Sederet Fakta Rusuh di Tanah Abang: Banyak Preman Terlibat saat PKL Lawan Anggota Satpol PP

PKL Tanah Abang lemparkan batu dan besi ke arah anggota Satpol PP yang merazia mereka. Di balik kericuhan itu 80 persen preman setempat terlibat.

Penulis: Yogi Gustaman | Editor: Erik Sinaga
Instagram @jktinfo
Sejumlah orang diduga pedagang kaki lima Tanah Abang melempari anggota Satpol PP di atas truk yang merazia dagangan mereka pada Kamis (17/1/2019). 

"Saya lihatnya satpol PP cuma meminta PKL tenang. Berusaha mendekati PKL itu biar enggak terus melempar batu, tetapi pedagang itu tetap saja lempar batu. Sampai bawa besi juga kan," ujar Mustafa.

Polisi datang dan langsung menangkap orang-orang yang terlihat membawa batu di tangannya.

"Lumayan lama juga sih sampai benar-benar tenang. Saya saja cuma berani lihat dari dalam toko," ucap dia.

Pedagang lainnya, Widyaningsih, mengatakan bentrokan itu membuatnya takut dan khawatir. Ia menerima pembeli di tokonya saat itu.

Widyaningsih dan dua karyawannya lindungi diri dengan masuk ke dalam toko dan tak berani keluar atau sekadar melihat langsung.

"Awalnya tuh seperti biasa mbak, satpol PP bilang kalau pedagang enggak boleh jualan di sini (trotoar). Enggak tahu dari mana asalnya, tiba-tiba ada yang lempar batu saja ke petugas. Petugasnya sih berusaha cari begitu ya siapa yang melempar. Eh tiba-tiba sudah banyak saja tuh yang lempar batu," kata Ningsih.

Ia mengatakan, setiap hari para PKL diingatkan untuk tidak berjualan di trotoar. Namun, saat satpol PP pergi, PKL itu kembali lagi ke trotoar.

"Namanya juga cari uang ya, kalau enggak ada satpol PP ya mereka balik lagi. Hari ini tuh emang baru pertama kali sampai lempar-lempar batu begitu. Untung saja polisi cepat datang," ucap dia.

Preman Tanah Abang terlibat

Di balik sejumlah PKL yang melempar batu dan kayu ke arah anggota Satpol PP, ada keterlibatan preman Tanah Abang.

Wakil Wali Kota Jakarta Pusat, Irwandi, mengatakan para preman sekitar Tanah Abang memprovokasi PKL untuk rusuh.

Penertiban ini membuat para preman yang menguasai lapak tak mendapat keuntungan dari sewa lapak dari para PKL yang tidak mendapat tempat di Skybridge Tanah Abang.

"Sebenarnya adanya provokator dari preman-preman karena penertiban ini memang rutin dilakukan oleh petugas," kata Irwandi.

"Jadi kalo PKL paling hanya 20 persennya saja, sisanya preman-preman," dia menambahkan seperti dilansir Warta Kota dalam artikel Irwandi Sebut Kericuhan saat Penertiban PKL di Tanah Abang Didominasi Ulah Preman 80 Persen.

Dia menambahkan, saat kericuhan itu, para preman tersebut berbaur dengan para PKL di Tanah Abang.

Para preman, kata Irwandi, memanfaatkan dan menyewakan lapak kepada para PKL.

PKL yang melawan petugas karena mereka tidak dapat ditampung di Skybridge. Mereka ingin juga ditampung seperti pedagang lain.

"Jadi mereka yang melakukan perlawanan itu mereka yang tidak tertampung di skybridge, tapi kita sudah siapkan di Blok F. Hanya saja mereka tidak berminat dan penginnya seperti Skybridge," ujarnya.

Pemkot Jakarta Pusat akan memanggil pihak terkait di lingkungan setempat untuk melakukan pembahasan.

Irwandi berterima kasih kepada aparat kepolisian yang sigap menangkap para provokator saat kericuhan terjadi.

"Kita akan panggil nantinya RW-nya, tapi setidaknya tadi sudah ada 3 orang yang diduga provokator diamankan polisi," ucap Irwandi. (*)  (TribunJakarta.com/Kompas.com/Warta Kota)

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved