Teuku Akbar, Pemuda Asal Aceh yang Gagal Gabung ISIS Ceritakan Kisahnya Lewat Film Dokumenter

Teuku Akbar Maulana, remaja asal Aceh Barat Daya menjadi sosok inspiratif baru dengan kisahnya yang sempat gagal menjadi anggota ISIS di Suriah.

Penulis: Anisa Kurniasih | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TribunJakarta.com/Anisa Kurniasih
Teuku Akbar Maulana saat hadir dalam Festival Kebhinekaan di Griya Gusdur, Menteng Jakarta Pusat. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Anisa Kurniasih

TRIBUNJAKARTA.COM, MENTENG - Teuku Akbar Maulana, seorang remaja asal Aceh Barat Daya menjadi sosok inspiratif baru dengan kisahnya yang sempat gagal menjadi anggota ISIS di Suriah.

Pemuda kelahiran 19 Juli 1998 ini merupakan siswa brilian yang hafal Alquran dan mahir berbahasa Arab sehingga mendapat beasiswa dari pemerintah Turki untuk belajar agama di Imam Katip High School (setara dengan Madrasah Aliyah di Indonesia) di Kayseri.

Namun, dari kota di Anatolia Tengah itu, sebuah godaan berat muncul dan hampir mengubah jalan hidupnya dari seorang calon imam dan khatib.

Di usianya ke 17 tahun, Akbar nyaris meninggalkan keluarganya di Aceh dan bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah, mengikuti jejak temannya yaitu Bagus dan Yazid.

Kisah nyata yang dialami oleh Akbar ini rupanya dikemas apik melalui sebuah film dokumenter berjudul Jihad Selfie karya Noor Huda Ismail, pemerhati terorisme, penulis buku, dan pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian.

Hal itu berawal dari Huda yang secara tidak sengaja bertemu dengan Akbar di sebuah warung kebab di Kayseri pada 2014, kemudian mereka berkenalan dan berbagi cerita.

Melanjutkan kisahnya, Di laman Facebook, Akbar melihat foto Yazid, seorang teman satu asrama yang lebih dulu bergabung menjadi pejuang ISIS, tampak gagah memegang senapan AK 47.

Ternyata Yazid juga telah merekrut Bagus, teman lain asal Indonesia yang juga sedang belajar di Turki.

"Awalnya saya merasa jenuh dan bosan dengan rutinitas saya di sekolah kemudian saya merasa melihat Yazid dengan gagahnya pegang senjata, keren dan banyak yang nge-like, akhirnya saya tertarik," ujar Akbar saat berbagi kisahnya dalam diskusi film di Festival Kebhinekaan yang berlangsung 21-24 Februari 2019 di Griya Gus Dur, Menteng Jakarta Pusat.

Film yang diproduksi pada Maret 2015 hingga Mei 2016, dengan lokasi pengambilan gambar tidak hanya di Turki, tetapi juga di Melbourne, Australia, dan sejumlah kota di Indonesia itu pun menceritakan bagaimana perjalanan Akbar hingga akhirnya bisa kembali ke Indonesia dan gagal berangkat ke Suriah.

Akbar menjelaskan bahwa perekrutan yang ia alami melalui media sosial tersebut memberikan doktrin - doktrin yang membuat ideologinya berubah 180 derajat.

Alasan Ingin Cari Kerjaan, 3 Wanita Asal Suriah Ditangkap Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta

Bermodal Pengalaman Bermain Video Game, Pemuda Colorado Nekat Memerangi ISIS di Suriah

Namun, setelah melalui beberapa proses panjang, ada beberapa hal janggal yang ia rasakan.

"Yang membuat Akbar menjadi ragu adalah adanya doktrin berjihad yang diperbolehkan meskipun tanpa izin orang tua yang menurut saya sangat bertolak belakang sekali, sampai akhirnya mukjizat datang karena saya dipertemukan oleh Noor Huda Ismail," kata Akbar lagi.

Setelah itu ia pun mengurungkan niatkan untuk berangkat ke Suriah dan memilih kembali ke Indonesia untuk bertemu kedua orang tuanya di Aceh.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved