Kecelakaan Maut Bus Bima Suci di Tol Cipularang, Mukhlisin Langsung Pegang Kursi Saat Bus Oleng

Kecelakaan maut Bus Bima Suci Nopol A 7520 CS di Jalan Tol Cipularang KM 70 jalur B, Kabupaten Purwakarta menewaskan 7 orang penumpang.

Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Muhammad Zulfikar
Tribun Jabar/Haryanto
Bus Bima Suci mengalami kecelakaan tunggal di Cipularang. 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA -Kecelakaan maut Bus Bima Suci Nopol A 7520 CS di Jalan Tol Cipularang KM 70 jalur B, Kabupaten Purwakarta, Senin (28/1/2019) pagi menewaskan 7 orang penumpang.

Satu dari sejumlah penumpang yang selamat, Mukhlisin (51) menceritakan detik-detik kejadian tragis tersebut.

Dikutip dari Tribun Jabar, Mukhlisin mengatakan Bus Bima Suci yang ia tumpangi tiba-tiba oleng lalu menabrak pembatas jalan tol dan jatuh di parit Tol Cipularang KM 70, Purwakarta.

"Jatuhnya sekitar pukul 09.00, saya juga ngga merhatiin jam. Itu mah baru keluar dari kontrolan di km 72, terus keluar, itu kejadian di sekitar km 70, kalau ngantuk sih enggak (sopir)," ujar Mukhlisin (51) ketika ditemui Tribun Jabar di rumahnya, Jalan gempol sari, RT4/1, Kelurahan Gempol sari, Bandung Kulon, Kota Bandung, Senin (28/1/2019).

Mukhlisin (51) satu dari beberapa penumpang yang selamat dari kecelakaan maut Bus Bima Suci di Tol Cipularang KM 70 yang menewaskan 7 orang penumpang, Senin (28/1/2019).
Mukhlisin (51) satu dari beberapa penumpang yang selamat dari kecelakaan maut Bus Bima Suci di Tol Cipularang KM 70 yang menewaskan 7 orang penumpang, Senin (28/1/2019). (Tribun Jabar/Syarif Pulloh Anwari)

Saat itu, ucapnya, Bus Bima Suci melaju lagi di jalur kanan, di jalur cepat. "Di depan ada mobil kan, dia (supir) mau nyalip sebelah kiri, apakah sopir nilepnya terlalu tajam atau emang lagi posisi hujan sih licin," katanya.

Sesaat sebelum terjadi kecelakaan itu, Mukhlisin mengaku sempat main handphone dan supir mengendarai bus di atas 100 km/jam.

"Saya di bangku nomor 2 sih, sebelah kiri, sadar. Saya lagi main hape. Begitu bus oleng dan mau terjadi kecelakaan, saya megang kursi. Kecepatan bis sih di bawah 120 km/jam tapi di atas 100 km/jam, saya kan dekat sopir," ujarnya

Mukhlisin mengaku dirinya akan berangkat kerja ke Serang dan bersama temannya.

"Berangkat jam 8.00 WIB naik di Pasirkoja mau berangkat kerja ke Serang, per dua minggu pulang. Setelah bus terbalik, sempat tidak sadarkan diri. Sesudah sadar, saya segera mencari teman yang akan berangkat kerja juga. Alhamdulillah, temen saya selamat," ujarnya.

Menurutnya, penumpang hampir mengisi semua kursi di Bus Bima Suci.

Setelah kecelakaan dan sebelum dibawa ke Rumah Sakit daerah Sadang, Mukhlisin sempat merekam setelah kejadian.

Mukhlisin mengalami sakit di bagian punggung sebelah kanan tapi tidak ada luka yang cukup serius.

"Bagian punggung sebelah kanan. Luka enggak ada, paling luka sedikit di kepala baretan saja. Mungkin ini benturan, di ronsen sudah, engga ada apa apa. Barusan sudah dipijit tukang urut, katanya ini mah nyengsol," ujarnya.

Saat Tribun Jabar pertama kali tiba di rumahnya, Mukhlisin sedang berbaring. Di sana, ada istrinya bernama Tasyah (48).

Tasyah mengatakan sempat berangkat kerja bareng Mukhlisin.

"Berangkat kerja bareng, sekitar jam 6.30 WIB. Saya ngga tahu kabar setelah itu. Saya baru pulang kerja, tiba-tiba, Bapak sudah ada di rumah. Saya sempat syok, saat melihat di televisi ada yang meninggal, syukur bapak masih selamat," ujar Tasyah.

Setelah sempat dirawat di rumah sakit, Mukhlisin diantar pulang dan tiba sore hari.

Yani Masih Syok

Seorang korban selamat kecelakaan bus Bima Suci di Tol Cipularang KM 70, Yani Mulyani terlihat masih syok pascakejadian nahas yang baru dialaminya.

Pada perjalanannya menuju Banten dari Terminal Leuwipanjang, Bandung, Yani berangkat bersama puluhan penumpang lain pada Senin (28/1/2019) sekitar pukul 08.30 WIB.

Saat ditemui di RS MH Thamrin, Bungursari, Purwakarta, Yani mengaku tidak tahu persis insiden yang dialaminya itu.

"Kejadiannya itu begitu cepat. Tahu-tahu bus yang dinaikin oleng, dan menabrak pembatas jalan hingga berakhir terguling di parit," kata Yani sambil terbaring di ruang perawatan, Senin.

Dia pun tidak mengetahui apa penyebab bus yang dinaikinya mengalami oleng.

Sebelum kecelakaan maut, bus berwarna kuning merah itu menghampiri rest area yang berjarak dua kilometer dari lokasi tergulingnya bus.

Di tempat istirahat tol Cipularang KM 72, bus yang dikemudikan Dede Suhaeri (40) itu mengisi bahan bakar dan kembali membawa penumpang.

Yani yang duduk tidak jauh dari sopir mengaku, saat itu cuaca sedang hujan ringan dan tidak sedang ugal-ugalan.

"Saya tidak tahu kenapa, tiba-tiba saja oleng. Saya berpegangan pada besi tempat duduk. Saya dalam kondisi sadar saat itu namun sempat blank sebentar," ujarnya.

Usai bus berhenti dengan posisi akhir terbalik dan di bawah parit, Yani berusaha untuk keluar saat sudah sadar.

Pada kecelakaan itu, dia mengalami benturan di kepala, lecet di tangan, dan memar di kakinya.

Dia mengaku keluar bus dengan merangkak di atas tanah, setelah berada di luar badan bus.

Bayi Jihan Hanya Bisa Menangis

Situasi rumah sakit MH Thamrin tempat sejumlah korban kecelakaan bus Bima Suci di Cipularang mendapat perawatan medis lebih lanjut
Situasi rumah sakit MH Thamrin tempat sejumlah korban kecelakaan bus Bima Suci di Cipularang mendapat perawatan medis lebih lanjut (haryanto/tribun jabar)

Jihan Jalillah (1), balita korban selamat kecelakaan Bus Bima Suci Nopol A 7520 CS, hanya bisa menangis sembari memanggil ayahnya.

Jihan diketahui tidak mengalami luka yang serius di tubuh mungilnya itu akibat kecelakaan yang terjadi di Tol Cipularang KM 70, Senin (28/1/2019).

Meski belum jelas penyebutannya, kata ayah terus keluar dari mulut kecil balita umur 13 bulan itu.

Sembari nangis, balita berbaju pink itu terus digendong di ruang perawatan RS MH Thamrin, Bungursari, Purwakarta.

Tragis, sosok ayah yang terus dipanggilnya itu menjadi satu di antara korban meninggal dunia dalam kecelakaan itu.

Ayah kandung Jihan adalah Jalaludin (29), warga Desa Ciharashas, Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat.

Nenek Jihan, Nuryani (42) sangat bersedih melihat kondisi yang dialami cucunya itu. Ibunya Jihan pun menjadi korban luka dari kecelakaan tersebut.

"Meski seperti tidak mengerti apapun, Jihan tetap menangis sambil memanggil ayahnya. Ditambah lagi, ibu kandungnya yaitu anak saya, Reni Yuliani (20 tahun) terbaring tak berdaya," kata Nuryani.

Kesedihan terus menjadi setelah melihat putrinya menangis kesakitan. Reni menjadi korban luka patah tulang di bagian bahu kiri akibat kecelakaan bus Bima Suci.

Karena tidak ingin menambah kesakitan anaknya, Nuryani mengaku tak tega menceritakan kondisi terkini menantunya kepada Reni.

Kesedihan atas kehilangan menantu pun ditutupi saat berada di depan anaknya yang sedang mengalami kesakitan luar biasa di bahunya itu.

"Anak saya belum mengetahui, jika suaminya meninggal. Saya belum memberi tahu, belum tega bilangnya," ucapnya.

Sembari memeluk cucunya yang cantik, dia mengaku akan terlebih dahulu bermusyawarah dengan pihak besan.

Terutama akan mengurus jasad Jalaludin, apakah akan dimakamkan di kampung halamannya di Bandung Barat atau di kampung halaman Jalaludin, di Rangkasbitung.

Nuryani mengaku tidak ada firasat apapun sebelum kejadian nahas terjadi pada keluarga anaknya itu.

Namun dia sempat melarang anaknya itu pergi ke kampung halaman suaminya bersama keluarga kecilnya itu.

"Sebelumnya saya sempat melarang buat pergi dan menyarankan nanti saja saat lebaran tapi dia tetap kekeuh pergi," ujar dia sambil terus tak kuasa menahan tangisnya.

Setelah mengetahui ketiganya tetap pergi ke Rangkasbitung, sekitar pukul 13.00 WIB dia mendapat kabar adanya kecelakaan bus dengan jurusan merak.

Mendengar kabar itu, dia yang sedang beraktivitas itu pun tetiba teringat anak, cucu, dan menantunya yang sedang dalam perjalanan.

"Saya mendapat kepastian kabar anak saya saat ada telepon dari pihak rumah sakit yang menyebut bahwa Reni mengalami luka-luka akibat kecelakaan," katanya menjelaskan.

Ia pun sesegera mungkin untuk pergi menuju rumah sakit tempat keluarga Reni di rawat, yaitu di RS MH Thamrin.

Daud Ingin ke Merak

Kecelakaan tunggal yang menimpa Bus Bima Suci Nopol A 7520 CS di Jalan Tol Cipularang KM 70 jalur B, Kabupaten Purwakarta, Senin (28/1/2019) pagi, merenggut nyawa Daud Sumadi.

Hingga Senin (28/1/2019), tengah malam, berdasarkan catatan dari kepolisian, ada tujuh korban meninggal dunia akibat kecelakaan Bus Bima Suci, termasuk Daud Sumadi.

Zuharmen (70) mertua laki-laki dari Daud Sumadi, mengaku mendapat kabar dukacita soal Daud kemarin sekitar pukul 16.00 WIB.

"Tadi sore (kemarin, red) sekira pukul 16.00 WIB, pihak Jasa Marga dan Kepolisian datang ke rumah membawa dokumen berupa identitas Daud dan fotonya untuk memastikan bahwa ini adalah rumah Daud dan keluarganya," kata Zuharmen saat ditemui Tribun Jabar di kediamannya, di Bandung (28/1/2019).

Daud Sumadi meninggalkan seorang istri dan seorang anak laki-laki yang masih berusia 3,5 tahun. Ia naik Bus Bima Suci dari Terminal Leuwi Panjang. Daud Sumadi diantarkan istrinya ke terminal sekira pukul 06.00 WIB.

Tujuan perjalanan Daud Sumadi ialah ke Merak, Banten untuk bekerja di kapal, di bagian kelistrikan. Nahas, Daud justru menjadi korban tewas dalam kecelakaan Bus Bima Suci di Tol Cipularang, Purwakarta.

"Istrinya meminta agar dimakamkan di Bandung namun pihak orangtua Daud meminta agar jenazah Daud dimakamkan di Sukabumi," katanya.

Sumarno (55) tetangga Daud, mengatakan Daud dikenal sebagai orang yang baik dan rajin ke masjid jika sedang kembali ke kampung halaman.

"Dalam sebulan, Daud hanya pulang satu kali, paling lama dua atau tiga hari di Bandung. Setelah itu, ia kembali bekerja, terkadang ke Merak, ke Sumatera, Kalimantan," kata Sumarno kepada Tribun Jabar.

Zuharmen dan Sumarno mengaku sudah ikhlas atas kepergian Daud yang mengejutkan tersebut. Mereka mengatakan bahwa akan terus mengirimkan doa untuk almarhum.

Polisi Gunakan Alat Canggih

Kakorlantas Polri, Irjen Pol Refdi Andri mendatangi lokasi kejadian kecelakaan bus yang mengakibatkan tujuh orang meninggal dunia di Tol Cipularang KM 70, Purwakarta, Senin (28/1/2019).
Kakorlantas Polri, Irjen Pol Refdi Andri mendatangi lokasi kejadian kecelakaan bus yang mengakibatkan tujuh orang meninggal dunia di Tol Cipularang KM 70, Purwakarta, Senin (28/1/2019). (Tribun Jabar/Haryanto)

Kakorlantas Polri, Irjen Pol Refdi Andri mengatakan secara administrasi bus Bima Suci yang mengalami kecelakaan di Tol Cipularang KM 70+400, Purwakarta masih laik jalan.

Hal itu dikatakannya saat menyambangi lokasi kecelakaan tunggal yang mengakibatkan tujuh korban meninggal dunia pada Senin (28/1/2019).

Menurut data yang diperolehnya, bus berwarna kuning merah bernopol A 7520 CS itu adalah kendaraan yang dirilis tahun 2013.

"Untuk surat uji KIRnya berakhir pada bulan Juni nanti, kemudian pengemudinya juga telah memiliki SIM B1 umum. Secara administrasi sudah laik," kata Irjen Pol Refdi Andri saat ditemui usai mengecek langsung lokasi kejadian kecelakaan.

Jalan Rusak di Tangsel Rawan Kecelakaan Hingga Makan Korban, Pemprov Banten Dikritik

Kesaksian Korban Selamat Kecelakaan Maut Bus di Tol Cipularang, Cuaca Hujan Ringan & Tetiba Oleng

Jadi Korban Kecelakaan Tol Cipularang, Menantu Mantan Wabup Tangerang Sempat Kirim Pesan Singkat

Meski begitu, ia memastikan pihaknya terus melakukan penyelidikan penyebab utama kecelakaan tersebut.

Mulai dari pengolahan TKP secara manual maupun menggunakan alat canggih yang dimiliki tim Traffic Accident Analysis (TAA).

Alat berupa laser 3D scanner yang digunakan itu nantinya akan memberikan gambaran sebelum, saat, dan pasca kejadian kecelakaaan.

Dalam bentuk animasi, kronologi kecelakaan yang dialami bus dengan jurusan Bandung-Merak itu dapat tergambar cukup baik.

"Mudah-mudahan dalam waktu singkat, setidaknya 1x24 jam kesimpulan penyebab kecelakaan telah bisa disimpulkan," ucap Irjen Pol Refdi Andri.

Selain dari alat tersebut, informasi-informasi lainnya mulai dari keterangan saksi, pengemudi kendaraan, maupun tim ahli akan dikumpulkan.

Dengan demikian pihaknya akan bisa menyimpulkan penyebab utama yang membuat bus berpenumpang puluhan orang itu mengalami kecelakaan dan berada di parit.

"Nantinya akan kami sesuaikan dengan apa yang telah kami dapat. Faktor lain berupa kondisi jalan, kendaraan, supir akan menjadi pertimbangan pihak kami," ujar Irjen Pol Refdi Andri.

Ia pun mendorong jajarannya untuk segera mungkin menyelesaikan penyelidikan guna mengetahui penyebab utama kecelakaan.

"Kami berduka atas kejadian ini, apalagi telah mengakibatkan tujuh korban meninggal dunia. Tentu ini jadi pelajaran untuk kita semua, semoga ke depannya tidak ada lagi kejadian serupa," kata Irjen Pol Refdi Andri. (TribunJabar)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved