Kisah Yeni, Nenek Tukang Sapu Tulang Punggung Keluarga Diupah Rp 30 Ribu Sehari
"Sudah gak dapat sekarang mah. Dulu waktu BLT ya sebutannya mah dapat. Sekarang gak dapat beberapa tahun ini," jelas Yeni.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda
TRIBUNJAKARTA.COM, SERPONG- Seorang nenek renta di Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan masih berjibaku banting tulang untuk mencukupi biaya kehidupan keluarganya.
Yeni, nenek berusia 55 tahun tersebut harus menghidupi lima anaknya karena ditinggal meninggal oleh suaminya sekira lima tahun lalu.
Mau tak mau, nenek setengah abad lebih itu rela menjadi tukang sapu si perumahan elite The Green, BSD City, Tangerang Selatan sekira lima tahun.
Nenek yang tinggal berdekatan dengan perumahan elite tersebut pun harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak pinggir kali yang bukan diperuntukkan sebagai jalan umum.
"Ya tiap hari jalan lewat jalan kecil tuh di belakang ada tembusannya. Di pinggir kali gitu lah tiap hari jalan setengah jam untuk sampai sini (The Green)," ucap Yeni sambil tersenyum, Sabtu (2/3/2019).
Walau sudah baya, wanita asli Kecamatan Serpong tersebut membanting tulangnya untuk dapat menghidupi dirinya dan keluarganya yang tinggal di rumah semi permanen.
Bagai tak kenal lelah, Yeni menyapu dan menajaga kebersihan di The Green dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB dari Senin sampai Sabtu.
Terik matahari dan dinginnya air hujan pun tak menghentikan tangan Yeni untuk mengayunkan sapunya.
"Paling nanti istirahat jam 11 sekalian salat sama makan. Nanti lanjut lagi sampai jam 2. Itu sampai hari Sabtu," tutur Yeni.
Sedihnya lagi, sudah banting tulang diraganya yang sudah renta ia hanya mengantongi uang Rp 30 ribu sehari.
Totalnya, kaya Yeni, ia hanya dapat uang sebesar sekira Rp 600 - 900 ribu perbulannya dari hasil bekerja menyapu perumahan elite tersebut.
Pedihnya, penderitaan Yeni belum berhenti di situ, pasalnya ia mendapatkan buah hasil Program Keluarga Harapan (PKH) yang digadang-gadangkan dapat mensejahterakan keluarga prasejahtera.
"Sudah gak dapat sekarang mah. Dulu waktu BLT ya sebutannya mah dapat. Sekarang gak dapat beberapa tahun ini," jelas Yeni.
Dikesempatan yang sama, Kepala Dinas Sosial Tangerang Selatan, Wahyunoto Lukman mengatakan akan mendata ulang warga Tangerang Selatan yang belum mendapatkan haknya dalam program PKH.
