Ditetapkan Anies Baswedan Hingga Beroperasi Maret 2019, Segini Tarif LRT Kelapa Gading-Velodrome

Gubernur Anies Baswedan telah menetapkan perkiraan besarnya tarif LRT Kelapagading-Velodrome yang diharapkan beroperasi Maret 2019.

Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Erik Sinaga
TribunJakarta.com/Pebby Ade Liana
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersama Mikail Baswedan sama-sama menjajal kereta LRT saat ujicoba operasi berlangsung, Rabu, (12/9/2018). 

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan,  menegaskan pihaknya akan memberikan subsidi atas operasional kereta cepat Light Rail Transit (LRT) Kelapa Gading-Velodrome.

Besaran tarif LRT, kata Anies Baswedan, ditetapkan Rp 5.000 hingga Rp 8.000 per orang.

Besaran tarif tersebut belum diumumkan mengingat tarif LRT akan disesuaikan dengan tarif kereta cepat Mass Rapid Transit atau Moda Raya Terpadu (MRT) yang turut beroperasi pada bulan Maret 2019.

"Pengumuman tarif LRT bersamaan dengan tarif Moda Raya Terpadu nanti. Pemprov DKI Jakarta telah mendapatkan rekomendasi terkait tarif LRT yakni senilai Rp 5000 hingga Rp 8000 per orang," ungkapnya kepada wartawan di Balaikota DKI Jakarta, Gambir, Jakarta Pusat pada Kamis (14/2/2019).

Proyek Pembangunan LRT Jabodebek Sudah 58 Persen, Diproyeksikan Beroperasi April 2021

Jalan Rusak Akibat Proyek LRT Diperbaiki, Sudinhub Jakarta Utara Tutup Jalan Kelapa Nias

Bersamaan dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, lewat Dinas Perhubungan DKI Jakarta tengah menunggu hasil pengujian kelayakan dari Balai Pengujian Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

Sehingga apabila sertifikat kelayakan telah diterbitkan, Dinas Perhubungan DKI Jakarta akan segera mengeluarkan ijin operasional LRT.

Oleh karena itu, Anies berharap masyarakat dapat bersabar, walaupun diketahui pembangunan LRT telah rampung 100 persen.

"Itu terkait aspek keselamatan. Jadi pastikan izin keluar baru bisa operasi. Kita harus pastikan LRT berjalan sesuai izin yang ada," ungkap Anies.

"Kiita ingin memastikan segala yang beroperasi di DKI telah melalui standar keamanan yang maksimal," terangnya.

Belum subsidi

Pembangunan Proyek kereta cepat Light Railway Transit (LRT) di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, terus dikebut seperti tampak pada Jumat (8/2/2019).
Pembangunan Proyek kereta cepat Light Railway Transit (LRT) di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, terus dikebut seperti tampak pada Jumat (8/2/2019). (WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA)

Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) DKI Jakarta, Iskandar Abu Bakar menyoroti ketidakpastian penetapan tarif kereta cepat Light Rail Transit (LRT) Kelapa Gading-Velodrome.

Dirinya menyebut besaran tarif sementara yakni Rp 10.800 per orang belum disokong subsidi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Makan Suka-suka Bayar Seikhlasnya, Warung Kedai Mamak Diserbu Setiap Hari Selasa dan Jumat

Padahal menurutnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak boleh ragu dalam memberikan subsidi.

Sebab, LRT Fase 1 itu merupakan bentuk investasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terhadap perkembangan pembangunan.

"Tarif itu masih belum subsidi (Pemprov DKI Jakarta), Pemprov DKI akan menghitung berapa besar investasi yang dikeluarkan, kalau investasi Pemprov semakin besar, tarif bisa semakin kecil, skema ini biasa diterapkan negara maju, seperti di Singapura," ungkapnya.

Terkait hal tersebut, dirinya menganjurkan agar pengelolaan kereta cepat sepanjang 5,8 kilometer itu dilakukan mandiri atau lewat PT Jakarta Propertindo (Jakpro).

PT Jakpro adalah kontraktor Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta.

Infrastruktur transportasi massal umumnya merupakan investasi pemerintah.

"Ini investasi Pemprov dan Jakpro, transportasi massal adalah investasi pemerintah. Soal perhitungan tarif, kalau investasi pemerintah lebih besar, ya tarif lebih kecil," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, jelang beroperasinya kereta cepat Light Rail Transit (LRT) Kelapa Gading-Velodrome yang ditargetkan pada akhir Februari 2019 mendatang, besaran tarif masih belum ditetapkan.

Padahal, pembangunan infrastruktur kereta cepat sepanjang 5,8 kilometer itu telah selesai dilakukan dan kini hanya menunggu terbitnya ijin operasional dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

Belum ditetapkannya besaran tarif LRT Kelapa Gading-Velodrome tersebut diungkapkan Direktur Proyek LRT PT Jakarta Propertindo (Jakpro), Iwan Takwin.

Menurut Iwan Takwin, masih menunggu keputusan pemerintah terkait skema kerjasama.

Sebab, skema kerjasama katanya mempengaruhi besaran subsidi atas tarif.

"Apakah bangun serah guna atau BTO, Build Transfer Operate atau bangun guna serah atau BOT, Build Operate Transfer. Internal kami juga lakukan pembahasan," ungkapnya dihubungi pada Selasa (12/2/2019) malam.

Skema kerja sama antara BTO dengan BOT dijelaskannya tidak hanya sebatas penetapan besaran tarif, termasuk subsidi; tetapi secara langsung menetapkan pihak pengelola LRT Fase 1 tersebut.

Apabila pemerintah menetapkan skema BOT, PT Jakpro katanya siap mengelola kereta cepat tersebut setelah selesai pembangunan.

Terlebih sejumlah fasilitas, khususnya kereta masih dalam perlindungan asuransi dalam waktu dua tahun mendatang.

"Kalau memang pakai BOT kami siap, biaya perawatan sarananya kan masih garansi dua tahun, jadi tahap awal operasi tidak terlalu membebani biaya perawatan," jelasnya.

Terkait hal tersebut, Iwan mengaku pihaknya telah berulang kali melakukan workshop bersama PT Transjakarta, khususnya mengenai integrasi Stasiun LRT Kelapa Gading-Velodrome dengan sejumlah Halte Transjakarta.

"Kami sudah melakukan workshop, sharing dengan PT TransJakarta. bagaiaman sistem ticketing, jadwal dan sebagainya. TransJakarta juga akan menyesuaikan perpanjangan halte untuk memfasilitasi penumpang LRT," jelasnya.

Beroperasi April 2021

Proyek pembangunan Stasiun LRT Velodrome di, Pulogadung, Jakarta Timur, Sabtu (27/10/2018).
Proyek pembangunan Stasiun LRT Velodrome di, Pulogadung, Jakarta Timur, Sabtu (27/10/2018). (TRIBUNJAKARTA.COM/NAWIR ARSYAD AKBAR)

Pembangunan LRT Jabodebek oleh PT Adhi Karya, perusahaan kontraktor pembangunan LRT Jabodebek, disebutkan sudah mencapai 58 persen.

Direktur Operasi PT Adhi Karya (Persero) Pundjung Setya Brata, menyebutkan pembangunan paling signifikan terdapat pada koridor Cawang-Cibubur yang sudah mencapai 78 persen.

Pembangunan di jalur Cawang-Cibubur paling cepat pengerjaannya karena pada koridor tersebut tidak terhalang pembebasan lahan.

“Cibubur-Cawang sudah 78,45 persen ini paling cepet karena tidak ada pembebaaan lahan,” kata Pundjung papar Zulfikri di acara FGD ‘Pembangunan LRT untuk siapa?’, di Gedung Kompas, Jakarta, Rabu (12/2/2019).

Sedangkan, koridor lainnya yakni Cawang-Dukuh Atas baru mencapai 40 persen karena sempat terhalang penentuan lokasi stasiun.

Setelah ditentukan tempatnya, pembangunan juga masih belum bisa dilakukan karena harus ada pembebasan lahan.

“Cawang-Kuningan-Dukuh Atas baru 40 persen karena ada masalah kemarin stasiunnya dua posisi sekarang sudah ditentukan, tapi butuh pembebasan lahan lagi,” papar Pundjung.

6 Hal Menarik Emil Dardak: Cucu Kiai NU, Sabet Gelar Doktor di Jepang hingga Jadi Wakil Wagub Jatim

Sementara koridor Cawang-Bekasi baru mencapai 25 persen karena terhalang pembangunan depo di Bekasi Timur.

“Cawang Bekasi Timuri ada perlu butuh 12 hektar untuk depo, baru 52 persen karena depo belum selesai, depo baru selesai 2020,” ungkap Pundjung.

Rencananya LRT Jabodebek akan beroperasi pada April tahun 2021 , dan pertengaan tahun ini sekitar Juni 2019 akan diterapkan uji coba dengan satu unit kereta yang diproduks oleh PT INKA.

“Kita siap menerima kereta Juni tahun ini, satu kereta masuk di tes untuk memastikan semua aman tapi operasi di 2021,” ujar Pundjung. (WartaKota/Tribunnews.com)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved