Sederet Fenomena Alam yang Muncul Seusai Letusan Gunung Anak Krakatau: Puncak Gunung Hilang

Gunung Anak Krakatau hingga kini masih berstatus siaga dengan zona berbahaya 5 kilometer dari puncak kawah.

Editor: Ilusi Insiroh
Twitter James Reynolds @EarthUncutTV
Kondisi terkini Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda 

Berkurangnya volume tubuh gunung Anak Krakatau diperkirakan karena adanya proses rayapan tubuh gunung api yang disertai oleh laju erupsi yang tinggi dari 27 hingga 28 Desember 2018.

Nella Kharisma Banjir Pujian, Cover Kemarin Seventeen dengan Sentuhan Dangdut Trending di YouTube

4. Temuan 2 retakan baru di tubuh Gunung Anak Krakatau

Menyusutnya tinggi Gunung Anak Krakatau itu disertai dengan temuan dua retakan baru di tubuh Gunung Anak Krakatau.

Kepala BMKG, Prof Dwikorita Karnawati mengatakan terdapat dua retakan baru dalam satu garis lurus di salah satu sisi badan Gunung Anak Krakatau.Dwikorita menduga, retakan itu terjadi lantaran adanya getaran tinggi yang muncul saat erupsi gunung Anak Krakatau.

Munculnya retakan baru itu membuat BMKG khawatir akan terjadi tsunami susulan.

Hal ini dikarenakan kondisi bawah laut Gunung Anak Krakatau saat terdapat jurang di sisi barat hingga selatan.

"Yang kami khawatirkan di bawah laut curam, di atas landai.

Jika retakan tersambung, lalu ada getaran, ini bisa terdorong dan bisa roboh (longsor)" ujar Dwikorita menjelaskan.

Julie Estelle Digosipkan dengan Gading Marten, Gisel Justru Berseloroh Singgung Istri Irwan Mussry

6. Muncul cekungan kawah menyerupai teluk

Usai terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau, TNI Angkatan Laut (AL) menemukan penampakan tak biasa di dasar laut Selat Sunda.

Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) menemukan adanya pendangkalan dasar laut di Selat Sunda.

Hal ini seperti dikutip GridHot.ID dari artikel terbitan Tnial.mil.id pada 1 Januari 2018.

Tak hanya temukan adanya pendangkalan dasar laut, TNI AL juga menyebut adanya perubahan bentuk morfologi Gunung Anak Krakatau setelah terjadinya erupsi dan longsoran yang menyebabkan tsunami di perairan Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018) lalu.

Hasil tersebut diperoleh setelah KRI Rigel-933 yang merupakan kapal survei di bawah pembinaan Pushidrosal melakukan survei hidro-oseanografi dan investigasi di area longsoran Gunung Anak Krakatau setelah terjadinya erupsi dan tsunami di perairan Selat Sunda.

Menurut Kapushidrosal Laksda TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos., S.H., M.H. dari data hasil survei hidro-oseanografi Pushidrosal tahun 2016 dan data Multi Beam Echosounder (MBES) hasil Survei Tim Pushidrosal pada tgl 29 sd 30 Desember 2019, perairan di Selatan Gunung Anak Krakatau diperoleh perubahan kontur kedalaman 20 sd 40 m lebih dangkal.

Tentunya hal ini dikarenakan adanya tumpahan magma dan material longsoran Gunung Anak Krakatau yang langsung jatuh ke laut.

“Selain itu dengan pengamatan visual radar dan analisis dari citra ditemukan perubahan morfologi bentuk Anak Gunung Krakatau pada sisi sebelah barat seluas 401.000 m2 atau lebih kurang sepertiga bagian lereng sudah hilang dan menjadi cekungan kawah menyerupai teluk. Pada cekungan kawah ini masih dijumpai semburan magma Gunung Anak Krakatau yang berasal dari bawah air, laut” kata Kapushidrosal saat meninjau langsung KRI Rigel di perairan Banten.

Ammar Zoni Bakal Nikahi Irish Bella, Ranty Maria Be Calm

7. Puncak gunung hilang

Pasca tsunami Selat Sunda, Gunung Anak Krakatau memang masih mengalami erupsi berkali-kali hingga statusnya naik menjadi siaga level III pada 27 Desember 2018 lalu.

Halaman
123
Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved