Dituding IPW Sebagai 'Orang' Gerindra, Novel Baswedan Sebut Fitnah Hingga BPN Sebut Neta Tendensius

Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mengatakan bahwa isu yang menyebut dirinya "Orang" Partai Gerindra adalah fitnah.

Penulis: MuhammadZulfikar | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM/ SATRIO SARWO TRENGGINAS
Novel Baswedan tiba di Gedung Merah Putih KPK, Guntur, Jakarta Selatan, Kamis (22/2/2018). 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Ketua Presidium Ind Police Watch (IPW), Neta S Pane, menilai KPK dan Polri perlu bertindak terhadap isu Novel Baswedan merupakan 'orang' Partai Gerindra.

Dari pihak KPK, Neta menilai perlunya penjelasan dan klarifikasi terkait salah satu penyidik seniornya itu.

"Klarifikasi itu menjadi penting karena menyangkut independensi KPK dalam hal pemberantasan korupsi dan KPK tidak ditunggangi kepentingan politik tertentu dalam pemberantasan korupsi di tahun politik 2019 ini," ujar Neta, dalam keterangannya, Senin (1/4/2019).

Ia juga mendesak Polri agar segera mendata anggota maupun penyidiknya di lembaga antirasuah yang terindikasi berada dalam 'barisan' Novel sebagai 'orang' Partai Gerindra.

Karena jika memang betul ada, Polri perlu menarik anggotanya itu. Alasannya, keberpihakan pada partai tertentu melanggar TR Kapolri tentang netralitas Polri di Pilpres 2019.

Neta menjelaskan isu tersebut muncul pasca Jubir BPN Prabowo Sandi, Andre Rosiade, memberi bocoran kepada wartawan bahwa jika Prabowo menang di Pilpres 2019, Novel Baswedan atau Bambang Widjojanto akan menjadi Jaksa Agung.

Selain itu, Fadli Zon disebutnya juga membenarkan kepada wartawan bahwa Novel sudah lama dekat dengan Prabowo. Begitu juga dengan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Piuyono yang mengatakan Novel adalah 'orang kita' atau dalam konteks orang Partai Gerindra.

Neta mengatakan pernyataan ketiga tokoh itu harus disikapi pimpinan KPK agar independensi lembaga itu tetap terjaga. Sehingga nantinya, kata dia, KPK tidak ditunggangi dan diperalat kekuatan partai politik tertentu untuk mengkriminalisasi lawan politiknya dengan isu atau kasus korupsi.

Di sisi lain, ia melihat bangsa Indonesia harus mendukung penuh upaya pemberantasan korupsi, baik yang dilakukan KPK, kejaksaan maupun kepolisian.

Namun upaya pemberantasan korupsi tidak boleh tebang pilih, yakni menjadikan satu pihak sebagai sasaran dengan berbagai OTT dan melindungi pihak lain akibat adanya 'orang kita' di KPK.

Dua kasus OTT terakhir yang dilakukan KPK terhadap partai pendukung koalisi Jokowi, kata dia, makin mengindikasikan kebenaran adanya 'orang kita' di KPK.

"Untuk itu pimpinan KPK harus menjelaskan adanya indikasi 'orang kita' ini, yang membuat KPK tidak netral di Pilpres 2019. Mengingat Novel adalah mantan penyidik Polri dan mengingat cukup banyaknya penyidik kepolisian di KPK, institusi Polri perlu juga mengusut isu 'orang kita' ini hingga diketahui seberapa banyak penyidik kepolisian terlibat dalam isu 'orang kita'," jelas Neta.

"Dengan demikian Polri bisa menarik semua anggotanya yang terlibat dalam isu 'orang kita' di KPK, atau Polri bisa menghentikan sementara semua kegiatan penyidiknya di KPK sepanjang proses Pilpres 2019 ini agar netralitas Polri terjaga dan penyidik Polri di KPK tidak diperalat untuk menghabisi satu kelompok politik tertentu dan melindungi kelompok politik lainnya," tukasnya.

Novel Baswedan Sebut Ia Difitnah
Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mengatakan bahwa isu yang menyebut dirinya "Orang" Partai Gerindra adalah fitnah.

Novel menilai, hal yang menarik pada isu tersebut adalah dia diisukan sebagai "Orang" Partai Gerindra.

Karena menurutnya, biasanya ia diisukan justru dikaitkan dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

"Yang menarik kenapa Gerindra ya? Biasanya karena saya membiarkan jenggot tumbuh dikaitkan dengan PKS," kata Novel.

Novel mengatakan, ia juga mendapatkan isu tersebut juga dibagikan di grup-grup komunikasi anggota Kepolisian.

Baginya isu tersebut adalah hal yang aneh.

"Saya dapat informasi bahwa fitnah ini banyak dibagikan di grup-grup anggota Polri. Bagi saya aneh saja kalo saya mengkritik kerja Polri yang 'enggan' mengungkap penyerangan terhadap saya, lalu saya juga protes terhadap sikap Presiden yang diam saja dan tidak mau membentuk TGPF atas serangan-serangan terhadap orang-orang KPK, lalu saya dianggap politisi Gerindra. Lucu saja sih," kata Novel.

Penjelasan Novel Baswedan
Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan menjawab isu yang menyebut dirinya merupakan "orang" Partai Gerindra dan dekat dengan Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, sejak lama.

Ia menilai isu yang mengatakan dirinya adalah "orang" Partai Gerindra adalah fitnah dan jauh panggang dari api.

Ia mengungkapkan, ketika dirinya harus menjalani perawatan atas serangan air keras terhadap matanya, banyak orang yang berempati kepadanya, termasuk Prabowo.

Hal itu disampaikan Novel saat dikonfirmasi Tribunnews.com pada Senin (1/4/2019).

"Ketika saya sakit beberapa waktu lalu rasanya banyak yang berempati kepada saya. Dan Pak Prabowo juga melakukan hal itu, kalo karena itu dikatakan dekat, saya bisa juga. Artinya saya dekat dengan semua orang yang berempati kepada saya," kata Novel.

Namun menurutnya, tidak tepat jika menilai kedekatan antara dirinya dan Prabowo dilihat dari komitmen Prabowo untuk mengungkap penyerangan terhadapnya.

"Juga barangkali karena komitmen Pak Prabowo untuk mau mengungkap penyerangan terhadap saya. Kalo indikatornya itu menurut saya itu artinya bukan dekat, tapi lebih kepada kepedulian," kata Novel.

BPN Anggap Usulan IPW Ngelantur
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional ( BPN) Prabowo-Sandi, Andre Rosiade angkat bicara terkait permintaan Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, agar KPK dan Polri menelusuri tudingan Novel Baswedan sebagai orang Gerindra.

Menurut Andre permintaan Neta tersebut mengada-ngada dan cenderung tendensius. Pasalnya tudingan tersebut muncul hanya karena Novel Baswedan diusulkan menjadi Jaksa Agung, bila Prabowo-Sandi menang.

"Aneh, itu kan kalau seandainya, ada wacana usulan dari temen temen dari BPN kepada pak Prabowo bahwa butuh orang integritas untuk menjadi jaksa, kan itu bisa siapa aja, terus dimana masalahnya," kata Andre, saat dihubungi, Senin, (1/4/2019).

Syahrini Beberkan Kebiasaan Reino Barack di Pagi Hari, Bangun Subuh Demi Siapkan Kopi

Polda Metro Jaya Siapkan Mekanisme Pengamanan MRT Jakarta

Sudah Bisa Dipesan Pre-order Malam Ini Seharga Rp4 Jutaan, Ini Sisi Menarik Oppo F11

Menelusuri Asal Usul Semanan, Ulama yang Jadi Nama Kelurahan di Jakarta Barat

Lurah Susukan Imbau Pelaku Tabrak Lari Personel PPSU di Flyover Pasar Rebo Serahkan Diri

Andre mengatakan bahwa permintaan Neta tersebut hanya untuk menggertak saja. Tidak ada hubungannya antara Novel Baswedan dengan Gerindra, BPN, maupun pasangan Prabowo-Sandi.

Ia memaklumi pernyataan Neta tersebut karena selama ini merupakan bagian dari pendukung Jokowi-Ma'ruf.

"Kita tahu kok Neta pendukung Jokowi-Ma'ruf, tapi kalau menuding jangan ngelantur. Sudah bukan zamannya lagi otoriter," katanya.

Ketimbang hanya menuding seperti itu, sekalian saja menurut Andre, Neta menyarankan kepada Kapolri untuk menangkap kubu Prabowo-Sandi. Sehingga Jokowi-Ma'ruf otomatis menang di Pemilu Presiden 2019.

"Sekalian saja Neta minta kepada Kapolri untuk menangkap Pak Prabowo,menangkap bang Sandi, jadi Jokowi-Ma'ruf tinggal dilantik. Sekalian saja kaya gitu," pungkasnya. (Tribunnews.com)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved