Satu Keluarga Tewas
UPDATE Terduga Pembunuh Satu Keluarga: Bercak Darah di Mobil Hingga Tertangkap di Kaki Gunung
Tewasnya Diperum dan tiga anggota keluarganya terungkap. Ada orang dekat keluarga diduga terlibat dan kematian mereka jadi korban pembunuhan menguat.
Penulis: Yogi Gustaman | Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Dua hari setelah kematian Diperum Nainggolan (38) dan tiga anggota keluarganya diduga dibunuh di rumah mereka, polisi bereaksi cepat menyelidikinya.
Saksi mata seorang penghuni kontrakan menemukan Diperum dan istrinya, Maya Boru Ambarita (37), bersimbah darah di ruang televisi pada Selasa (13/11/2018). Ada bekas luka senjata tajam di tubuh mereka.
Setelah tiba ke lokasi kejadian, polisi dari Polsek Pondok Gede menemukan kedua anak korban, yakni Sarah Nainggolan (9) dan Arya Nainggolan (7), sudah tewas di kamarnya.
Berikut TribunJakarta.com himpun sejumlah fakta pembunuhan satu keluarga dari sebuah rumah di Jalan Bojong Nangka 2, RT 02/RW 07, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat.
• UPDATE Satu Keluarga Tewas: Temuan Mobil yang Hilang Hingga Tertangkapnya Terduga Pembunuh
Jejak sepatu berdarah dan luka fatal para korban
Kepala Instalasi Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Kombes Edy Purnomo, mengatakan timnya belum menyimpulkan hasil pemeriksaan korban pembunuhan Diperum dan anggota keluarganya.
Meski ada temuan luka bekas benda tumpul di dada korban dewasa, luka paling fatal justru ditemukan di leher dan kepala.
"Luka ada di leher semua. Memang ada yang di dada tapi tidak terlalu fatal. Tapi umumnya yang fatal sekali ada di leher dan di kepala," kata Edy kepada wartawan pada Selasa.
Edy menyampaikan korban diduga dibunuh beberapa jam sebelum mayat mereka ditemukan warga, berdasarkan kondisi kaku dan tanda-tanda kematian.
Selagi polisi menyelidiki kasus ini, sebuah foto tersebar memperlihatkan kondisi di dalam rumah korban.
Terlihat ada darah di lantai, sementara perabotan rumah berantakan.
Di atas darah yang menempel di lantai ada jejak sepatu. Jejak yang sama terlihat di sekitarnya.
Jejak sepatu ini diharapkan bisa menjadi petunjuk polisi mengungkap kasus ini.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara, sejumlah barang bukti polisi amankan di antaranya gunting, bantal berlumur darah, pakaian korban, hingga boneka dengan bercak darah.
Mobil korban ditemukan di Cikarang
Sehari kemudian sejak peristiwa tragis itu, pihak kepolisian menemukan satu unit mobil Nissan X-Trail yang sempat hilang dari garasi rumah Diperum di hari ia dan anggota keluarganya terbunuh.
Dilansir dari Kompas.com, berdasarkan keterangan sejumlah saksi mobil tersebut milik kakak korban yang diparkir di depan rumah yang ditempati korban.
Hal itu disampaikan langsung Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono.
"Mobilnya milik yang punya kos-kosan itu (kakak kandung korban). Korban setiap pagi hanya manasin saja. Kakak korban sudah kami mintai keterangan," ujar Argo pada Rabu (14/11/2018) malam.
Saksi mata di dekat rumah korban melihat seseorang melajukan mobil tersebut sangat kencang, tidak seperti biasanya.
"Saksi mengatakan itu kendaraan sangat kencang," kata dia.
Polisi belum menyimpulkan pelakulah yang membawa kabur mobil tersebut.
Berdasarkan hasil penelusuran, polisi menemukan mobil tersebut di parkiran sebuah kos Pondok Ammera di Cikarang.
"Dengan ditemukannya mobil X-trail tersebut kemudian dari Labfor Mabes Polri kemudian dengan Inafis Polda Metro Jaya, penyidik tadi pagi melakukan olah TKP mobil," lanjut dia.
"Kami temukan mobil dalam keadaan kosong. Kami akan mintai keterangan pemilik kos, penghuni kos, dan saksi lainnya," tambah dia.
Polisi akan mencari barang-barang apa saja yang tertinggal di dalam mobil dan mencari tahu apakah barang-barang tersebut berkaitan dengan kasus pembunuhan.
"Misal apa ada ponsel yang tertinggal, apakah ada darah di sana, apakah ada barang lain yang ada kaitannya," ujar Argo di Mapolda Metro Jaya, Kamis (15/11/2018).
"Makanya kami memerlukan dari Labfor. Jadi penelitian secara ilmiah yang kami gunakan," lanjutnya.
Ia berharap, kondisi dalam mobil itu bisa memberi titik terang kepada polisi terkait pengungkapan kasus pembunuhan itu.
Dalam keterangan Argo terbaru, ada bercak darah di pintu hingga karpet mobil Nissan X-Trail yang sempat hilang berdasarkan olah tempat kejadian perkara di mobil pagi tadi.
Argo membenarkan hasil cek laboratorium forensik, penyidik menemukan bercak darah juga menempel di dua ponsel korban di dalam mobil tersebut.
"Di pintu sebelah kanan, gagang tempat buka pintu, ada darah juga di sana. Kita ambil dan di karpet di bawah sopir," beber dia.
Polisi juga menemukan darah di pedal gas dan di sabuk pengaman.
Pada Senin (12/11/2018), Jimmy penghuni rumah kos yang dikelola korban, seperti biasanya datang mendekati dini hari.
Saat masuk gerbang pukul 23.30 WIB tidak ada yang mencurigakan. Ia hanya aneh jam segitu biasanya korban belum tidur dan menegur dirinya jika pulang malam.
"Saya masuk, saya gembok dan kunci lagi gerbang seperti semula. Karena harus dirantai, biasanya kalau rantainya bunyi, almarhum keluar, lalu menegur. 'Bang baru datang ya?'. Tapi tadi enggak ada," tutur Jimmy.
Malam itu Jimmy tidak menemukan satu mobil korban lainnya, CRV, yang biasa terparkir di depan rumah.
"Tapi Nissan X-Trail ada. Biasanya tiga mobilnya di sini. Pas paginya tinggal satu mobil saja yang boks. Tapi saya enggak tahu ya, ketiga mobil itu punya korban semua atau tidak," ucap dia.
Kesaksian pengelola kontrakan
Ada benang merah penemuan mobil Nissan X-Trail di kosan Pondok Ammera di Cikarang dengan HS.
HS pernah memberikan uang Rp 400 ribu untuk membayar uang muka sebuah kos di Cikarang, Bekasi.
Uang muka itu untuk membayar sewa selama satu bulan yang seharusnya Rp 900 ribu.
"Baru uang muka saja sih. Sisanya akan dibayar berikutnya, ya enggak masalah," jelas Johan, salah satu pengelola kos di Cikarang Utara, Bekasi, Kamis (15/11/2018).
Ia telah menerima uang itu dan mengantarkan HS ke dalam unit yang diinginkan.
Setelahnya, dia pergi dan berjanji akan pulang malamnya.
Menurut Johan, HS tiba pada Selasa (13/11/2018) pukul 09.30 WIB.
Ia datang mengendarai Nissan Xtrail berwarna silver, bermaksud menitipkannya.
"Pagi dia datang. Janjinya, mau balik lagi malam. Jadi, dia hanya titip mobil saja. Setelah itu langsung pergi lagi," ujar dia di sebuah kontrakan di Cikarang Utara, Bekasi, Kamis (15/11/2018).
Mobil itu terparkir di halaman belakang dalam kontrakan berlantai dua.
"Iya sudah diparkir saja disitu, terus tidak tahu lagi kemana," ucap Johan.
Di hari HS datang menyerahkan uang Rp 400 ribu, ia sempat pergi ke sebuah klinik untuk mengobati jarinya yang terluka.
Kepada perawat, HS berdalih jari luka itu akibat jatuh. Klinik tersebut berlokasi sekitar 500 meter dari kosan di Cikarang.
Saat HS diamankan di kaki Gunung Guntur, polisi menemukan kunci mobil Nissan X-Trail.
Skenario penangkapan HS
Alif Baihaqi (28) pemilik kontrakan Pondok Ammera membeberkan proses pelacakan terduga pembunuh keluarga Diperum Nainggolan di Bekasi.
HS mulanya sempat ingin mengontrak di. Alif menuturkan, terduga pelaku datang pada Selasa (13/11/2018) sekitar pukul 10.00 WIB.
"Dia cuma 10 menitan di kontrakan saya, dia datang, liat kamar, naruh mobil, terus balik lagi, jalan kaki baliknya," kata Alif, Kamis (15/11/2018).
Pemilik kosan melaporkan mobil Nissan X-Trail ke polisi yang hilang di hari terbunuhnya Diperum. Salah satu penghuni kontrakan mengaku kenal dengan HS.
"Pagi hari dia (pelaku datang). Salah satu penghuni ada yang melihat kenal muka. Dia bilang pernah satu kantor di PT Ustra Tampil Indonesia, karena hanya kenal muka dan enggak kenal nama dan enggak kenal dekat, jadi biasa saja, enggak terlalu menghiraukan," jelas dia.
Penghuni kontrakan kaget, rupanya sudah banyak polisi mencari informasi di kantornya tentang HS. Tapi ia tak memberikan informasi apapun kepada polisi.
Ketika tiba di kos, penghuni yang kenal HS bercerita kepada pengelola kontrakan, bahwa orang yang tadi pagi ingin menyewa kos buronan polisi terkait kasus pembunuhan di Bekasi.
"Ceritanya sama persis dengan kejadian di Bekasi. Akhirnya, pagi itu kita lapor ke Polres. 'Bener nggak mobilnya itu' oh iya bener. Kata Polres Metro Bekasi," ungkap Alif.
Setelah itu polisi langsung mendatangi lokasi pada Rabu (14/11) pagi. Mereka melihat mobil Nissan X-Trail dan kamar kontrakan yang hendak disewaHS.
Alif kemudian berbicara kepada polisi bahwa ia menyimpan nomor telepon terduga pelaku. Ia lalu menawarkan untuk mencoba menghubungi dengan alibi menanyakan tagihan pelunasan uang sewa kontrakan.
Terduga pelaku baru membayar uang muka sewa kos sebesar Rp 400 ribu dari total harga sewa Rp 900 ribu per bulan.
"Saya telepon enggak diangkat lalu saya sms, 'Kapan mau diisi dan masih ada kekurangan Rp 500 ribu. Kapan bisa dilunasi?' Lalu dia bales, 'oh iya nanti pak saya transfer pakai m-banking, sekarang saya lagi meeting.' Gitu ngomongnya pas balas sms saya," jelas dia.
Dari komunikasi itu akhirnya polisi mencoba melacak nomor telepon terduga pelaku yang masih aktif.
"Lalu saya juga disuruh sms lagi tanyain sudah ditransfer belum. Terus dilacak lagi dia ada di mana. Begitu kata polisinya. Ya sudah, habis itu polisi bilang enggak usah di-sms lagi," ungkap Alif.
Terduga pelaku ditangkap di kaki gunung
Di hari mobil Nissan X-Trail ditemukan, personel gabungan Polda Metro Jaya dan Polres Metro Bekasi Kota menangkap HS di kaki Gunung Guntur, Garut.
Pria ini diduga membunuh Diperum dan anggota keluarganya.
Setelah mendapatkan keberadaan HS dari laporan masyarakat, polisi menangkapnya pada Rabu sekitar pukul 22.00 WIB.
"Sampai di Garut kita mendapatkan HS ada di kaki Gunung Guntur. Di sana dia berada di suatu rumah atau saung," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono, Kamis (15/11/2018).
HS mengaku hendak naik gunung. Polisi lalu menggeledah barang bawaan HS.
"Setelah kita geledah ada kunci mobil merek Nissan kemudian ada handphone. Lalu ada uang Rp 4 juta di sana," jelas Argo.
Kemudian, polisi memboyong HS ke Jakarta untuk pemeriksaan intensif.
Hasil pemeriksaan diketahui HS merupakan pengangguran yang masih memiliki hubungan saudara dengan korban Maya Ambarita.
"HS ini masih ada hubungan saudara dengan korban yang perempuan," ujar Argo Yuwono.
Ia memperikarakan usia HS masih di bahwa 30 tahun dan statusnya menganggur. Tapi terduga pelaku sering tidur-tiduran di rumah kosan yang dijaga Diperum.
"Yang bersangkutan sudah tidak bekerja selama tiga bulan. Tadinya kerja di perusahaan di Cikarang," jelas Argo.
HS bantah membunuh
Selama pemeriksaan, HS membantah terlibat pembunuhan keluarga Diperum.
Ia mengaku di malam terbunuhnya Diperum memang berada di kos yang dikelola korban.
"Dia ada di situ. Di kos-kosan itu," ujar Argo.
Polisi intensif menyelidiki temuan-temuan di lapangan terkait penangkapan HS.
Dari kamar kos HS di Cikarang, polisi menyita celana hitam yang ada noda darah.
Namun, Argo menegaskan semua temuan bercak darah di mobil dan celana hitam yang HS gunakan masih menunggu hasil laboratorium forensik, apakah identik. (TribunJakarta.com/Tribunnews.com/Warta Kota)