklavia," tutur Myra (16/10/2018).
Awal Agustus lalu, Lies mengatakan akan meminta klarifikasi kepada RS GPI perihal dugaan kelalaian yang disampaikan Oklavia.
Namun Kandikes Kota Depok yang baru, Novarita mengatakan belum menerima penjelasan dari RS GPI terkait dugaan kelalaian yang dilakukan tenaga medis mereka.
"Saya belum dapat infonya. Laporan dari GPI-nya belum diterima," kata Novarita, Selasa (16/10/2018).
Perihal peran Pemkot Depok, Oklavia menyebut program Kota Layak Anak yang dijalankan Pemkot Depok dan meraih penghargaan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak hanya sekedar slogan.
Pasalnya, kasus dugaan kelalaian yang dilakukan RS GPI Depok sudah mencuat sejak awal Agustus, tapi baru di awal Oktober perangkat Pemkot Depok berkunjung ke rumah menanyakan kondisi Rayyan dan keuangan keluarga.
Biaya kebutuhan rawat jalan Rayyan yang mencapai Rp 2.5 juta per bulan dan minimnya bantuan dari Pemkot Depok membuat Oklavia dan Haryanto kelabakan memenuhi kebutuhan hidup Rayyan serta tiga kakaknya.
"Baru sekarang ini ada perwakilan dari Pemkot Depok yang datang dan kasih bantuan. Nyawa anak saya hampir terancam, tapi Pemkot seperti enggak peduli. Jadi menurut saya program Kota Layak Anak itu hanya slogan," kata Oklavia, Selasa (16/10/2018).