Pilpres 2019
Politikus PSI Ungkap Borok Swasembada Era Orde Baru, Kubu Prabowo Emosi: Ini Asal Cari Jeleknya
Bandingkan kebijakan swasembada di era Soeharto dan Jokowi, politisi PSI Dini Purwono soroti kesalahan ini.
Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Y Gustaman
TRIBUNJAKARTA.COM - Politikus PSI Dini Purwono menanggapi harapan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Karya Berkarya Siri Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto agar meniru swasembada pangan zaman Soeharto.
Titiek yang merupakan putri Presiden ke-2 RI itu kini menjabat sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi di Pilpres 2019.
Titiek menyampaikan hal tersebut melalui laman Twitternya pada Rabu (14/112018).
Pantauan TribunJakarta.com cuitan Titiek Soeharto tersebut sudah disukai lebih dari 5000 kali.
"Sudah cukup. Sudah saatnya Indonesia kembali seperti waktu era kepemimpinan Bapak Soeharto, sukses dengan swasembada pangan
Mendapatkan penghargaan internasional dan dikenal dunia," tulis Titiek Soeharto.
Cuitan Titiek Soeharto ini seketika menjadi sorotan publik.
Bahkan, politikus PSI Dini Purwono turut berkomentar.
Ia mengungkapkan era Orde Baru memang ada swasembada pangan namun terjadi secara temporer.
"Itu terjadi tahun 80 dan pecahnya pada 1984. Sebetulnya program tersebut terlihat baik jika kita baca di Repelitanya," tegas Dini Purwono di acara Rosi, Kompas TV pada Jumat (23/11/2018).
"Tapi yang saya bilang Pak Soeharto salah targetnya. Jadi, sebenarnya targetnya itu bukan memodernisasi petani-petani kita, mensejahterahkan petani sebagai manusia, bukan ditekankan sebagai pembangunan manusia," sambung dia.
• Atas Perintah Soeharto, Prabowo Subianto Akui Pernah Ditugaskan Kejar Amien Rais
• Momen saat Prabowo-Titiek Soeharto Jadi Perhatian Ribuan Relawan
Dini menyatakan target Soeharto kala itu memang bertujuan untuk swasembada, bukan pembangunan manusia.
Kala melakukan kebijakan swasembada pangan, lanjut Dini, Soeharto melakukannya dengan gaya respresif alias gaya militer.
"Seperti saya bilang tadi, pakai top down interaction sehingga target beras bisa ter-deliver kala itu dan semua petani memang dipaksa untuk mengikuti beliau," terang Dini Purwono.
Menurut dia, jika ada petani yang kala itu melawan sedikit maka urusannya selesai.
"Security approach," paparnya.

Meski demikian, Dini Purwono memuji keberhasilan yang dijalankan Soeharto soal swasembada pangan.
"Keberhasilan di sisi output iya, tapi tidak prosesnya," jelas dia.
Dini Purwono menganalogikan kasus ini dengan kekayaan yang didapatkan seseorang.
"Seperti misalnya kita mau kaya, proses itu kan matters kan. Kalau kita kaya dengan cara korupsi, apakah kita bangga? Betul kita kaya tapi caranya tidak benar," Dini Puwono menegaskan.
Menanggapi pernyataan politikus PSI itu, Fuad Bawazier selaku anggota Dewan Pembina Partai Gerindra mengemukakan kebijakan era Orde Baru soal swasembada beras itu tidak bisa dinilai jelek.

Menurut dia kebijakan swasembada kala itu mendapatkan pengakuan Food Agriculture Organisation (FAO).
"Kalau misalnya itu karena ancaman dan tekanan, ya enggak mungkinlah," ucap Fuad Bawazier.
"Yang dilakukan itu bukan pakai security approach tapi ada tim penyuluh pertanian yang masuk ke desa. Jadi ada yang mengatur benih, cara menanam untuk meningkatkan produksi," sambung dia.
Adanya hal tersebut membuktikan kebijakan swasembada pangan era Soeharto bersifat efisien.
Meski demikian, Fuad Bawazier menyatakan kebijakan itu bukanlah hal yang mudah.
"Ini cita-cita dari Trisakti Bung Karno agar beras bisa diproduksi sendiri, dilanjutkan Pak Harto dan seharusnya dilanjutkan terus," tutur dia.
Dini Purwonto terlihat emosi mendengar pernyataan Fuad Bawazier, bahkan ia menyatakan jika seorang petani dipaksa harus menamam produk yang sama.
• Sederet Fakta Gedung Granadi yang Disita: Milik Keluarga Soeharto Hingga Komentar Partai Berkarya
• 5 Kejadian Aneh di Kediaman Soeharto Dibongkar Penjaga Rumah: Gamelan Bunyi Sendiri Jam 2 Dini Hari
"Tidak ada kebebasan untuk produksi, bahkan tidak ada kebebasan petani untuk menaman," ungkap Dini Purwono.
Ia sempat menanyakan soal kebijakan swasembada yang tidak bisa sustainable atau keberlanjutan hingga kini.
"Kenapa hanya temporary dan ternyata petani kita tidak mampu saat ini? Tidak ada regenerasi pada hari ini, berarti apa yang dicanangkan pada saat itu tidak sustainable. Kalau sustainable pasti ada dampaknya," kata dia.
Fuad Bawazier menyatakan, apa yang dikatakan Dini Purwono itu adalah salah.
"Bukan seperti itu, ini karena enggak ngerti. Ini asal cari jelek-jeleknya," ucapnya seraya emosi.
Tak takut dikritik
Kekuasan 32 tahun Presiden Soeharto memimpin Indonesia menyisakan sisi gelap.
Sandiaga mengaku sama sekali tidak takut pilihan menjadikan sejumlah program era Soeharto akan memunculkan kekhawatiran masyarakat.
Orba bagi sebagian orang masih meninggalkan trauma.
• Link Download Latihan Materi Soal Tes SKB CPNS 2018 Formasi Guru hingga Tenaga Kesehatan
• TERPOPULER Penjelasan BKN Tidak Ada Passing Grade untuk SKB CPNS 2018, Beda dengan Tes SKD
Namun, Sandiaga masih memiliki cara untuk meyakinkan masyarakat terkait hal tersebut.
"Kita sampaikan bahwa kita sudah melewati periode reformasi dengan sekarang demokrasi yang lebih baik, lebih banyak check and balance, lebih banyak masyarakat civil society yang ikut partisipatif, kolaboratif," ucap Sandiaga.