Kisah Ngkong Muin Tukang Servis Payung Keliling di Jakarta Utara

Berbekal ilmu otodidak, sepeda tua, dan alat seadanya, Muin bakal berkeliling mencari pelanggan sampai siang.

Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
Muin (67) saat ditemui di rumah kontrakannya di Jalan Kompi Jenggot, RT 01/RW 007, Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (1/2/2019). 

Berbekal ilmu otodidak, sepeda tua, dan alat seadanya, Muin bakal berkeliling mencari pelanggan sampai siang.

Yang ia lakukan nantinya adalah berteriak menawarkan jasanya di rute kelilingnya. Apabila ada yang memanggil, Muin bakal berhenti dan mengamati kerusakan payung pelanggannya.

Awalnya, sebelum melakukan servisnya, Muin membeli sejumlah payung bekas dengan kondisi bagus dan harga miring dari seorang pengepul di dekat Pasar Koja Baru.

Lalu, payung yang telah ia beli tersebut bakal dijadikan sebagai modal perbaikan.

Nikmati Berbagai Makanan Turki di Masjid Raya Bintaro

Jelang Imlek, Pedagang Bandeng Musiman Sudah Bermunculan di Rawa Belong

Triknya, Muin bakal mencopot jari-jari dari payung utuh menggunakan tang untuk dipasang ke payung-payung rusak pelanggannya.

Cara itu termasuk cara paling biasa, karena kerusakan payung pelanggannya kebanyakan masalah jari-jari yang patah, rusak, maupun lepas.

"Beli bahan dari Koja, satu payung cuman 20 ribu. Sekarang kebanyakan payung plastik, jadi yang servisnya besi-besi doang atau pernya rusak diganti," jelasnya sambil menunjukkan beberapa payung sebagai contoh.

Muin mengatakan pada saat musim kemarau beberapa bulan lalu, dirinya meratapi sepinya pelanggan servis payung. Pendapatan Muin pun sangat sedikit.

Di musim hujan seperti sekarang ini, Muin banyak mendapatkan pelanggan. Hari ini saja, dia sudah menservis lima payung pelanggannya.

Meski begitu, pendapatannya tetap tak seberapa. Muin mematok harga servis payung mulai dari Rp 15-20 ribu. Akan tetapi, tak semua pelanggan membayar harga segitu.

"Ya ada aja yang bayar Rp 10 ribu, malah ada yang Rp 5 ribu juga, nawar gitu. Ya saya kasih aja namanya cari duit," ujarnya.

Kenyataan tersebut rupanya tak mematahkan semangat Muin. Sebab, masih ada beberapa pelanggan setianya yang membayar dengan harga sesuai. Sudah begitu, tak jarang Muin diberikan makan oleh para pelanggan setianya.

"Ada aja yang ngasih makan. Ngasih jas hujan juga, yang udah langganan saya itu," katanya.

Kini, di usianya yang sudah tidak muda lagi, Muin masih setia berkeliling mencari siapapun yang payungnya rusak di sekitaran Jakarta Utara.

Dua orang anak Muin yang kini sudah dewasa tak lagi menemani hari-hari tuanya mencari rizki dari Sang Ilahi.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved