Pilpres 2019

Pengamat Politik Asal Australia Sebut Milenial Indonesia Apatis hingga Golput, Ini Kata Pemerintah

Jumlah milenial atau anak muda di Indonesia sendiri jauh lebih banyak daripada jumlah orang tua dibandingkan negara maju.

Penulis: Ega Alfreda | Editor: Erlina Fury Santika
TribunJakarta.com/Ega Alfreda
Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika RI Bidang Hukum, Henry Subiakto usai menghadiri Comnews 2019 di Lecture Ball Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Rabu (13/3/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda

TRIBUNJAKARTA.COM, PAGEDANGAN - Banyaknya milenial yang terjun ke dunia politik menjelang Pilpres 2019 menuai banyak pendapat pengamat politik termasuk dari negara sebelah, Australia.

Peneliti dan pengajar Australian National University, Ross Tapsell memberikan tanggapan mengenai kaum milenial yang dianggap menjadi roda penggerak suara terbanyak saat Pilpres mendatang.

Menurut dia, milenial yang berusia dari 17 hingga 35 tahun di Indonesia justru antipolitik atau apatis terhadap dunia politik dan cenderung tidak berpatisipasi saat hari pencoblosan pada 17 April 2019.

"Paling yang tahu dan mengetahui perkembangan politik itu hanya 25 persen oleh milenial. Jadi menurut saya idea milenial voters terlalu berlebihan. Karena mereka cenderung akan golput," jelas Ross di Comnews 2019 di Lecture Ball Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Rabu (13/3/2019).

Ia menerangkan hal itu dikarenakan minimnya kepercayaan mereka terhadap pemberitaan media mainstream terutama yang berisikan celotehan para pemangku kepentingan di Indonesia.

Sedihnya lagi, menurut Ross, milenial lebih percaya terhadap berita yang tersebar melalui pesan singkat dan media sosial.

Sebab, banyak kaum milenial di Indonesia yang menggunakan gawai canggih karena alasan ingin terkoneksi via Whatsapp, Facebook dan Instagram.

"Akan banyak kaum milenial yang menghindar dari pemberitaan media dan akan menghindari kegiatan berbau politik juga cenderung tidak percaya terhadap statement pemerintah malah cenderung lebih percaya berita yang ada di whatsapp," sambung Ross.

Demi Lindungi Seni dan Budaya, Politikus NasDem Wanda Hamidah Minta RUU Permusikan Direvisi

Tak Setuju Jokowi Terjun ke Politik, Gibran Rakabuming: Pas Saya Pulang Tau-tau Sudah Jadi Walikota!

Ross juga mengatakan, menurut penelitiannya hanya ada sekira 15 persen milenial di Indonesia yang sudah menyelesaikan pendidikan jenjang S1.

Bahkan, 67 persen milenial banyak yang menjadi ibu rumah tangga yang hanya menggunakan handphone untuk kepentingan pribadi tanpa menyentuh isu politik.

Sementara, Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika RI Bidang Hukum, Henry Subiakto mengatakan hal di atas hanya berdasarkan terminologi atau perbedaan arti milenial.

"Memang defini milenialnya kan masing-masing berbeda, pak Ross kan melihat antara milenial Jakarta Selatan dan Jakarta Barat yang beda culturenya. Nah itu tergangung terminologi dari milenial itu sendiri apa, yang jelas Indonesia anak mudanya banyak," terang Henry.

Ia juga menjelaskan, jumlah milenial atau anak muda di Indonesia sendiri jauh lebih banyak daripada jumlah orang tua dibandingkan negara maju yang lebih banyak penduduk tuanya.

Terlebih munculnya inisiator milenial berumur 30 tahunan yang telah menciptakan unicorn dan telah menjamur di Indonesia.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved