Tawuran di Manggarai Jadi Penyakit Menahun, Antisipasi yang Dilakukan hingga Kamuflase Narkoba

Terkait ramainya aksi tawuran yang terjadi di kawasan Pasar Rumput akhir-akhir ini, Dyan menuturkan pihaknya tengah mencari akar permasalahannya.

Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
WARTA KOTA/JOKO SUPRIYANTO
Tawuran Antar Warga Pecah di Depan Pasar Rumput Jaksel. 

TRIBUNJAKARTA.COM, TEBET - Tawuran antarwarga di kawasan Manggarai sudah sering terjadi.

Kawasan itu seakan sudah seperti arena perang saudara.

Sederet upaya sudah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah itu.

Namun sejauh ini hasilnya belum terlihat.

Insiden tawuran terjadi di halte Transjakarta di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, pada Sabtu (2/2/2019) malam.

Ini mengakibatkan sejumlah fasilitas di halte Transjakarta itu rusak.

Hal ini diungkapkan Direktur Utama Transjakarta Agung Wicaksono.

"Kaca-kaca halte pecah," kata dia dalam keterangannya, Minggu (3/2/2019).

Dia menjelaskan, pada saat kejadian tersebut, bus Transjakarta dengan rute Pulogadung-Dukuh Atas (Koridor 4) juga sempat dialihkan melalui jalan Proklamasi, Jakarta.

Fadli Zon Sebut Faktor Keselamatan Jadi Alasan Ahmad Dhani Menolak Dipindah ke Surabaya

Layanan kembali normal sekitar pukul 19.10 WIB setelah tawuran di Pasar Rumput, Jakarta, berhenti.

Berdasarkan laporan yang diterima, tawuran antar warga di Pasar Rumput, Jakarta pada Sabtu malam (2/2/2019), berlangsung hampir satu jam.

Dia mengutuk keras aksi tawuran yang mengakibatkan kerusakan fasilitas umum. Padahal sarana prasarana ini diperuntukkan bagi masyarakat.

"Ini sangat merugikan," tegasnya.

Dia menambahkan kaca-kaca yang pecah di halte Transjakarta akan digantikan demi kenyamanan para pelanggan.

Kerusakan halte Transjakarta Pasar Rumput akibat tawuran juga pernah terjadi pada 24 Agustus 2018 lalu.

Aksi biadab itu mengakibatkan kaca halte dan LED TV yang menampilkan informasi kepada pelanggan juga pecah.

Dua kelompok pemuda di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan, melakukan aksi tawuran di Jalan Rambutan, Kawasan Saharjo, Tebet, Jakarta, Selasa (22/1/2019) malam.
Dua kelompok pemuda di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan, melakukan aksi tawuran di Jalan Rambutan, Kawasan Saharjo, Tebet, Jakarta, Selasa (22/1/2019) malam. (WARTA KOTA/FERYANTO HADI)

Terbaru tawuran di lokasi yang sama terjadi Selasa (5/2/2019), kemarin.

Kanit Reskrim Polsek Metro Setiabudi Kompol Tri Suryawan mengatakan, tawuran itu terjadi pada Selasa sore.

"Sudah tadi sore. Sudah, cuma sebentar terus bisa kita halau," ujar Tri saat dihubungi, Selasa malam.

Tri belum bisa memastikan penyebab pecahnya tawuran di Pasar Rumput pada hari ini.

Dia hanya menyebut tawuran itu tidak berlangsung lama. "Enggak tahu (penyebabnya), pokoknya tadi sore iya (terjadi tawuran), cuma enggak lama," kata Tri.

Polisi Halau Tawuran Warga yang Sempat Pecah di Pasar Rumput  

Tawuran seringkali terjadi di Pasar Rumput. Terakhir, tawuran terjadi pada Sabtu (2/2/2019) malam.

Sejumlah fasilitas di halte Transjakarta rusak akibat tawuran akibat tawuran itu, salah satunya kaca pecah. Selain kaca yang pecah, tawuran juga menggangu operasional bus.

Pada saat tawuran pecah, bus Transjakarta dengan rute Pulogadung-Dukuh Atas (Koridor 4) juga sempat dialihkan melalui jalan Proklamasi, Jakarta.

Kerusakan halte Transjakarta Pasar Rumput akibat tawuran juga pernah terjadi pada 24 Agustus 2018. Aksi itu mengakibatkan kaca halte dan LED TV yang menampilkan informasi kepada pelanggan juga pecah.

Bentuk tim gabungan

Untuk mencari akar permasalahan tawuran antar warga yang kerap terjadi di wilayah Jakarta Selatan, tim gabungan pun saat ini sudah diterjunkan.

Tim gabungan tersebut terdiri personel Polres Metro Jakarta Selatan, Polsek Metro Setiabudi, dan Polsek Tebet.

Sebelumnya diberitakan, Selasa (5/2/2019) kemarin terjadi dua kali tawuran di Jalan Saharjo, Tebet, dan di kawasan Pasar Rumput, Setiabudi, Jakarta Selatan.

Dua lokasi tersebut, belakangan ini memang menjadi viral di media sosial karena kerap dijadikan lokasi tawuran antar warganya.

"Tim gabungan dari Polres dan Polsek setempat sedang upayakan cari akar permasalahannya, agar tidak terulang kembali," jelas Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Andi Sinjaya Ghalib melalui pesan singkat, Rabu (6/2/2019).

Sejumlah pelajar kembali terlibat tawuran di Jalan Matraman, Jakarta Timur, Kamis (3/9/2017).
Sejumlah pelajar kembali terlibat tawuran di Jalan Matraman, Jakarta Timur, Kamis (3/9/2017). (WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA)

Lanjut Andi, tim gabungan tersebut juga akan melaksanakan patroli dan razia di gang-gang dan tempat kumpul anak muda di dua lokasi tersebut.

Untuk menghindari informasi yang tidak valid, Andi menuturkan masih mendalami akar permasalahan dari tawuran tersebut.

"Akar masalah pastinya akan kami cek teliti dulu ya, banyak macam-macam isu masalah ini hanya daripada tidak valid lebih baik kami dalami dulu ya," jelas Andi.

Kamuflase perdagangan narkoba

Beredar isu bahwa tawuran yang kerap terjadi di kawasan Pasar Rumput hingga Manggarai, Setiabudi, Jakarta Selatan, hanyalah kamuflase untuk memasukan narkoba di kawasan tersebut.

Bahkan, hal itu juga disebut-sebut sudah menjadi rahasia umum, bagi warga sekitar.

Ditanya perihal isu tersebut, Dyan Airlangga Camat Setiabudi pun membenarkannya.

"Itu sudah jadi rahasia umum, tapi ada lebih baiknya kalau dikonfirmasi ke pihak kepolisian yang bisa menjawab. Kalau kami membina masyarakat," kata Dyan di kawasan Pasar Manggis, Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu (6/2/2019).

Dyan pun kembali menegaskan bahwa kabar tersebut memang benar adanya, namun hal tersebut sudah lama terjadi.

Fadli Zon Sebut Faktor Keselamatan Jadi Alasan Ahmad Dhani Menolak Dipindah ke Surabaya

"Itu bener ya dulu ada, dan di Menteng Tenggulun pun sempat ada yang ditangkap, ditayangin di televisi juga kok," ujar Dyan.

Terkait ramainya aksi tawuran yang terjadi di kawasan Pasar Rumput akhir-akhir ini, Dyan menuturkan pihaknya tengah mencari akar permasalahannya.

"Berdasarkan informasi, tawuran yang sering terjadi akibat provokasi dari Menteng Tennggulun dan Pasar Rumput, terus bergantian dan saling merespon hinga terjadi berulang-ulang," ujar Dyan.

Sindiran DPRD DKI Jakarta

Ketua Fraksi Nasedem DPRD DKI Jakarta, Bestari Barus menilai, program Maghrib mengaji yang diterapkan khusus di Jakarta Selatan belum berjalan efektif.

Pasalnya program yang menelan anggaran sebesar Rp 1,5 Miliar ini digadang-gadang untuk meminimalisir tawuran yang kerap terjadi dikawasan Jakarta selatan.

Menurut Bestari, tawuran yang sering terjadi di kawasan ini tak lain karena banyaknya pengangguran dan ekonomi yang rendah.

Anggota DPRD terpilih periode 2014-2019 Bestari Barus dari fraksi Partai Nasional Demokrat (NasDem) saat ditemui di Gedung DPRD, Jakarta Pusat, Rabu (3/9/2014).
Anggota DPRD terpilih periode 2014-2019 Bestari Barus dari fraksi Partai Nasional Demokrat (NasDem) saat ditemui di Gedung DPRD, Jakarta Pusat, Rabu (3/9/2014). (Warta Kota/angga bhagya nugraha)

Iapun menyarankan Wali Kota Jakarta Selatan Marullah tak hanya berpangku tangan atau sekedar malakukan monitoring dari dalam ruangan kerja dan mesti berani melakukan blusukan untuk mengetahui persoalan yanh dihadapi warganya.

"Enggak tepat sasaran (Program Magrib Mengaji). Makanya Wali Kota kalau enggak mampu turun aja. Jangan meremote dari kantor aja, harus turun kelapangan mencari akar masalahnya," ujar Bestari saat dihubungi, Rabu (6/2/2019).

Senada dengan Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI Jakata Abdul Ghoni menilai program mengaji masih belum berjalan maksimal.

"Iya belum maksimal, kan baru tahun ini dilaksanakan baru awal-awal," ucap Ghoni saat ditemui di Gedung DPRD DKI Jakarta.

Ghoni menyarankan, Pemkot Jakarta Selatan mengajak duduk bersama kedua belah pihak kelompok yang sering tawuran.

"Kumpulkanlah dari sisi kanan dan kiri yang bertikai itu, tanya apasih persoalannya. Duduk bareng dan bikin surat perjanjian dari kepolisian bikin jera agar enggak keulang lagi," kata Ghoni.

Bahkan menurut Ghoni bentrok antar warga di Pasar Rumput kemungkinan besar dipicu masalah 'perut' dan ketimpangan sosial karena tingginya angka pengangguran.

"Orang tawuran itu kan karena perutnya lapar. Kalau perutnya kenyang, nyari duitnya gampang, enggak mungkin terjadi. Pemprov DKI harus mengambil bagian itu penyaluran tenaga kerjanya. Bisa melalui UKM atau apa sajalah" ungkap Ghoni.

Diketahui dalam bulan ini sedikitnya sudah tiga kali terjadi tawuran antara warga kawasan tersebut. Pertama terjadi pada Sabtu (3/2/2019) yang berimbas pada perusakan halte Transjakarta.

Tawuran kembali pecah pada Selasa (5/2/2019). Parahnya tawuran kemarin itu terjadi langsung dua kali sehari yakni pada sore dan malam hari. (Warta Kota/Kompas.com/Tribunnews.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved