Pilpres 2019
Makna di Balik Sandiaga Ucap Selamat Ultah untuk Maruf Amin di Debat Cawapres, Ini Kata Pengamat
Arti tindakan di balik Sandiaga ucapkan selamat ultah untuk Maruf Amin di debat cawapres, ini kata pengamat politik.
Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Ilusi Insiroh
TRIBUNJAKARTA.COM - Pengamat politik Effendi Gazali mengungkapkan fakta sebenarnya di balik tindakan Sandiaga Uno yang mengucapkan selamat ulang tahun (ultah) ke Maruf Amin di debat cawapres pada Minggu (17/3/2019).
Ucapan selamat ulang tahun untuk Maruf Amin itu dilontarkan Sandiaga Uno sebelum menyampaikan visi misinya.
Sandiaga Uno awalnya menyebut Cawapres Jokowi itu sebagai sosok yang dimuliakannya.
"Yang saya banggakan, saya muliakan KH Ma'ruf Amin," imbuh Sandiaga Uno.
Lantas, Sandiaga Uno kemudian mengucapkan selamat ulang tahun kepada Maruf Amin yang jatuh pada tanggal 11 Maret 2019 lalu.
Ucapan selamat ulang tahun yang diucapkan Sandiaga Uno untuk Maruf Amin yang bertambah usianya menjadi 76 tahun.
"Selamat ultah ke-76, semoga sehat walafiat," tegas Sandiaga Uno.
Tindakan Sandiaga Uno yang mengucapkan ulang tahun untuk Maruf Amin di debat cawapres 2019 itu akhirnya menjadi sorotan publik.
• Mau Lapor SPT dan Mendapatkan Efin Tanpa ke Kantor Pajak? Berikut Cara Mudahnya!
• Lowongan Kerja 11 Ribu Posisi di BUMN - Cara Daftar, 2 Tahapan Ujian & Status Pekerja Jika Diterima
Pengamat Politik Effendi Gazali pun turut angkat bicara terkait tindakan Sandiaga Uno tersebut.
Saat menjadi narasumber di acara Sapa Indonesia Pagi Kompas Tv pada Senin (18/3/2019), pengamat politik Effendi Gazali menuturkan beberapa pendapatnya.

Di awal perbincangan, Effendi Gazali menyatakan, Sandiaga Uno dinilai memiliki suatu keengganan ketika melakukan debat cawapres semalam.
"Sandiaga sepertinya ada satu keengganan di debat cawapres 2019. Enggan disini maksudnya menyerang karena ia merasa harus hati-hati sekali, lawannya merupakan sosok ulama dan kharismatik," imbuh pengamat politik.
Bahkan, Sandiaga Uno sempat mengakui mendapatkan pesan dari Prabowo Subianto untuk tak menyerang lawannya saat debat cawapres.
• Ramalan Zodiak Pekan Ini 17 - 23 Maret 2019, Peluang Promosi Bagi Cancer, Scorpio Dapat Kejutan!
• Ramalan Zodiak Besok, Senin 18 Maret 2019: Cancer Semangat Banget Nih
Meski demikian, pengamat politik itu menilai Sandiaga Uno memiliki caranya tersendiri untuk menyerang lawan di debat cawapres.
"Jadi kalau pun menyerang pasti caranya halus. Misalnya kita bisa lihat dari gesture tubuh Sandiaga Uno saat debat, dimana ia jalannya lebih jauh, itu menurut saya sudah ingin menunjukkan perbedaan," papar pengamat politik.
Follow Juga:
Tak hanya itu, pada bagian lain Sandiaga Uno sempat menuturkan nama Maruf Amin sebagai abah.
"Dari awal kadang-kadang bahasa menyebut nama Pak Kyai ditukar-tukar dengan sebutan abah."
• Pakar IT Bocorkan Wanita Misterius di Kamar Hotel saat Andi Arief Ditangkap, Ini Analisanya
• Pengumuman Hasil SNMPTN 2019 Dimajukan 22 Maret, Simak Langkah Selanjutnya Bagi Peserta yang Lolos!
"Ditambah lagi dengan pernyataan ucapan selamat ulang tahun untuk Maruf Amin saat awal debat, itu bisa diartikan menunjukkan apabila ada perbedaan memasuki kontes tersebut," kata pengamat politik.

Menurut pengamat politik, aksi Sandiaga Uno di debat cawapres 2019 itu tak begitu menyerang dan berusaha santun ketika menanggapi pernyataan Maruf Amin.
"Ada semacam upaya menahan diri, yang prinsipnya 'kalau segini saja dianggap bisa leading', kenapa harus melebihi dengan resiko dianggap tak santun," papar pengamat politik.
• Kelakar Raffi Ahmad Sahabat Galau Teringat Hilda Vitria, Billy Syahputra Tunjuk-tunjuk Bilang Begini
• Ibu Ustaz Abdul Somad Meninggal Jelang Salat Subuh: Sederet Artis Berduka, Jenazah Dibawa ke Asahan
Performa Maruf Amin dan Sandiaga Uno Jadi Sorotan
Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai debat putaran ketiga Pilpres yang mempertemukan Cawapres Nomor Urut 01 Maruf Amin dengan Cawapres Nomor Urut 02 Sandiaga Uno berjalan datar.
Bahkan, menurut Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting ini, kedua kandidat cawapres terlihat menahan diri dan cenderung bermain aman.
"Situasi ini membuat debat berjalan sedikit membosankan dan jenuh, dipertontonkan pertunjukan adu peran antara "kiyai" dan "santri"," kata Pangi memberikan tanggapan, Senin (18/3/2019).
Kedua kandidat ini, menurut Pangi, sepertinya sukses memerankan perannya masing-masing, sehingga panggung debat seperti telah berubah manjadi paparan layaknya kiyai yang sedang mangajar muridnya dan presentasi ala santri di hadapan gurunya.
Meski demikian, Pangi menilai kedua kandidat layak mendapat apresiasi di mana keduanya tampil elegan dengan penguasaan atas materi dan berbagai masalah terkait dengan paparan yang cukup meyakinkan.
"Kiyai Maruf Amin seperti telah mematahkan argumen/asumsi selama ini yang sempat “meragukan” kemampuannya, bahkan dikalangan pendukungnya parpol koalisi Jokowi, tentu saja ini pukulan telak bagi siapa pun yang sebelumnya meremehkan kemampuan beliau," kata Pangi.
Di sisi lain, Pangi menilai Sandiaga Uno juga tampil memukau dengan penguasaan masalah penyampaian visi-misi dan program yang dibalut dengan kritik yang "pedas" dengan bungkus yang sangat halus.
• Belum Ganti Pakaian Setelah Di-OTT KPK di Jawa Timur, Begini Kondisi Rutan yang Dihuni Romahurmuziy
• Terjaring OTT KPK, M Romahurmuziy Tulis Pesan untuk Istri : Izinkan Aku untuk Terus Mencintaimu
• Tersebar Foto ASN Diduga Berpose Dua Jari di Peresmian Tol Lampung, Kaesang Komentar Minta Maaf
• Adipati Dolken Jadi Kasino di Film Warkop DKI Reborn Terbaru, Penonton Sampai Ngakak
"Sehingga dalam penyampaian terkesan santun, bijak dan penuh hormat pada lawan debatnya," katanya.
Menurut Pangi, penampilan kedua kandidat wakil presiden ini jika diramu dengan format debat yang lebih baik sepertinya akan lebih menarik.
Ia justru menilai KPU sepertinya tidak mau mendengar masukan dari publik.
"Kesalahan yang sama terus diulang, model debat semacam ini “tidak” akan mampu menggali secara lebih mendalam ide dan gagasan masing-masing kandidat, panggung debat akhirnya berubah menjadi panggung pertunjukan untuk menilai sikap (attitude) dan etika kandidat," tutur Pangi.
Debat kali ini, lanjut Pangi, sedikit terselamatkan pada bagian akhir. Kedua kandidat mengeluarkan jurus pamungkas dengan mengungkapkan visi dan program unggulannya serta kritik keras atas kandidat lain.
"Ini menjadi penutup yang cukup memuaskan dan menjadi inti perdebatan yang membedakan (distingsi) kadua kandidat baik dalam visi maupun program jika kelak mereka mendapatkan amanah untuk memimpin," tutur Pangi.
(TribunJakarta/Tribunnews)