Pembunuhan di Papua
Kisah Korban Selamat Penembakan KKB, Diselamatkan Camat Seusai Pulang Dari Gereja
Kisah empat pekerja Trans Papua yang selamat dari buruan Kelompok Kriminal Bersenjata di Nduga, Papua. Dari pingsan hingga diselamatkan camat
Disinggung mengenai rekan-rekannya yang tewas tertembak, Simon mengaku sangat menyesal. Apalagi, satu korban bernama Samuel Pakiding adalah tetangganya di Jalan Tengko Suturu, RT 25, KM 5 Bukit Sion, Jahab, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
“Saya sangat sedih kehilangan mereka, apalagi Samuel adalah teman sekaligus tetangga saya. Dia masih muda, tapi sangat baik,” ujarnya.
Sementara itu, di kediamannya, istri Simon yang bernama Ridha Sanda mengaku sangat bahagia.
Dia tidak akan memaksa suaminya untuk segera pulang. Ridha tahu, saat ini keterangan Simon sangat dibutuhkan untuk pemeriksaan kejahatan KKB.
• Cerita Simon Pekerja Selamat dari Pembantaian di Papua, 3 Hari Kabur Lewat Hutan & Makan Pakis Liar
• LIPI: Operasi Militer di Papua Tak Akan Selesaikan Masalah, Kelompok Bersenjata Tambah Semangat
Yang penting dia sudah selamat. Saat ini, dia diamankan di salah satu hotel di Timika.
"Dia dijaga ketat, dan saya akan setia menantinya pulang. Biar saja dulu dia memberi kesaksian pelariannya di sana, saya tahu, saat ini dia sangat dibutuhkan,” kata Ridha, Minggu (9/12/2018).
Ibadah Natal
Simon Tandi dan Joni Pariangan, selamat dari peristiwa pembantaian oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Bukit Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.
Nyawa mereka pun sempat terancam, namun diselamatkan warga Nduga, melalui perjalanan di hutan belantara selama tiga hari.
Kejadian itu dimulai pada Sabtu (1/12/2018), Simon dan Joni selamat karena tengah mengikuti ibadah Natal di Gereja Protestan Nduga.
Gereja ini adalah tempat rutin yang didatangi Simon, lokasinya tak jauh dari camp tempat mereka tinggal.
“Saya sering ke sana untuk berdoa dan ibadah. Apalagi ada ibadah Natal, maka saya tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk pergi ke Gereja,” kata Simon.
Menurut Simon, tidak disangka, kegiatan ibadah Sabtu itu menyelamatkannya.
Ketika dia kembali ke camp, dia melihat kondisinya sudah berantakan.
Semua tas berisi pakaian berhamburan dan makanan berserakan di tanah.
Sebanyak 29 temannya juga tidak ada.